Hello.....
Jujur aku sangat menginginkan bertemu denganmu sejak
beberapa hari yang lalu. Bahkan aku sempat memimpikanmu. Memimpikan kau hadir
di mimpiku dengan senyum khasmu yang mempesona yang membuat jantungku berdegup
kencang tidak karuan. Aku juga telah merancang imajinasi tentang pertemuan yang
indah dimana kita saling menatap satu sama lain, saling bertukar senyum,
berjabat tangan dan mengucapkan kata-kata maaf mengingat ini masih dalam
suasana lebaran. Bahkan terlintas di pikiranku untuk meletakkan punggung
tanganmu pada keningku.
Tapi sepertinya itu hanya imajinasi semua yang tidak akan
pernah terjadi. Pertemuan kita tadi ah tidak, dalam kasus ini akulah yang
bertemu denganmu, melihat ke arahmu dan memperhatikanmu. Kau sedikit berbeda
sekarang. Wajahmu dingin dan sorot matamu tajam. Aku... aku tidak tau apakah
kau tidak melihatku di jarak sedekat itu? Yang mungkin saja pakaian yang kita
kenakan saling bersentuhan. Tapi sepertinya kau benar-benar tidak melihat ke
arahku. Dipikiranku juga bermunculan alasan-alasan aneh yang membuatku tampak
bingung denganmu hari ini. Apakah kau tidak melihatku, kau pura-pura tidak
melihatku atau kau tidak ingin melihatku.
Hhh, memikirkan itu saja sudah membuatku sedih dan sakit.
Yang kupikirkan saat ini kenapa kau tampak kurus? Pipimu menjadi sedikit tidak
berisi, wajahmu tampak muram dan kusam, tidak bersinar seperti biasanya. Tapi
kau tetap tampan. Kaulah yang tertampan di mataku. Ya, menurutku seperti itu.
Apakah kau makan dengan baik? Apakah ada masalah serius yang
sulit kau tangani? Apakah kau masih sedih atas kepergian ayahmu?
Aku benar-benar tidak tahu. Sebesar apapun keingintahuanku aku tetap tidak pernah tahu. Maaf. Aku bahkan tidak mengucapkan kalimat belasungkawa atas meninggalnya ayahmu. Sebenarnya aku ingin. Tapi aku bingung memulai darimana. Sempat terpikir untuk menjadi cangkang yang kosong untukmu, menjadi tempatmu berteduh dan kemudian kau akan membawaku kemanapun seolah-olah aku ini benda yang tidak terpisahkan dalam hidupmu dan menjadi perempuan yang siap mendengarkan keluh kesahmu tentang perjalanan hidup.
Aku ingin menyapamu tadi dan mengobrol singkat tapi aku tau
diri mungkin aku tidak berarti di matamu ditambah lagi sikap dingin yang
terlihat dari wajahmu akhir-akhir ini membuatku semakin tidak tahu harus
bagaimana kecuali menghindarimu dan berharap bisa melupakanmu perlahan walaupun
kadang aku merindukanmu. Aku tidak tahu sebesar apa rasa rinduku tapi melihatmu
hari ini membuatku sedikit senang. Ya setidaknya masih bisa mengobati rasa
rinduku sedikit.
Dan sekarang aku masih merindukanmu. Sangat merindukanmu.
Mungkin jika bertemu setiap hari pun aku akan selalu merindukanmu. Aku
merindukan saat kau mengajakku berbicara, tertawa dengan sikap pemaluku, dan
saran-saranmu yang kadang membuatku betapa pedulinya dirimu padaku yang
membuatku segera sadar aku tidak pantas untukmu. Kau terlalu sempurna seberapa
besar pun aku menginginkanmu.
Aku merindukan sentuhanmu dan saat-saat kau duduk di
sampingku. Aku merindukan suaramu saat kau bernyanyi. Aku merindukan saat kau
berdiri di sampingku dan memintaku untuk melakukan sesuatu untukmu. Aku
merindukan saat jantungku berdetak
kencang dengan hanya melihat wajahmu. Aku.. aku sampai menangis seperti ini
karena sangat merindukanmu. Denganmu aku merasa dihargai sebagai seorang
perempuan. Sikapmu yang lembut, bahasamu dan candaanmu semua itu sangat
menyakitkan ketika aku mengingatnya. Kapan kita akan seperti itu lagi mengingat
kau seperti memusuhiku saat kita bertemu belakangan ini.
Hei, apa kau ingat perkataanmu waktu aku lewat di dekatmu
dan temanmu mengatakan tentang kehadiranku. Kau hanya menatapku dan mengatakan
“Siapa ya?” dan yang kulakukan hanya tertawa seperti anak-anak, menepis rasa
sakit di hatiku yang terluka saat mendengarnya.
Jujur, aku ingin menangis saja waktu itu. Apa kau tidak bisa
mengatakan basa basi yang lain selain
kedua kata itu? Katakanlah itu bercanda tapi apa itu tidak keterlaluan. Apa kau
tidak tau aku ini perempuan yang lemah dan terlalu rapuh? Ah, ya tentu saja kau
bahkan mengabaikanku sekarang. Jadi itu cukup membuatku menghindarimu walaupun
aku yang tersakiti.
Tapi sekuat apapun aku mencoba untuk menghindarimu tetap
terasa sangat sulit karena aku terlalu cepat untuk merindukanmu dan juga aku
masih mencintaimu. Cinta, hal yang kuharapkan tidak akan muncul saat bertemu
denganmu ternyata tidak bisa aku hindari. Walaupun saat ini aku menyukai lelaki
lain tapi tetap saja berbeda rasanya saat denganmu. Aku tidak merasakan dadaku
berdesir aneh ketika melihatnya. Tidak. Jadi kupastikan itu bukan cinta. Aku
hanya suka melihatnya.
Hey boy, aku ingin kita akan memasang wajah ceria saat
bertemu lain kali nanti. Apa kau setuju?