Selasa, 28 Januari 2014

FF MyungYeol - The Last Request Part 1



Title : The Last Request part 1
Author : didi_yeol
Pair : Myungsoo, Sungyeol
Lenght: two shot
Genre : Romance
Rating : T
Summary :

You’re always pure and innocent
You make me unable to go far away from you
You always make me smile. You’re mysterious
You’re by my side and I’m by your side
Let’s be together, warmly, let’s be together, affectionately



*****
Myungsoo menyukainya, teramat sangat menyukainya. Dibandingkan orang-orang yang pernah dia sukai dulu, Myungsoo hanya menginginkan namja berwajah manis dan selalu tampak tenang itu menjadi pendamping hidupnya. Lee Sungyeol, namja itu mampu membuat hatinya seperti mendapat aliran listrik bertegangan rendah sehingga membuatnya bergetar dan mampu membuatnya terpaku memandang keindahannya.

Keinginan itu semakin kuat setiap kali Myungsoo berkunjung ke rumah Sungyeol untuk menemui kakak Sungyeol yang menjadi sunbaenya saat di sekolah musik semasa remaja dulu. Bayangan hidup bersama, saling mencintai, dan menjalani aktivitas sehari-hari dengan penuh keceriaan selalu memenuhi pikiran Myungsoo ketika Sungyeol yang hanya sesekali keluar dari kamarnya itu berjalan menuju dapur membuatkan dua cangkir teh hangat untuknya dan Hoya, kakak Sungyeol.

Myungsoo tidak bisa berhenti menatap Sungyeol barang semenit pun ketika matanya bertemu dengan wajahnya yang penuh aura keteduhan. Menunggu Sungyeol tersenyum dan mengangguk kecil untuknya lalu menyilahkannya mencicipi teh yang telah Sungyeol buat, Myungsoo sangat menikmati moment-moment itu.

Terkadang dia tidak bisa tidur hanya membayangkan senyum Sungyeol sepulang dari rumah sunbaenya itu. Myungsoo hanya bisa bermimpi dan berbisik kecil supaya keinginan untuk hidup bersama dengan Sungyeol bisa menjadi kenyataan sebelum dia memulai tidurnya.

Dan hari yang mendebarkan bagi Myungsoo adalah saat dengan keberanian penuh dan tekad bulat dia datang mengunjungi rumah keluarga Lee, dengan pakaian rapi dan sepasang cincin putih yang terlindungi dalam kotak kecil berwarna hitam, terlihat sederhana namun ada nilai ketulusan di dalamnya. Myungsoo berniat melamar Sungyeol di hadapan kedua orang tuanya dan juga Hoya.

Proses pelamaran itu tentu saja mengejutkan keluarga Sungyeol, karena Myungsoo yang mereka kenal hanya akrab dengan Hoya dan tidak pernah berbicara dengan Sungyeol ternyata menaruh hati pada anak bungsu mereka. Namun ada raut kebahagiaan di wajah ketiganya karena Myungsoo mereka anggap sebagai pendamping hidup yang tepat untuk Sungyeol.

Tapi keluarga Lee tidak menerima lamaran Myungsoo begitu saja. Selama satu jam Myungsoo duduk dengan keringat dingin yang serasa membasahi punggungnya dan juga debaran jantungnya yang tidak normal, menunggu Sungyeol yang masih sibuk membeli daftar belanjaan yang dipinta ibunya.

Dan begitu kembali dan disambut dengan anggota keluarganya, Sungyeol diminta duduk di samping kakaknya dan meminta pendapat tentang Myungsoo yang melamarnya. Sudah bisa dipastikan raut wajah terkejut Sungyeol walaupun yang Myungsoo lihat hanyalah tatapan polos yang menatapnya bingung.

Myungsoo menunduk. Myungsoo sudah memantapkan hatinya jika Sungyeol menolaknya atau mengaku sedang menyukai orang lain. Myungsoo sudah siap dengan semua itu meskipun dia sedikit tidak rela jika itu terjadi. Tapi diluar dugaan Sungyeol menerimanya, Sungyeol bersedia menjadi pendamping hidupnya. Sungyeol mau menikah dengannya. Tidak ada yang tahu seberapa besar  kebahagiaan yang Myungsoo rasakan kala itu. Yang mereka ingat hanyalah ekspresi datar yang selama ini sering menyelimuti wajahnya berubah menjadi senyum tipis dan hangat.

