Selasa, 20 September 2011

Fanfic Nothing Better Than You part 11 final

"Apa kau yakin?" tanya Umma. Aku mengangguk.

"Umma akan bicara pada Appa-mu dulu."

"Apa boleh aku tidak masuk sekolah hari ini?" tanyaku.

"Ya sudah. Umma akan menelepon ke sekolah kalau kau sakit."

___
Aku duduk di ayunan depan rumah sambil mendengarkan musik dari mp3-ku. Tak lama Doojoon oppa datang dan duduk di sampingku.

"Gi Kwang juga tidak sekolah."

aku hanya diam saja.

"Kau tidak ingin menemuinya?" tanyanya.

Aku menggeleng.
"Dia membenciku."

"Siapa yg bilang begitu?"

"Dia yg bilang begitu."

"Temuilah dan tenangkan hatinya. Hanya kau yg bisa memenangkannya saat dia punya masalah."

"Tapi aku yg menyebabkan masalah itu."

"Jangan berkata seperti itu." ujarnya.

"Aku memutuskan untuk sekolah keluar kota dan melupakan semuanya."

"Itu tidak akan menyelesaikan masalah."

"Jadi aku harus bagaimana?" ujarku lalu terisak.

"Kau harus pertahankan cintamu kalau kau memang benar-benar menyukainya." ujarnya. Dia mendekapku erat.

Ponselku berdering. Doojon oppa melepas dekapannya. Aku mengangkat ponselku.

"Soo Hye-ah, gwaenchana?" tanya seseorang di seberang sana.

"Hyun oppa?"

"Ye."

"Gwaenchana."

"Kudengar kau sakit. Apa kau mau aku mengantar obat untukmu?" tanyanya.

"Ah, aniyo. Aku sudah baikan." ujarku.

"Istirahat dan jangan lupa minum obat."

"Ye." ujarku. Dia mematikan ponselnya.

"Nugu?" tanya Doojoon oppa.

"Hyun Seung oppa." ujarku.

"Dia sangat perhatian. Apa dia menyukaimu?" tanya Doojoon oppa.

"Mollayo."

"Apa kau tidak bisa melihat orang lain yg memiliki perasaan padamu?" tanya Doojoon oppa.

"Aku tidak tau apakah itu rasa sukanya atau dia memang orang yg baik. Dia baik seperti Doojoon oppa."

"Gi Kwang saja tau kalau kau menyukainya."

aku menatap Doojoon oppa dgn bingung.

"Kau benar-benar tidak bisa melihat orang yg menyukaimu?"

"Sepertinya Hyun Seung menyukaiku. Tapi aku tidak yakin." ujarku.

"Jadi kalau aku bilang aku menyukaimu, kau masih tidak yakin?" aku tercekat mendengar ucapan Doojoon oppa.

"Orang berbuat baik tidak selamanya karna dia memang orang yg baik. Kadang mereka perlu berbuat baik pada org yg mereka sukai untuk melindunginya."

aku makin bingung.

"Baiklah, mungkin sampai disini saja. Pertahankan cintamu." ujarnya.

___
Aku akhirnya diizinkan sekolah di luar kota. Appa dan Umma menyesal karna tidak bisa mengantarku karna tiba2 saja halmoni sakit.

Aku mengangkat koperku ke depan. Saat akan menutup pintu depan, aku mendengar seseorang menyanyi.

"Beautiful my girl.
Oh oh girl, oh oh girl. Jigeum boda naega deo deo deo. Neoreul saranghalge my girl. u u u my girl. U, oh beautiful. U, so beautiful. U, my beautiful. Nothing better than you."



Aku mendorong koperku dan mencari2 asal suara. Ternyata Gi Kwang duduk di ayunanku sambil bernyanyi.

Dia tersenyum dan mengedipkan matanya. Aku melongo. Omo, ada apa dengannya.

Dia berjalan mendekat dan menciumku begitu saja.

"Apa kau tidak terharu?" tanyanya, sambil melepas ciumannya.

"Aku melakukan ini semua untukmu."

aku terdiam.

"Kau mulai melupakanku? Kau tidak menyukaiku lagi? Ottohke? Aku menyukaimu. Cepat katakan kalau kau menyukaiku. Atau aku akan malu." paksanya.

Aku masih tetap terdiam.

"Aku harus bagaimana? Kau ingin aku memelukmu?"

aku terisak.

"Jangan menangis. Kau sudah cukup besar untuk menangis."

aku makin terisak.

"Ya! Aku menyukaimu. Apa kau tidak dengar? Hatimu tidak berbunga-bunga? Percayalah aku tidak pernah melakukan hal seistimewa ini pada siapapun. Juga pada Ji Eun. Bahkan aku tidak pernah menciumnya."

Aku memeluknya dan menangis terharu.

Dia melepas pelukanku.

"Apa yg kau lakukan? Apa kau bisa seenaknya saja memelukku?" aku menghentikan tangisku dan menatapnya bengong. Dia tersenyum dan balas memelukku.

"Saranghae." bisiknya di telingaku lalu menciumku lagi.

"Kau ingin lagi?" tanyanya. Aku menendang kakinya.


THE END

Fanfic Nothing Better Than You part 10

Aku memencet bel dengan gugup.

"Gi Kwang sudah pergi." ujar Doojoon oppa dari atas balkon.

"Jinjja?"

"Mungkin dia masih di halte."

"Apa dia baik-baik saja?"

"Sepertinya dia sedang tidak bersemangat hari ini." ujar Doojoon oppa.

"Gomawo. Aku pergi dulu." pamitku pada Doojoon oppa. Aku setengah berlari menuju halte bus berharap Gi Kwang masih disana. Tapi, aku kecewa. Halte bus sedikit sepi. Ditambah lagi dia tidak ada disana.

Sampai di sekolah aku langsung menuju kelasnya. Tapi teman-teman yeoja sekelasnya menghadangku sambil menatapku tajam.

"Apa yg ingin kau cari disini?" tanya mereka.

"Aku ingin bertemu Gi Kwang." ujarku.

"Dia tidak ada di kelas. Pergilah." ujar mereka.

"Kalau begitu aku ingin bertemu dengan Hyun Seung oppa." ujarku.

"Si rambut merah? Ya! Seung-ah, yeoja ini mencarimu." mereka memanggil Hyun seung dengan kasar.