Myungsoo tidak bisa melupakan pesta pernikahan yang mereka gelar sebulan kemudian di halaman luas milik keluarga Lee. Pesta pertama dimana dia menerima banyak ucapan selamat dan senyum kebahagiaan dari orang-orang yang menghadiri pestanya. Untuk pertama kalinya dia bisa menggenggam dan menggandeng tangan Sungyeol di hadapan semua orang dengan senyum cerianya, seolah ingin menunjukkan pada semuanya bahwa dia berhasil mendapatkan namja yang selama ini hanya masuk dipikirannya dan menjadi harapan terbesarnya. Juga ciuman hangat dan manis yang mereka bagi, Myungsoo tidak ingin melupakannya.


*****

Myungsoo menyilahkan Sungyeol masuk setelah memasukkan kode apartemen miliknya terlebih dulu. Setelah pesta pernikahan mereka berakhir dan berpamitan pada keluarga Lee dan teman-temannya, Myungsoo langsung memboyong Sungyeol ke apartemennya.
                                              
“Kita hanya satu malam disini. Besok kita akan pindah ke luar kota. Tidak apa, kan?” tanya Myungsoo sambil menutup pintu apartemennya.


Bukannya menjawab Sungyeol hanya menunduk dan menggigit bibirnya. Sesuatu yang mengkhawatirkan tampak meracuni pikirannya. Tangannya mencengkram kuat hanbok yang masih digunakannya.

“Wae? Apa kau tidak suka kita pindah dari kota Seoul, Hyung?” tanya Myungsoo berjalan mendekat ke arah Sungyeol yang duduk di sofa dan duduk di sampingnya. Tapi justru apa yang dilakukan Myungsoo kini membuat Sungyeol semakin khawatir.

“A..anio. Eomma sudah memberitahuku tentang itu. Dan tidak ada alasan bagiku untuk menolaknya."

“Geundae wae? Apa kau masih belum siap berpisah dari keluargamu dan hidup bersamaku?”

“Ani..” Sungyeol menggeleng.

“Apa kau tidak enak badan?” Myungsoo mengarahkan tangannya ke dahi Sungyeol dan Sungyeol langsung memundurkan kepalanya. Ini membuat Myungsoo mengernyitkan dahinya.

“Myungsoo-ssi, mianhae, sepertinya aku belum siap menjadi istrimu. Bisakah... bisakah malam ini kita tidak tidur dalam satu kamar?” tanya Sungyeol takut-takut. Takut jika Myungsoo marah dan mengusirnya dari apartemennya itu lalu dirinya akan menjadi bahan kemarahan keluarganya. Tapi menceritakan hal yang membuatnya khawatir sejak tadi secara terus terang pada Myungsoo justru membuatnya sedikit lega walaupun dia belum tahu bagaimana respon Myungsoo nantinya.

“Jadi dari tadi kau mencemaskan itu, Hyung?”

Sungyeol mengangkat wajahnya dan menatap Myungsoo masih dengan menggigit bibirnya. Myungsoo yang melihat itu hanya tersenyum hangat dan menggumam dalam hati betapa  lucunya namja yang duduk di sampingnya itu.

“Gwaenchana. Aku akan tidur disini. Hyung bisa menggunakan kamarku. Sebentar, aku akan membersihkannya lebih dulu.”

Myungsoo masuk dan mengambil bantal dan selimut dari lemari lalu meletakkannya di atas sofa.

“Sepertinya Eomma sudah membersihkan kamarku. Hyung bisa menggunakannya sekarang. Hum, apa hyung lapar? Aku akan membelikannya jika kau menginginkan sesuatu.”

“Ani. Aku hanya ingin tidur saja. Permisi.” Sungyeol masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya.

Myungsoo tersenyum lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa. Sepertinya Myungsoo harus sedikit menunggu dan bersabar sampai Sungyeol benar-benar menerimanya dan mencintainya.


*****

Rumah itu terletak di sebuah kawasan yang ditumbuhi pepohonan sakura yang tampak teduh dan tumbuh dengan rapi. Rumah yang telah dipersiapkan oleh Myungsoo hasil  kerja kerasnya sebagai seorang arsitek terkenal. Rumah yang tidak terlalu mewah namun terlihat nyaman untuk pasangan yang baru menikah.

Beberapa bunga-bunga sakura yang beterbangan dihembus angin masuk ke dalam jendela mobil Myungsoo yang terbuka. Sungyeol terlihat tersenyum dengan lembut sambil memejamkan matanya dan menyandarkan dagunya pada tangan yang bertumpu pada sisi jendela mobil yang terbuka. Myungsoo yang melihat itu ikut tersenyum. Dia bersyukur dalam hati Sungyeol menikmati perjalanan mereka menuju rumah kecil yang akan mereka tempati sampai akhir hayat mereka.

Ketika mereka tiba di depan rumah yang sudah Myungsoo bangun sejak beberapa bulan yang lalu Sungyeol tampak tercengang. Sungyeol mengagumi rumah kecil dengan arsitektur unik yang sebagian besar terbuat dari kaca itu.

“Mulai hari ini kita akan tinggal disini. Bagaimana? Apa kau menyukainya, Hyung?”

Sungyeol mengangguk.

“Aku menyukainya.” Ujar Sungyeol masih tidak melepaskan senyum.

Myungsoo mengambil kunci dari dalam sakunya dan membuka pintu rumah.

“Masuklah, aku akan mengambil beberapa barang.”

“Myungsoo-ssi, apa kamar di rumah ini....”

“Tenang saja, Ada dua kamar di dalam rumah ini. Hyung bisa memilih kamar yang disukai.” Myungsoo tersenyum dan berjalan ke arah mobil dan mengambil barang-barang mereka.

Sungyeol kembali terpaku. Bahkan Myungsoo masih menghargai keinginannya untuk tidak tidur dalam satu kamar. Kurang baik apa lagi dirinya, Myungsoo juga tidak marah atau mengirimkannya kembali pada keluarganya seperti yang dilakukannya kemarin.

“Kenapa belum masuk?” tanya Myungsoo yang melihat Sungyeol masih berdiri di depan pintu.

“Mianhae aku pasti telah mengecewakanmu.” Sungyeol menatap Myungsoo dengan mata berkaca-kaca.

Myungsoo yang melihat itu merasa tidak enak. Ingin sekali dia memeluk Sungyeol dan mengatakan ‘tidak ada yang mengecewakan bahkan aku beruntung bisa menikah denganmu’ tapi mengingat kejadian semalam dimana Sungyeol bahkan enggan untuk disentuh olehnya ditambah lagi kedua tangannya sibuk mengangkat beberapa tumpuk kado pemberian tamu pernikahan mereka kemarin Myungsoo mengurungkan niatnya.

“Jangan menyalahkan dirimu sendiri Hyung. Aku tidak apa-apa. Tidak ada yang mengecewakan. Mungkin karena dulunya kita belum begitu mengenal satu sama lain, kita perlu beradaptasi. Masuklah, hyung bisa melihat-lihat kamar yang hyung sukai.” Lagi, Myungsoo tersenyum hangat membuat Sungyeol semakin merasa bersalah tapi  dia menuruti keinginan Myungsoo juga.

Sungyeol berkeliling, mengamati setiap sudut rumah baru itu dan akhirnya memilih kamar yang lumayan luas dimana ada balkon yang bisa menghubungkannya dengan taman yang masih kosong di samping rumah itu.

“Kau menyukai kamarnya, hyung?” tanya Myungsoo.

“Hum, apa boleh aku menempati kamar ini?”

“Tentu saja. Sebentar aku akan membawakan barang-barang milikmu ke dalam kamar ini.”