Hyun oppa keluar.

"Ada apa?" tanyanya.

"Gi Kwang, apa oppa melihatnya?" tanyaku.

Dia menggeleng.

"Begitu masuk, dia langsung keluar lagi. Sepertinya dia tidak bersemangat hari ini. Dan saat aku menyapanya dia malah memarahiku." ujarnya.

"Ya sudah kalau begitu. Gomawo oppa." ujarku.

Aku melangkah ke kelasku. Apa Gi Kwang kesal denganku?

Aku melihat Ji Eun duduk di kursinya aku segera mendekatinya.

"Ji Eun-ah, apa boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanyaku.

"Tanya saja." ujarnya.

"Bagaimana bisa kau dan Gi Kwang putus?" tanyaku.

"Sebenarnya, aku tidak menyukainya. Aku menyukai Hyun Seung oppa. Tapi karna Gi Kwang sangat populer di sekolah kita aku menerimanya saja."

"Apa yg kau lakukan pada Gi Kwang? Apa kau sadar kau sudah menyakitinya? Kau memintanya untuk meluangkan waktunya hanya untukmu sampai-sampai dia tidak punya waktu luang, dan sekarang kau bilang kau tidak menyukainya. Kenapa dari awal kau menerimanya?" teriakku kesal.

"Aku sudah minta maaf padanya dan dia juga sudah setuju. Kenapa kau malah memarahiku?"

Aku berjalan keluar dengan kesal. Kecewa dan menyesal, tentu saja itu yg kurasakan saat ini. Aku menangis di toilet. Pasti Gi Kwang merasa sangat terluka. Hhh, kenapa aku tidak mendengarkan curhatannya semalam.

___
Aku mengejar Gi Kwang yg akan membuka pintu pagarnya.

"Gi Kwang-ah." ujarku.

Dia menatapku dengan dingin.

"Ada apa? Apa aku merepotkanmu lagi? Apa aku membuatmu menangis lagi? Menjauhlah dariku. Jangan pernah mempedulikanku lagi supaya aku tidak menyakitimu lagi. Bukankah itu yg kau inginkan? Aku membuatmu jenuhkan."

"Gi Kwang-ah, mianhae. Aku menyesal atas apa yg ku bilang semalam. Aku tidak tau kalau keadaannya seperti ini." ujarku.

"Tidak apa. Aku memang pantas menerimanya. Yg kulakukan hanya menyakitimu saja. Kau tidak berhak menyukaimu, karna aku bukan orang yg bisa membuatmu bahagia."

dia tau perasaanku yg sebenarnya? Bagaimana dia bisa tau?

Airmataku jatuh satu persatu.

"Apa kau tidak bisa memaafkanku?"

"Tidak ada yg perlu dimaafkan. Aku-lah yg seharusnya kau tuntut untuk meminta maaf padamu. Pergilah." ujarnya lalu masuk ke dalam.

"Gi Kwang-ah. Jebal mianhae." ujarku.

"Selamat tinggal cintaku. Semua ingatan dan kenangan akan ku lupakan. Aku akan menghapus dan mengosongkan setiap tetes cinta dari hatiku."

Aku menangis di depan pintu rumahku. Aku memencet bel. Umma membuka pintu. Aku langsung memeluknya.

"Umma, aku sangat menyukai Gi Kwang." ujarku.

"Ye umma tau. Sikapmu jelas menunjukkan itu pada Umma."

"Dia memintaku untuk melupakannya. Apa yg harus aku lakukan? Padahal aku begitu sangat menyukainya." aku tersedu. Umma menepuk bahuku.

"Tenanglah."

Aku melepaskan pelukanku. Umma mengantarku ke kamar.

"Setelah kau merasa tenang, ganti pakaianmu dan makanlah." ujar Umma lalu menutup pintu kamarku.

___
Aku menemui Umma di meja makan pagi itu.

"Umma, aku ingin pindah sekolah saja." ujarku.

Fanfic Nothing Better Than You part 9

Aku segera ke kamarku, memilih sebuah dress berwarna biru muda lalu mengikat rambutku dgn rapi.

"Umma, aku pergi dulu." ujarku.

"Odiro?" tanya Umma.

"Pergi dgn Gi Kwang." ujarku.

"Ya sudah. Pulangnya jangan sampai malam. Dan jgn lupa makan siang."

"Ye Umma." aku segera keluar. Aku melirik ke jam tanganku. Hm, tdk sampai 10 menit. Aku menunggu di luar gerbang rumah Gi Kwang. Tak berapa lama Gi Kwang keluar dgn Ji Eun.

"Soo Hye-ah, mianhae. Ji Eun datang dan mengajakku pergi. Lain kali saja ya."

Aku mengangguk. Gi Kwang-ah, apa kau tidak liat betapa kecewanya aku? Lagi2 seperti ini.

"Gwaenchana. Aku akan pergi sendiri saja." ujarku senyum terpaksa.

"Anyeong." ujar Ji Eun lalu mereka pergi.

Aku melangkah dgn lemas menuju rumahku.

"Sangat sulit ketika aku mencintaimu, tak terjadi apapun bagaimanapun aku menginginkannya. Aku berjanji pada diriku utk berhenti mengusikmu"

"Soo Hye-ah," Doojoon oppa memanggilku.

"Ye oppa?"

"Mau pergi denganku?" tanyanya.

Aku berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalaku.

Doojoon oppa membawaku ke tempat-tempat yg biasa dikunjungi oleh pasangan kekasih.

"Kau pernah kesini?" tanyanya saat kami mengunjungi cafe es krim yg lumayan ramai. Seperti yg ku bilang tadi, kebanyakan pengunjungnya pasangan kekasih.

"Aniyo." ujarku sambil menikmati es krim vanilla-ku.

"Aku juga. Cukup malu bagiku untuk pergi ke tempat-tempat seperti ini sendirian." ujarnya.

"Oppa tidak pernah pacaran?" tanyaku.

"Aniyo." ujarnya sambil tersenyum.

"Aku juga." ujarku. Kami berdua tersenyum.

"Anggap saja kali ini kita sedang berkencan. Kita akan pergi ke tempat2 yg tidak pernah kita kunjungi." ujarnya.

"Ye." ujarku.