Myungsoo membawa masuk beberapa kotak besar berisi barang-barang Sungyeol. Dia bahkan membantu Sungyeol menyusun dan menata juga memasang kain gorden penutup kaca jendela. Myungsoo sebisa mungkin mengerjakan apa yang bisa dia kerjakan. Setelah dirasa cukup, Myungsoo lalu membereskan kamarnya sendiri yang terletak di samping kamar  Sungyeol. Tidak hanya kamarnya tapi juga seisi ruangan Myungsoo menata setiap barang dan berusaha untuk membuat Sungyeol merasa nyaman tinggal di rumah itu.

Bahkan sampai menjelang sore Myungsoo sempatkan untuk menyusun bahan-bahan makanan yang ia beli ke dalam lemari pendingin. Cukup melelahkan memang, Myungsoo sempat tertidur di kursi yang terletak di ruang makan dan  terbangun saat hari sudah petang.

Sungyeol keluar dari kamar saat Myungsoo baru selesai mandi. Saat melihat Sungyeol akan menyiapkan makan malam Myungsoo langsung mencegahnya.

“Biar aku saja hyung. Kau pasti lelah. Duduklah, ini tidak akan lama.”

Sungyeol mengangguk dengan canggung lalu duduk di kursi dan memainkan ponselnya. Myungsoo memasak semangkuk besar kari ayam  dan juga beberapa makanan pelengkap lainnya. Lalu menghidangkannya di meja makan bersama sepiring kimchi pemberian ibunya saat tadi pagi mereka berangkat.

“Jja, sudah selesai. Selamat makan.” Ujar Myungsoo sambil memberikan sumpit dan sendok pada Sungyeol. Sungyeol menerima perlengkapan makan itu lalu menyendokkan kari ke mulutnya.

“Masitta.” Ujar Sungyeol lembut yang membuat Myungsoo tersenyum lebar. Dia tidak berhenti memandang wajah namja manis itu. Bahkan sampai saat ini pun Myungsoo masih tidak bisa menghilangkan debaran aneh pada ulu hatinya.

“Setelah ini apa kau mau membantuku membuka kado pernikahan kita hyung?”

Sungyeol tampak berpikir sejenak lalu mengangguk. Myungsoo tersenyum lagi. Myungsoo kembali berbisik dalam hatinya, berharap hari-hari yang lebih menyenangkan akan menghampirinya besok dan bisa dia lewati dengan Sungyeol.


*****

Awalnya Myungsoo mengira pernikahan mereka akan menyenangkan, dia bisa secepat mungkin akrab dengan Sungyeol, bisa berlibur berdua dan menikmati hari-hari mereka dengan hal-hal romantis. Tapi itu hanya impian Myungsoo, impian yang sudah dirancangnya sebelum pernikahan mereka. Seperti kertas putih yang diberi coretan dan menghasilkan gambar yang mengagumkan namun hanya tersimpan di antara tumpukan buku tanpa diberi kesempatan untuk dipertunjukkan kepada siapa saja yang mungkin akan kagum melihatnya.

Pernikahan mereka sudah memasuki bulan ketiga tapi Myungsoo merasa kekosongan menyelimuti hari-harinya. Hubungannya dengan Sungyeol tidak ada kemajuan, tidak ada interaksi yang memungkinkan akan membuat hidup mereka lebih berwarna. Hidupnya teramat suram. Sungyeol terlihat lebih suka menyendiri di kamarnya, menonton sendirian di depan tv sambil menikmati snack, atau duduk di taman yang sudah Myungsoo ubah menjadi tempat menyenangkan dengan beberapa tanaman hijau tanpa bunga di sekelilingnya. Dan ini membuat Myungsoo memberi kesimpulan pada dirinya sendiri jika Sungyeol tidak menikmati pernikahan mereka bahkan tak jarang Myungsoo melihat Sungyeol sering menghela nafas dan berwajah murung.

Mereka bahkan tidak pernah berlibur seperti yang diimpikan Myungsoo. Mereka juga jarang berbicara dan hanya mengatakan hal-hal yang perlu saja. Melihat ini Myungsoo memutuskan  menghabiskan hari minggunya untuk mengerjakan proyek-proyek rancangannya di kantor atau pergi berkumpul dengan teman-temannya dan pulang larut malam.

Ternyata dengan menambah hari kerjanya atau berkumpul dengan teman-temannya tidak membuat kehidupan Myungsoo menjadi lebih baik. Begitu Myungsoo di rumah dia kembali merasa jenuh dan lelah. Myungsoo kadang tidak tahu apakah dia jenuh  karena kehidupannya yang membosankan atau lelah karena menunggu Sungyeol yang tidak juga welcome kepadanya, membuka hatinya dan menerima kehidupan pernikahannya dengan Myungsoo atau mungkin kedua-duanya. Tak jarang Myungsoo berpikir untuk mengakhiri pernikahannya yang membosankan.

Dan hari ini begitu pulang kerja dan mendapati rumah itu hening tanpa ada yang menyambut kepulangannya membuat tingkat kejenuhan Myungsoo mencapai puncaknya. Melihat rumah yang sama seperti dia pergi tadi pagi dan dapur yang berantakan  karena aktivitas memasaknya membuat Myungsoo merasa sangat lelah, lebih lelah dari hari sebelumnya. Bahkan umpatan diiringi hembusan nafas kesal ‘haruskah aku menjadi pembantu di rumahku sendiri’ keluar begitu saja dalam pikirannya.

Tapi Myungsoo masih juga melakukan aktivitas rutin yang ia kerjakan sepulang kerja. Mulai dari membersihkan rumah, menyiapkan makan malam dan mencuci piring, memasukkan pakaian kotor ke dalam kantongan besar untuk  dibawa ke laundry besok, lalu mandi dan kali ini dia menambah satu hal dalam pikirannya. Dia ingin berbicara pada Sungyeol setelah makan malam. Berbicara menyangkut pernikahan mereka. Berbicara bagaimana cara membebaskan diri dari jenuhnya pernikahan mereka.

 Selesai mandi Myungsoo berjalan ke arah kamar Sungyeol dan mengetuk pintunya. Myungsoo kadang bertanya-tanya apa sebenarnya yang dilakukan Sungyeol seharian di dalam kamar.

Sungyeol keluar dari kamar dengan wajah lelah seperti baru bangun dari tidur tapi itu tetap mengagumkan bagi Myungsoo.

“Hyung, kajja mogo.” Ajak Myungsoo tetap dengan senyum hangat. Sungyeol mengangguk dengan senyum tipis.

Mereka berjalan beriringan menuju dapur dan duduk di depan meja makan dan menikmati makan malam mereka tanpa sepatah kata pun. Setelah selesai makan Myungsoo langsung mencuci piring kotor sedangkan Sungyeol mangambil snack dari dalam kulkas dan menikmatinya di depan tv, menonton acara reality show kesukaannya.

Myungsoo hanya memperhatikan namja itu dengan wajah datar dan berkali-kali menghela nafas.

‘Apakah aku harus mengatakannya sekarang?’ Myungsoo tampak ragu tapi dia langsung memantapkan hatinya. Myungsoo segera membilas piring yang sudah disabuninya dan menyusunnya ke dalam lemari lalu mengeringkan tangannya.

Myungsoo duduk di samping Sungyeol dan itu mengejutkan Sungyeol karena untuk pertama kalinya Myungsoo mau bergabung dan menonton dengannya. Sungyeol justru tersenyum walaupun Myungsoo tidak melihatnya.

“Ini. Rasanya enak. Cobalah sedikit.” Sungyeol menyodorkan snack rasa keju itu pada Myungsoo.

Myungsoo menggelengkan kepalanya dan masih menatap layar televisi yang berjarak 3 meter di hadapan mereka.

“Bagaimana pekerjaanmu, Myungsoo-ssi?” tanya Sungyeol sambil mengunyah snacknya.

Myungsoo menoleh ke arah Sungyeol. Myungsoo tidak tahu apa yang ia rasakan saat untuk pertama kalinya Sungyeol menanyakan tentang pekerjaannya padanya.

“Baik.”