Doojoon oppa orang yg romantis, dia membelikan aku boneka kelinci berwarna cokelat muda. Memang kelihatannya sedikit kekanak-kanakan, tapi menurutku itu hal yg manis.

Kami duduk di sebuah cafe sebelum pulang.

"Soo Hye-ah, aku minta maaf atas kelakuan adikku. Pasti dia sangat merepotkanmu belakangan ini."

"Gwaenchana oppa."

"Ayo kita makan dulu sebelum pulang." ujarnya.

Aku mengangguk.

"Oppa, gomawo karna sudah mengajakku pergi hari ini. Yeoja yg akan menjadi yeojachingu oppa pasti sangat bahagia punya seorang namjachingu seperti oppa."

"Jongmal? Apa itu sebuah pujian?"

"Ya! Doojoon oppa, apa aku terlihat sedang mengejekmu?" tanyaku.

"Hahaha, aniyo. Aku pikir akan lebih menyenangkan kalau kau pergi dengan Gi Kwang."

Aku terdiam.

___
Aku berbaring di kasurku. Mataku belum juga terpejam. Ponselku berdering.

"Mwo?" tanyaku begitu aku tau Gi Kwang yg menelepon.

"Ya! Kenapa kau jadi segalak ini? Apa karna aku tidak jadi mengajakmu tadi siang?"

"Menurutmu?"

"Sepertinya itu alasan yg cukup kuat."

"Kalau begitu kenapa tanya lagi? Tidurlah. Aku sudah terlalu ngantuk, aku mau tidur."

"Gotjima. Kalau kau sudah terlalu ngantuk kau tidak mungkin mengangkat ponselmu."

"Suaranya sangat berisik terpaksa aku mengangkatnya."

"Ya! Masih mau menyangkal lagi? Aku tau nada deringmu itu seperti apa, jadi mana mungkin berisik."

"Ya sudah, ya sudah. Apa yg ingin kau katakan?" tanyaku.

"Aku putus dengan Ji Eun." ujarnya.

Aku hanya terdiam. Menghela nafas.

"Soo Hye-ah, kau tidak tanya mengapa?"

"Untuk apa. Alasannya sudah jelaskan. Kalian sudah merasa bosan dan memutuskan untuk jalan sendiri-sendiri." ujarku. Aku hampir menangis. Aku menyesal mengatakan ini. Walaupun sebenarnya di dalam hatiku aku sangat kecewa karna setelah semua yg ku lewati karna hubungan mereka, mudah saja bagi mereka untuk berpisah.

"Mianhae. Sepertinya kau sangat lelah, istirahatlah." lalu dia mematikan ponselnya.

Aku benar-benar menangis. Kenapa dia tidak mengerti perasaanku sedikit saja?

___
Paginya aku cepat-cepat ke rumah Gi Kwang untuk minta maaf. Bagaimanapun aku yg salah. Dia semalam sedang ada masalah, tapi aku malah membuatnya semakin menderita karna perkataanku.

Fanfic Nothing Better Than You part 8

"Omo, ada apa lagi? Apa kau sakit?" tanya Umma dengan khawatir.

"Aniyo Umma. Aku hanya di hukum karna tidak mengerjakan tugas." ujarku sambil tersenyum.

"Hhh, ini pasti karna kau kelelahan. Nanti Umma akan memasakkan makanan yg bergizi untukmu." ujar Umma.

"Umma, ini kakak kelasku. Dia banyak membantuku di sekolah." ujarku.

"Anyeong haseo, joneun Hyun Seung Imnida." ujar Hyun oppa mengenalkan diri.

"Oh, ya. Umma hampir tidak melihatnya karna terlalu mengkhawatirkanmu. Mari masuklah. Gomawo sudah mengantarkan Soo Hye pulang." ujar Umma.

"Ye." ujar Hyun oppa.

"Umma akan memasak dulu. Kalian mengobrol saja dulu."ujar Umma.

"Ye umma." aku mengajak Hyun oppa ke ruang tengah.

"Oppa apa tidak apa-apa oppa disini? Aku jadi sangat merepotkanmu. Pelajaranmu pasti terbengkalai." ujarku.

"Gwaenchana. Aku kan sudah di izinkan untuk mengantarmu pulang. Apa kau ingin aku lama-lama disini?" tanyanya.

"Ah aniyo. Bukan begitu. Aku jadi merasa tidak enak padamu." ujarku.

"Oppa, aku akan berganti pakaian dulu. Oppa menonton saja dulu." ujarku.

"Geurae."

Aku naik ke atas kamarku. Memandangi kedua tanganku yg terasa sangat menyakitkan. Kenapa Hyun oppa begitu baik padaku.

Aku selesai mengganti pakaian yg butuh waktu lama karna telapak tanganku sangat sulit di gerakkan. Umma masuk ke kamarku.

"Soo Hye-ah, makanannya sudah siap. Makanlah dengan namja itu. Umma harus ke rumah Jang samchon karna istrinya baru saja melahirkan. Umma pergi dulu." ujar Umma.

"Ne umma."

Aku turun ke bawah dan menemui Hyun oppa.

"Oppa ayo kita makan." ujarku.

Kami berdua duduk di ruang makan. Hyun oppa sibuk menyiapkan makan untukku.

"Apa tanganmu masih terasa sakit? Kalau begitu biar aku menyuapimu saja." ujarnya.

"Lagi-lagi aku merepotkanmu." ujarku.

"Tidak apa-apa."

"Oppa apa yg kau lakukan pada Ibu Min kenapa dia jadi berubah secepat itu padaku. Padahal awalnya dia sangat marah karna aku tidak mengerjakan tugasnya."

"Aku hanya mengantarkan makalah tugasmu padanya." ujarnya.

"Jongmal? Jadi oppa yg mengerjakan tugas makalahku? Nona, kenapa oppa tidak mengatakannya dari awal. Hhh, aku hanya bisa merepotkan oppa." ujarku.

"Tidak apa-apa." lagi-lagi dia tersenyum dan bilang tidak apa-apa.

____
Saat makan malam dengan Umma, aku mengeluh karna tidak bisa memegang sumpit dengan benar.

"Ada apa? Apa sumpitnya terlalu licin? Omona, kenapa telapak tanganmu luka-luka seperti itu?" tanya Umma.