“Syukurlah.” Sungyeol tersenyum lembut dan itu membuat Myungsoo mengerutkan keningnya.

“Sungyeol hyung, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan denganmu?” Myungsoo masih menatap lekat Sungyeol, mencoba memantapkan hatinya tentang apa yang mengusik pikirannya belakangan ini.

Sungyeol segera meraih remote tv dan mengecilkan volume suaranya.

“Bicaralah, aku akan mendengarkanmu.” Sungyeol mengalihkan pandangannya dari televisi dan menatap Myungsoo. Sungyeol menyuapkan snack rasa keju itu ke mulutnya sambil tersenyum.

“Mari kita bercerai.”

Deg!!

Detak jantung Sungyeol serasa berhenti mendengar itu. Aktivitas makannya terhenti. Bahkan snack itu terasa menutupi rongga kerongkongannya. Tangannya yang menggenggam bungkus snack itu bergetar. Tiba-tiba saja Sungyeol merasa hidung dan matanya terasa pedih. Ada yang menyesakkan di dalam dadanya dan membuatnya ingin terisak. Tapi Sungyeol mencoba untuk bersikap tenang walaupun pikirannya sekarang sangat kacau untuk mencari kata-kata yang tepat atas ucapan Myungsoo sebelumnya.

“Jika bercerai membuat dirimu merasa lebih baik, aku akan terima.” Sungyeol mengatakan itu sambil tersenyum. Menutupi hatinya yang merasa sedih. Menyembunyikan sesuatu yang tiba-tiba terasa kosong di hatinya.

Kali ini giliran Myungsoo yang terkejut. Bukan jawaban seperti itu yang diinginkannya. Bukan. Dia hanya ingin mengetahui hati Sungyeol dan bagaimana usaha namja itu mempertahankan rumah tangga mereka. Tapi Sungyeol membuat segalanya menjadi mudah. Sungyeol mengatakan itu seolah tanpa beban yang mengganjal hatinya.

‘Apa kau bahkan tidak memiliki perasaan untukku sampai saat ini, hyung?’ bisik Myungsoo dalam hati.

“Aku akan menyiapkan surat cerainya. Begitu kita bercerai, kau yang akan menempati rumah ini hyung. Rumah ini milikmu. Baiklah, aku masih ada pekerjaan. Aku akan ke kamar.” Pamit Myungsoo berjalan ke kamarnya dengan langkah gontai.

Sungyeol hanya diam. Setelah memastikan Myungsoo masuk ke dalam kamarnya, Sungyeol menangis. Dia terisak dan membiarkan bungkus snack itu terjatuh di lantai. Dia memukuli dadanya yang terasa sakit. Myungsoo akhirnya memutuskan untuk berpisah dengannya. Sungyeol merasa tidak berguna selama ini dan dia yakin alasan terbesar Myungsoo ingin menceraikannya karena Sungyeol tidak menjalankan perannya menjadi pendamping hidup yang baik untuk Myungsoo. Dia merasa tidak memiliki kesempatan lagi untuk menunjukkan rasa sayangnya pada Myungsoo.

Tidak beda halnya dengan Myungsoo. Myungsoo duduk dengan lunglai di lantai sambil memandangi foto pernikahan mereka. Kebahagiaan yang paling diinginkannya kini berakhir. Dia merutuki kebodohannya yang mengucapkan kalimat perceraian itu begitu saja dan Sungyeol menyetujuinya.


*****

Keadaan yang canggung semakin  canggung, suasana sepi tanpa interaksi semakin nyata di rumah Myungsoo dan Sungyeol. Keduanya tampak lebih sering merenung di kamar masing-masing. Sungyeol mulai jarang bergabung untuk makan bersama dengan Myungsoo, menonton tv ataupun duduk santai di taman samping rumahnya. Sungyeol lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. Diam-diam memperhatikan Myungsoo yang berangkat dan pulang kerja dari balik jendela kamarnya dan menangis saat Sungyeol menyadari waktu yang dia habiskan bersama Myungsoo perlahan-lahan akan singkat untuk kemudian berpisah.

Myungsoo mungkin tidak akan kembali ke rumah itu lagi. Myungsoo mungkin tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Myungsoo mungkin akan menemui orang lain yang kelak akan menjadi pendamping hidupnya yang baru.

Sungyeol menangis. Menangis karena dia bahkan tidak pernah memiliki kenangan indah bersama Myungsoo. Apakah jika Sungyeol mengatakan dia tidak ingin berpisah, Myungsoo akan membatalkan pernikahannya?

Mungkin tidak karena mungkin juga Myungsoo menyesal telah menikah dengan namja yang tidak bisa menjalankan perannya dengan baik.

Atau mungkin saja ya jika Myungsoo masih memiliki rasa kepadanya dan mencoba memberinya kesempatan untuk menjadi pendamping Myungsoo yang sesungguhnya.

Sungyeol ingin sekali menceritakan masalah ini dengan hyungnya, Hoya atau dengan ibunya. Tapi dia teramat takut dan merasa ini adalah masalahnya, jadi dia dan Myungsoolah yang akan mengatasi dan mencari jalan keluarnya. Dia hanya perlu bersiap jika saja keluarganya akan menyerangnya dengan tuduhan namja yang tidak tahu diuntung karena bercerai dengan namja sebaik Myungsoo.


******

Tidak ada hal yang istimewa di sore itu. Hanya warna orange dari sinar matahari sore menembus kaca rumah kecil itu sehingga membuat cahaya di dalamnya jauh lebih cerah. Bayangan-bayangan hitam dari benda-benda yang terkena sorotnya tercetak jelas di beberapa bagian. Termasuk bayangan sosok namja yang berdiri di depan sebuah pintu kamar menatap orang yang dicintainya jauh lebih dalam seakan-akan tidak ingin berpisah dengan namja yang ada di hadapannya sama seperti yang dilakukannya beberapa bulan lalu saat dirinya memandang namja itu tanpa berkedip namun dengan suasana hati yang berbeda. Jika tatapannya dulu tersirat sebuah pengharapan kecil untuk memiliki namja itu, kini tatapan itu berubah menjadi sebuah penyesalan terbesar saat dirinya akan melepaskan namja yang sangat dicintainya.

“Aku sudah membawa surat cerainya. Apa kau ingin menandatanganinya sekarang, hyung?” Myungsoo menyerahkan surat itu tepat di depan pintu kamar Sungyeol.

Sungyeol hanya memandang kosong berkas yang digenggam Myungsoo dan diarahkan kepadanya. Namun perlahan tangannya yang kurus sedikit bergetar saat meraih berkas itu, tidak membacanya, hanya menatap Myungsoo ragu seperti ingin mengatakan sesuatu yang mungkin dapat merubah semuanya walaupun dia tidak yakin ini akan berhasil atau tidak.

“Myungsoo-ssi, apa aku bisa menandatangani berkas ini lusa? Aku punya sebuah permintaan. Mungkin ini bisa dibilang sebagai permintaan terakhir sebelum kita benar-benar berpisah.”

“Permintaan? Baiklah, katakanlah hyung.”

“Bisakah aku menjalankan peranku sebagai pendampingmu sebelum kita menandatangani surat ini selama satu hari?”

Lembut. Kalimat itu diucapkan begitu lembut yang membuat Myungsoo terpana. Terpana dengan suaranya, wajah teduhnya dan kalimat yang diucapkannya yang terdengar seperti Sungyeol masih butuh waktu untuk mengiyakan perceraian itu padahal ini sudah berjalan hampir 3 minggu sejak Myungsoo memutuskan bercerai. Seola-olah kalimat yang diucapkannya beberapa waktu lalu hanya sebuah kalimat yang samasekali tidak memiliki arti. Kalimat tanpa pemikiran yang matang yang spontan begitu saja keluar dari mulutnya.

“Jebal, aku hanya ingin pernah memiliki kenangan menjadi pendamping hidup yang baik untukmu walaupun aku tidak yakin kau akan merasa seperti itu.”