"Ini karna hukuman tadi." ujarku.

"Memangnya tugas apa yg tidak kau kerjakan? Kenapa tidak meminta tolong pada temanmu?"

"Tugas makalah." ujarku.

"Mwo? Bukannya semalam itu kau sibuk mengerjakan tugas makalah?"

"Ye umma. Tapi aku memberikannya pada pacar Gi Kwang."

"Mwo? Aigo, kau selalu mengorbankan semuanya untuk Gi Kwang tapi apa dia pernah membantumu?"

aku hanya terdiam.

"Cobalah untuk menjaga jarak dengannya." ujar Umma.

___
Pagi ini aku duduk di ayunan depan rumahku yg rindang. Kebetulan cuacanya sedang bagus. Aku mendengarkan musik dari ipod-ku dan membaca buku.

"Soo Hye-ah..." Gi Kwang berteriak dari atas balkon kamarnya sambil melambai-lambaikan tangannya. Aku mengabaikannya.

"Ya! Sekarang kau mulai sombong padaku. Liat saja aku akan mengganggu ketenanganmu." ujarnya lalu cepat-cepat turun.

Aku tersenyum tipis. Dia pasti sangat benci kalau di abaikan.

Dia benar-benar turun dan duduk di sampingku. Dia menarik bukuku.

"Buku apa ini? Samasekali tidak menarik." ujarnya. Aku mengambil buku lainnya yg aku letakkan di sampingku dan sibuk membacanya.

"Ya! Sebenarnya aku ini salah apa?" dia menarik bukuku lagi.

Aku mengambil buku terakhir. Saat akan ku buka, dia langsung menariknya.

"Soo Hye-ah, apa kau tidak mendengarkan aku bicara?"

Aku menutup mataku dan melipat kedua tanganku, fokus mendengarkan musik dari ipod-ku.

Gi Kwang menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku membuka mataku dan menatapnya dengan heran.

"Aku lelah. Aku harus menghabiskan waktu hanya untuk Ji Eun." ujarnya.

"Bukankah itu bagus? Kalian bisa saling memahami satu sama lain." ujarku.

"Tapi kalau terlalu sering itu sangat membosankan. Aku harus selalu ada untuknya."

"Kadang kita perlu berkorban juga." ujarku.

"Punya pacar itu merepotkan. Tapi kalau berpacaran dengan orang sepertimu pasti sangat menyenangkan."

"Apa yg kau bicarakan?" aku langsung mendorong kepalanya menjauh dari bahuku. Jantungku berdegup tidak teratur.

"Ya! Aku cuma bercanda." ujarnya.

Aku menarik buku-bukuku yg digenggamnya dan melanjutkan kegiatan membacaku.

"Soo Hye-ah, bagaimana kalau kita jalan-jalan hari ini?" tanyanya.

"Kemana?" tanyaku.

"Kemana saja."

"Baiklah."

"Sekarang ayo bersiap-siap. Aku akan menunggumu 10 menit lagi."

"Ye arasso." aku tersenyum. Sudah lama kami tidak menghabiskan waktu berdua.

Minggu, 18 September 2011

Fanfic Nothing Better Than You part 7Fanfic Nothing Better Than You part 7

___
Aku datang ke sekolah dengan lelah. Tugas itu belum selesai juga. Akhirnya aku mengorbankan makalahku untuk Ji Eun. Mau gimana lagi, aku benar-benar sangat lelah.

"Anyeong haseo Soo Hye-ah." Hyun Seung oppa menyapaku dengan suaranya yg lembut. Aku tersenyum manis. Aku sangat menyukai suaranya yg khas. Seperti mengandung semangat.

"Ne anyeong haseo oppa." ujarku.

"Bagaimana dengan makalahmu?"tanyanya.

"Belum selesai."

"Benarkah?" tanyanya.

"Sebenarnya sudah selesai. Tapi Gi Kwang menyuruhku mengerjakan tugas Ji Eun. Karna tugas Ji Eun belum selesai jadi aku berikan saja tugasku untuknya."

"Mwo? Kau kan sudah mengerjakannya dengan susah payah kenapa diberikan kepada orang lain begitu saja."

"Aku merasa tidak enak pada Gi Kwang." ujarku.

"Jam berapa tugasnya di serahkan?" tanyanya.

"Jam pertama." ujarku.

"Kalau begitu aku pergi dulu. Hwaiting. Mudah-mudahan tidak terjadi hal yg tidak mengenakkan." ujarnya buru-buru pergi.

Ternyata harapan Hyun Seung oppa tidak terkabul. Ibu Min memarahiku karna tidak mengerjakan tugas dengan baik. Aku merasa sangat malu. Kemudian Ibu Min menyuruh teman-teman sekelasku untuk memukul kedua telapak tanganku dengan kayu yg selalu dibawanya untuk menghukum siswa. Setiap siswa mendapat jatah sebanyak 3 kali untuk setiap telapak tanganku. Dan mereka sepertinya tidak mengasihaniku. Mereka memukul dengan kerasnya seperti tidak ada beban di hati mereka. Aku meringis menahan pergi dari setiap pukulan yg mereka berikan. Telapak tanganku kini memerah. Aku melirik ke arah Ji Eun yg duduk dengan tenangnya.

Aku hampir menangis karna aku sudah tidak kuat lagi menerima pukulan. Apa aku harus berkorban seperti ini demi rasa cintaku pada Gi Kwang.

Tinggal dua orang lagi. Tanganku sudah benar-benar kaku dan terluka. Tapi aku tetap bertahan.

"Tunggu apa lagi. Cepat pukul." ujar Ibu Min memberi perintah kepada mereka.

Akhirnya hukumannya selesai juga. Aku mengibaskan tanganku dengan pedih. Akh, ini terasa sangat sakit sekali.

"Sekarang apa kau tau bagaimana rasanya? Apa semudah itu bagimu mengabaikan tugas yg diberikan gurumu?" tanya Ibu Min kesal.

"Jeoseohamnida. Aku tidak akan mengulanginya dan akan mengerjakan tugas dengan lebih baik lagi." ujarku dengan wajah menunduk.

"Sekarang keluarlah dan jangan masuk ke jam pelajaran ini selama seminggu." ujar Ibu Min.

Aku melangkah dengan gontai di sepanjang koridor sekolah. Airmataku menetes. Aku melihat kedua telapak tanganku yg kini membiru. Mungkin sangat sulit bagiku untuk menulis.

"Soo Hye-ah, apa yg terjadi? Kenapa kau diluar?" tanya Hyun Seung dengan nafas tersengal. Sepertinya dia habis berlari.

"Aku baru di hukum. Aku tidak di izinkan masuk ke pelajaran Ibu Min selama seminggu ini." ujarku sambil berusaha menghapus airmataku. Hyun Seung menarik tanganku dan melihat kedua telapak tanganku. "Kenapa bisa seperti ini?" tanyanya kaget.

Aku hanya tersenyum pahit.

"Pergilah ke ruang kesehatan, aku akan datang sebentar lagi." ujarnya lalu berlari menuju kelasku.

Aku tidak sempat mencegahnya. Aku tidak pergi ke ruang kesehatan. Aku menuju toilet dan menangis disana.

Mengapa begitu sulit bagiku menyukai seorang Gi Kwang?

Setelah aku merasa agak tenang, aku keluar dari toilet.

"Gwaenchana?" suara Hyun Seung mengejutkanku. Aku melihat wajahnya yg kelihatan sangat khawatir.

Aku mengangguk. Dia lalu mengajakku ke ruang kesehatan dan mengobati telapak tanganku.

"Masalahnya sudah selesai. Kau boleh masuk ke kelas Ibu Min Minggu ini." ujar Hyun Seung sambil sibuk mengoleskan krim penghilang rasa nyeri di telapak tanganku.

"Bagaimana bisa?" tanyaku heran

"Sebaiknya kau tanyakan saja pada Ibu Min." ujarnya sambil tersenyum.

"Aku tidak tau apa yg oppa lakukan tapi gomawo buat semuanya." ujarku.

"Ne dangsin doyo." ujarnya.

Ibu Min menemuiku di ruang kesehatan. Wajahnya tidak tegang seperti tadi.

"Mianhaeyo." ujarnya. Itu membuatku heran. Aku menatap ke arah Hyun Saeng dengan bingung.

"Kenapa kau tidak bilang kalau tugasmu tertinggal di bus?"

tertinggal? Di bus? Aku makin bingung.

"Untung Hyun Seung menemukannya kalau tidak mungkin nilai tugasmu semester ini akan rendah. Hm, jongmal mianhaeyo. Pukulan itu pasti terasa sangat sakit. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Dan satu lagi kau boleh masuk ke jam pelajaranku lusa. Istirahatlah." ujarnya.

"Gamsahamnida." ujarku sambil membungkukkan badan.

"Apa tanganmu sudah merasa baikan sekarang ?" tanyanya.

"Masih terasa sakit." ujarku.

"Kalau begitu permisi pulang saja. Biar aku yg akan mengantarnya. Kalau tanganmu sakit seperti itu pasti sangat sulit untuk menulis." ujarnya. Aku hanya mengangguk.

___
Hyun Seung oppa mengantarku sampai ke rumah setelah meminta surat izin dari sekolah.

Fanfic Nothing Better Than You Part 6Fanfic Nothing Better Than You Part 6

"Kalian punya tugas dari Ibu Min kan?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Tolong kerjakan punya Ji Eun. Malam ini aku ingin mengajaknya nonton, semalam tidak sempat karna hujan deras. Apa kau mau?"

Kepalaku mengangguk. Aku bahkan tidak bisa menolak. Hhh, aku memang lemah.

Gi Kwang tersenyum senang.

"Huwah, kau memang baik hati. Nanti malam datanglah ke rumahku. Kau gunakan saja laptopku. Aku juga sudah membelikan beberapa buah buku resensinya." ujarnya.

Aku hanya mengangguk lalu menatap keluar jendela dengan sedih.

___
Begitu tiba di kelas, Hyun Seung oppa sudah berdiri di dekat pintu masuk kelas kami.

"Dari tadi dia menunggumu." bisik temanku.

"Jongmal?" tanyaku. Ada apa dia mencariku?

"Soo Hye-ah, ini." Hyun Seung oppa menyodorkan satu bungkusan plastik berisi buku-buku.

"Ini apa oppa?" tanyaku.

"Bukumu banyak yg rusak kan? Aku meminjamnya pada teman seangkatan kalian yg pindah bulan kemarin." ujarnya sambil tersenyum.

"Bukankah dia pindah ke..." aku mengingat nama kota tempat chingu-ku itu.

"Oppa, dia pindah ke sekolah yg lumayan jauh dari sini. Bagaimana oppa bisa menemukannya?" tanyaku heran.

"Jangan pikirkan itu. Yang penting sekarang kau bisa belajar lagi. Tolong jaga mereka." ujarnya lalu pergi.

"Oppa.." panggilku.

"Ye?" dia berbalik.

"Gamsahamnida." ujarku sambil membungkukkan badan.

"Ne dangsin doyo." ujarnya.

Aku tersenyum cerah. Namja berambut merah itu. Omo, kenapa dia begitu baik?

___
Aku sibuk mencari-cari buku resensi di perpustakaan.

"Buku apa yg ingin kau cari?" tiba-tiba saja Hyun Seung oppa sudah berdiri di dekatku.

"Omo, oppa mengagetkanku. Ini, aku hanya ingin mencari resensi untuk tugas makalah yg diberikan Ibu Min."

"Kapan tugasnya akan di serahkan?" tanyanya.

"Besok. Waktunya tidak banyak. Cuma di beri waktu dua hari."

"Temanya tentang apa?" tanyanya.

"Lingkungan hidup. Kami juga harus mengumpulkan minimal 3 buku yg kami gunakan pada makalah itu."

"Tentu sangat sulit." ujarnya.

"Ya sedikit." ujarku sambil tersenyum.

___
Malamnya aku datang ke rumah Gi Kwang. Gi Kwang sudah rapi dengan gaya pakaiannya yg benar-benar keren menurutku.

"Masuk saja ke kamarku. Aku sudah siapkan semuanya. Aku harus pergi sekarang. Ji Eun sudah menungguku. Sampai nanti." ujar Gi Kwang.

Aku hanya melongo melihatnya.

"Mari." Doojoon oppa mengantarku ke kamar Gi Kwang.

"Oppa tidak perlu repot-repot." ujarku.