Myungsoo terdiam. Lebih hening dari biasanya. Myungsoo tidak menyangka namja itu sedang memohon padanya. Tapi Myungsoo menyesalkan kenapa Sungyeol meminta kesempatan itu ketika semuanya hampir berakhir. Kenapa? Adakah yang bersedia menjelaskannya?


To be continued to part 2




Lirik Lagu Junghyung B2ST - Flower & Terjemahan Indonesia



Alright, Alright
I’m a butterfly jeogi hwaljjak pieoinneun kkot gakkai gaseo saljjak
Hyanggireul mata Um… So nice, such a beautiful, oh god
Chocolate, lollipop, euneunhage peojineun dalkomham
Sungan neukkyeojineun burangam eonje sarajilji moreundaneun chojoham

Nunchirado chaen deusi nal gamssa anajuneun ne pumeun Heaven
Eoneusae salmyeosi nae boreul burkge muldeurin geon ne ipsul
Sigani jinagado neon yeojeonhi hyanggiroulkka Baby
Oneuri jinagado neon yeojeonhi yeogi isseulkka Baby

Oh Flower, you’re so sweet, sweet, sweet, sweet
Oh Flower, you’re so deep, deep, deep, deep
Sigani heulleodo jitge baen hyanggiga nama
Baby, oh, oh, I’m addicted

Flowers are gone, but I still
(Still love you baby, I love you baby)
Flowers are gone, but you’re in me
(You’re in me baby, you’re in my heart baby)
Flowers are gone, but I still
(Still love you baby, I love you baby)
Flowers are gone, but you’re in me
Flowers are gone, but you’re in me

Neoneun gatgo hyanggiman nama nareul dugo geudae eodi gana
Nal heundeulgo mameul deulgo tteonagamyeon naneun eotteokhana
All of me hansungane nae modeun geol humchyeoseo gabeorin
You drive me crazy, I feel so hazy

Ijen Say goodbye nal gamssa anajudeon ne pum Heaven
Ijen Say goodbye nae boreul burkge muldeurideon songildo
Annyeongiran maljocha eobsi tteonagan neojiman Baby
Jinsimeuro bireojulge eodiseodeun kkok haengbokhagil Baby

Oh Flower, you’re so sweet, sweet, sweet, sweet
Oh Flower, you’re so deep, deep, deep, deep
Sigani heulleodo jitge baen hyanggiga nama
Baby, oh, oh, I’m addicted

Flowers are gone, but I still
(Still love you baby, I love you baby)
Flowers are gone, but you’re in me
(You’re in me baby, you’re in my heart baby)
Flowers are gone, but I still
(Still love you baby, I love you baby)
Flowers are gone, but you’re in me
Flowers are gone, but you’re in me

Ijen ne hyanggido huimihaejyeo ga
Ijen ne ongido chagawojyeo ga
Baby majimageuro han beonman dan han beonman
Neoui pume angil sun eomna
Ireoke kkocheun jigo nado ttaraseo jigo

Ijen ne hyanggido huimihaejyeo ga
(Still love you baby, I love you baby)
Ijen ne ongido chagawojyeo ga
(You’re in me baby, you’re in my heart baby)
Baby majimageuro han beonman dan han beonman
Neoui pume angil sun eomna
(Still love you baby, I love you baby)
ireoke kkocheun jigo nado ttaraseo jigo
(Flowers are gone, but you’re in me)

Oh Flower




Terjemahan

Baiklah, baiklah
Aku adalah seekor kupu-kupu, aku akan melekat pada bunga yang mekar
Dan sedikit menghirup aromanya
Um... sangat baik seperti sebuah keindahan, oh God
Coklat, lollipop, manisnya perlahan-lahan menyebar
Tapi aku merasakan sebuah kenangan yang penuh kecemasan, takut bahwa itu mungkin menghilang

Seperti yang kamu lihat, kedua lenganmu yang memelukmu seperti surga
Bibirmu yang lembut tercelup pipiku yang memerah
Akankah kau tetap harum setelah waktu berlalu baby?
Akankah kau tetap disini jika hari ini berakhir baby?

Oh flower you're so sweet sweet sweet
Oh flower you're so deep deep deep