"Tidak apa-apa." ujarnya.

Doojoon oppa kembali membawa dua cangkir coklat hangat.

"Aku pikir kalau yeoja itu suka yg manis-manis." ujarnya.

Doojoon oppa menemaniku mengerjakan tugas Ji Eun sambil menonton film kartun dari laptopnya.

Bosan menonton, dia mulai berselca ria. #ini baru Doojoon yg sebenarny hehehe

"Huwah, ini lebih sulit dari yg ku bayangkan. Dari tadi aku hanya membuat sampul depannya saja." ujarku sambil menepuk-nepuk punggungku yg terasa ngilu.

Kejadian dua hari yg lewat itu, sakitnya masih terasa sampai sekarang.

"Apa kau lelah? Kau mau aku memijit tanganmu?" tawar Doojoon oppa.

"Ah, aniyo oppa."

Dia tidak mendengarkanku dan malah menarik tanganku dan mulai memijit.

"Aww!" jeritku saat dia memijit bagian yg memar.

"Ada apa? Apa terasa sakit?" dia memeriksa lenganku. Dan dia heran melihat ada bagian yg memar.

"Apa yg terjadi dengan lenganmu?"tanyanya.

"Oh ini. Ini bekas pukulan kakak-kakak kelas yg cemburu pada pacar Gi Kwang." ujarku tanpa sadar.

"Eh," aku cepat-cepat menutup mulutku.

"Apa yg mereka lakukan padamu?" tanyanya.

"Bukan apa-apa. Lupakan saja." ujarku lalu melanjutkan kegiatan mengetikku.

Dia menarik tanganku.

"Ada apa? Mereka memukulimu sampai seperti ini. Pasti masalahnya sangat serius. Tolong ceritakan padaku." pintanya.

"Mereka hanya marah padaku karna aku yg menghubungkan Gi Kwang dengan Ji Eun." ujarku.

"Hanya karna itu?"

Aku mengangguk.

"Kenapa kau lakukan itu?" tanyanya.

"Ye?" tanyaku tidak mengerti.

"Kau tau hatimu akan terluka tapi kau tetap menghubungkan Gi Kwang dengan Ji Eun. Kenapa harus mengorbankan perasaanmu sampai sejauh itu?" tanyanya. Aku menunduk.

"Aku tau kau sangat menyukai Gi Kwang. Tatapan matamu tidak bisa membohongi hal itu. Itu sangat jelas. Tapi aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Gi Kwang yg menyia-nyiakan yeoja sebaik dirimu. Aku pikir dia tidak bisa berpikir dengan normal." ujarnya.

"Aku tidak bisa berharap dia mencintaiku. Walaupun aku ingin, tapi itu suatu hal yg tidak mungkin. Aku hanya sahabatnya. Dia hanya menganggapku orang yg akan ada saat dia butuh. Tidak lebih. Dan aku tidak mungkin bisa berharap lebih." ujarku sambil menangis. Doojoon oppa menenangkanku dengan mendekapku hangat.

"Mudah-mudahan kau bahagia. Ya sudah sekarang ayo kita minum dulu. Berjanjilah kau tidak akan menangis sendiri lagi." ujarnya.

Fanfic Nothing Better Than You part 5

Hampir 4 jam aku menunggu. Gi Kwang tidak juga datang. Jalanan agak sepi karna hujan masih turun dengan deras. Setengah jam kemudian dia meneleponku.

"Soo Hye-ah, aku baru pulang. Mianhae, aku tidak bisa datang karna tiba-tiba ada urusan dengan Ji Eun. Apa kau sudah pulang?" tanyanya.

"Ye, aku sedang berada di perjalanan." ujarku berbohong. Aku hampir menangis. Baru kali ini dia tidak menepati janjinya.

Aku berjalan pulang di tengah hujan deras. Aku merasa badanku makin terasa ngilu. Aku menangis di sepanjang jalan.

"walaupun aku menunggu sampai mati kamu tidak akan datang."

Gwaenchana. Naneun gwaenchana. Mencintai seseorang itu harus banyak berkorban.

Tiba-tiba seseorang memayungiku. Aku menoleh ke samping sambil mengerjapkan mataku yg pedih.

"Doojoon oppa." ujarku.

"Ayo kita pulang." ujarnya. Dia lalu menggenggam tanganku dan masuk ke dalam taksi yg di stop-nya.

"Gomawo." ujarku dengan canggung.

"Tidak perlu mengucapkan terima kasih." ujarnya. Dia melepas jaketny dan meletakkannya di bahuku.

"Kembalikan padaku setelah kau tidak membutuhkannya lagi." ujarnya sambil tersenyum. Ternyata senyumnya manis juga. Selama ini dia agak tertutup dan suka menyendiri.

Aku membalas senyumnya.

Dia tidak melihatku menangis kan? Tidak kan? Aku berharap dia tidak melihat betapa cengeng-nya aku ini.

Doojoon oppa mengantarku sampai di depan rumahku. Aku berkali-kali mengucapkan terimakasih lalu dia kembali ke rumahnya.

Aku memencet bel. Umma membuka pintu dan melongo melihatku. Aku hanya bisa menunduk.

"Kenapa bisa basah kuyup seperti ini?"

"Aku lapar Umma. Nanti saja ceritanya ya." ujarku dengan parau. Aku lalu berjalan menuju kamarku.

___
Aku berkali-kali bersin. Umma prihatin melihatku.

"Aigo, kenapa kau tidak menelepon Appamu dan memintanya menjemputmu?" ujar Umma mensesalkanku.

"Aku tidak ingin merepotkan Appa. Appa pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya." ujarku.

"Sesibuk apapun anak itu lebih di utamakan." ujar Umma.

"Tetap saja aku tidak tega menyuruh Appa meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menjemputku." ujarku sambil fokus mengetik tugas makalah yg belum kelar juga.

"Apa tugasnya harus selesai sekarang?" tanya Umma.

"Masih ada waktu satu hari lagi Umma. Tapi aku tidak mau menundanya, aku juga harus mengumpulkan beberapa buku resensi lagi." ujarku.

"Sebaiknya kau istirahat dulu. Kalau sudah agak baikan baru dilanjutkan. Uh, kalau seandainya Umma dulu ikut kursus komputer mungkin Umma yg sudah mengerjakan tugasmu."

Aku menghentikan tugasku lalu merangkul Umma dengan hangat yg duduk di sampingku.

"Perhatian yg Umma berikan padaku saja sudah cukup bagiku."

"Ya sudah lanjutkan tugasmu. Jangan lupa minum obatnya. Kalau perlu sesuatu panggil saja Umma." ujar Umma.

"Ye Umma. Calcayo." ujarku.

"Ne, jangan tidur terlalu malam." ujar Umma. Setelah Umma pergi aku cepat2 menyelimuti tubuhku yg menggigil.

___
"Soo Hye-ah." seseorang menepuk bahuku dari belakang saat aku menunggu bus di halte. Aku menoleh.

Gi Kwang menatapku dengan ekspresinya yg cute. Doojoon juga berdiri di sampingnya.

"Anyeong haseo oppa, tidak biasanya pergi dengan Gi Kwang. Odika?" tanyaku menyapa Doojoon oppa.

"Ne anyeong haseo. Ah, aku mau mengunjungi temanku yg sakit."

"Soo Hye-ah, kenapa kau malah menyapa Doojoon hyung? Aku cemburu." ujar Gi Kwang dengan ekspresi lucu.

"Ya! Sadarlah kesalahan apa yg kau lakukan padanya." ujar Doojoon oppa sambil menyikut lengannya.

"Aku tidak melakukan apapun. Apa aku berbuat salah padamu?" tanyanya padaku.

Aku menatap Doojoon dengan tatapan-tolong-jangan-bahas-masalah-yang-kemarin. Doojoon oppa sepertinya mengerti. Dia menyikut Gi Kwang.

"Hey, aku duluan. Jaga dia baik-baik. Soo Hye-ah, sampai nanti." ujar Doojon oppa lalu menyetop taksi dan pergi.

"Ya! Ada apa dengannya? Tadi dia bilang ingin naik bus saja, sekarang dia pergi dengan taksi. Apa dia gila? Semalam dia juga tiba-tiba pergi di saat hujan deras seperti itu." gumam Gi Kwang.

Aku menatap Gi Kwang.

"Memangnya Doojoon oppa kemarin kemana?" tanyaku.

"Aku tidak tau. Jaketnya juga menghilang. Ckckck, ya sudahlah. Itu dia bus kita sudah datang."

Aku terpaku. Jadi Doojoon oppa, apa dia semalam sengaja menjemputku?

"Tunggu," ujarku mencegah Gi Kwang naik ke atas bus.

"Wae?"

"Kenapa kau hari ini naik bus denganku? Apa kau tidak menjemput Ji Eun?" tanyaku.

Gi Kwang tersenyum. Manis sekali.

"Karna ada sesuatu yg ingin aku katakan padamu." ujarnya lalu naik.

"Sesuatu?" aku bingung.

"Aish, sampai kapan kau akan mematung seperti itu. Ayo naik." dia menarikku naik ke atas bus. Aku merasa jantungku berdegup kencang saat dia menggenggam tanganku erat. Dia memang sudah biasa menggenggam tanganku tapi baru kali ini aku merasa jantungku berdegup sangat kencang sampai-sampai aku hampir sulit bernafas dengan normal.

"Soo Hye-ah, apa kau mau membantuku?" tanyanya.

"Bantu apa?" tanyaku.

Sabtu, 17 September 2011

Lirik lagu RAINY HEART by Heo Young Saeng

Lirik RAINY HEART by Heo Young Saeng

Hey you never know. This is my story

Biga naerideon geu eoneu nal
Nunmureul gamchwosseotji
Haneureun nal biutdeut bireul peobueosseo
Biga naerideon eoneu nal saenggage jamgyeotji
Geuriun chueoge nal tteoolimyeo

rainy day jeo bireul bomyeon
nado mollae nunmuri heulleo
Biga olttaemyeon wae nae mameul ullineunji
< rainy heart> nugungareul geuriwohada
< rainy heart> eoneu nalcheoreom oneul harudo heulleogagetji

Biga naerideon geu eoneu nal
Na hollo gireul geotda
Gaseumeun nal ullideut naege mareul haesseo
Biga naerideon eoneu nal saenggage jamgyeotji
Naege dagaon ibyeoreur oh yeah

rainy day jeo bireul bomyeon
nado mollae nunmuri heulleo
Biga olttaemyeon wae nae mameul ullineunji
< rainy heart> nugungareul geuriwohada
< rainy heart> eoneu nalcheoreom oneul harudo heulleogagetji

I'll forget that naemamgipi namainneun love is true
But gaseum gipi nama like a hurricane

< rainy day > na hollo
Drunken again
Oerun jeo bireul bomyeo inonaereul deutnaeun damyeon
Baby maybe i cry alone

< Rainy Heart > Jigeum nan bireul majeumyeo
< Rainy Heart > Bia hamkke nunmuri heulleo
Ireon narimyeon wae nae mameul ullineunji
< Rainy Heart > nugungareul geuri wohada
< Rainy Heart > Eoneunalcheoreom jigeum harudo heulleogagetji

huh, it's raining. Maybe i'm crying again
Hey, you hear me? My heart. Rainy heart.

Lirik MONALISA by MBLAQ

Lirik MONALISA by MBLAQ

THUNDER
Everybody on the left.
Everybody on the night.
Everybody, everybody, everybody in the house say. Lalalalala, hey lalalalala, hey lalalalalala

MIR
Baby say yeah yeah yeah yes
Don't say no no no no
Nuneul ttel sueobseo neol gajilsuga eobsdaedo do do do
Ileon jeog cheomiya naleul bwa wae eodil bwa
Bulleodo amu daedab eobsneun neon monalija
Yeogin neouli jaliya nal tteonajima

ALL
Know, i know, i know, i know

G.O.
Saranghae, saranghae saranghanda
Taeyangboda tteugeobge wonhada
Neon gajil su eobneun
Monalija gataseo, dullyeowo

ALL
Naege annyeongila malhajima
Geuleon nunbicheulo naege malhajima
Baby say yes, baby say yes
Monalija gateun pyojeung eulhago
Oh oh oh oh oh
Oh baby say yes, baby say yes

SEUNG HO
Nan meonghaniseoseo, barabogoisseo

THUNDER
You never know niga naeyeojaga deolji
Nan gyeolgug tto neoleul balaboge dwaessji
Amumal eobsi mupyo jeonghande useumyeo
Neon meol eojigoisseo

ALL
Know, i know, i know, i know

LEE JOON
Saranghae saranghae saranghanda
Ireohke solichyeo
bulleobonda
Neon gajil su eobneun
Monalija gataseo, dulyeowo

ALL
Naege annyeongila malhajima
Geuleon nunbicheulo naege malhajima
Baby say yes, baby say yes
Monalija gateun pyojeung eulhago
Oh oh oh oh oh
Oh baby say yes, baby say yes

G.O.
Neol manjilsuneun eobjiman
Neol gajilsuneun eobjiman neol wonhae

THUNDER
Everybody on the left.
Everybody on the night.
Everybody, everybody, everybody in the house say. Lalalalala, hey lalalalala, hey lalalalalala

ALL
Naege annyeongila malhajima
Geuleon nunbicheulo naege malhajima
Baby say yes, baby say yes
Monalija gateun pyojeung eulhago
Oh oh oh oh oh
Oh baby say yes, baby say yes

Fanfic Nothing Better Than You part 4Fanfic Nothing Better Than You part 4

Mereka semua menunduk.

"Pergilah. Jika aku melihat kalian melakukan ini pada Soo Hye lagi kalian tidak akan ku maafkan." ujarnya. Mereka pergi.

Hyun Seung membantuku membersihkan seragam sekolahku yg kotor. Dia juga mengumpuli buku-bukuku yg berserakan.

"Kau harus membeli buku lagi karna mereka." ujar Hyun Seung.

"Gomawo." ujarku sambil menangis.

"Jangan menangis. Aku berjanji akan selalu melindungimu. Kajja. Ayo aku antar pulang." ujarnya sambil menghapus airmataku.

Aku berjalan tertatih sampai di rumah.

"Gomawo oppa. Maaf telah merepotkan. Bisakah oppa tidak menceritakan masalah tadi pada siapapun?" pintaku.

"Geurae. Masuklah. Jika besok terjadi sesuatu, katakan saja padaku." ujarnya. Aku mengangguk.

"Baiklah, aku pulang. Calcayo." ujarnya sambil tersenyum tipis lalu pergi. Namja berambut merah itu, hari ini dia telah menyelamatkanku.

Aku masuk ke dalam rumah dengan tertatih-tatih.

"Ada apa denganmu?" suara Umma mengagetkanku.

"Tidak ada apa-apa Umma." ujarku lalu pergi ke kamar. Aku menghempaskan tubuhku di kasur. Aku merasa tubuhku terasa nyeri. Aku mengganti pakaianku. Ada beberapa luka memar di tubuhku. Akh, kenapa jadi sepert ini?

Umma masuk membawa teh hangat untukku.

"Ada apa sebenarnya? Begitu pulang kau tidak menyapa ibu bahkan tidak langsung ke meja makan seperti biasanya." Umma menyodorkan teh hangat itu kepadaku. Aku mengambilnya dan menyeruputnya.

"Tidak ada apapun. Gwaenchana. Aku hanya merasa lelah."

"Seragam sekolahmu kotor semua. Apa kau bilang itu baik-baik saja?" Umma mulai kesal karna aku tidak juga memberitahukan yg sebenarnya.

"Aku lelah bu. Ada banyak tugas sekolah. Besok saja ya ceritanya." ujarku.

"Ya! Apa kau ingin membodohi Umma-mu? Besok itu libur kan? Sejak kapan kau mulai tidak mau jujur pada Umma-mu ini?" tanya Umma.

Aku menunduk.

"Aku hanya tidak ingin memperpanjang masalah Umma." ujarku.

"Kau bertengkar dengan temanmu?" tanya Umma.

"Aniyo. Ini hanya salah paham. Itu bukan pertengkaran. Mereka hanya merasa cemburu pada pacar Gi Kwang."

"Gi Kwang punya pacar dan kau menjadi sasaran kemarahan mereka? Omona, Apa mereka bisa berbuat seenaknya seperti itu? Mana yg sakit? Apa perlu kita ke dokter?" Umma terlihat panik.

"Umma, masalahnya sudah selesai. Aku sudah menceritakan semuanya pada Umma, sekarang Umma keluarlah. Aku tidak apa-apa. Aku ingin istirahat." ujarku.

"Makanlah dulu sebelum tidur." ujar Umma.

"Geurae." ujarku sambil mengangguk.

Umma lalu keluar. Aku menghela nafas, memijat lututku yg sakit dengan pelan-pelan. Umma masuk lagi. Kali ini membawa nampan.

"Umma, apa itu?" tanyaku.

"Mana yg sakit?" tanya Umma. Umma mengoleskan krim penghilang rasa nyeri pada lututku.

"Umma biar aku saja." ujarku.

"Lain kali bicarakan dulu masalahnya baik-baik. Jangan asal memukul saja." ujar Umma.

"Ne, arasso." ujarku sambil sibuk mengoleskan krim di beberapa bagian tubuhku yg nyeri.

"Umma sudah membawakan makanan. Kalau tidak Umma bawa mungkin kau tidak akan mau makan."

"Gomawo Umma." ujarku.

"Setelah makan istirahatlah." ujar Umma lalu pergi keluar.

___
Seharian aku duduk di depan komputer mengerjakan makalah. Aku mengeluh karna tubuhku masih terasa sakit.

Ponselku berbunyi. Gi Kwang menghubungiku.

"Yeoboseo." ujarku.

"Soo Hye-ah, turunlah. Aku menunggumu di depan rumahku." ujarnya.

"Geurae." ujarku.

Aku memakai sweaterku lalu turun ke bawah.

"Odika?" tanya Umma.

"Aku akan ke tempat Gi Kwang." ujarku.

Aku tidak melihat Gi Kwang di teras rumahnya. Aku memencet bel. Doojoon oppa keluar.

"Mencari Gi Kwang?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Dia baru saja pergi." ujarnya.

"Jongmal?" tanyaku.

"Aku akan menghubunginya." ujarnya.

"Aniyo. Tidak usah oppa. Biar aku menunggunya saja." ujarku.

"Lebih baik kamu masuk saja. Diluar lumayan dingin." ujarnya. Tiba-tiba ponselku berdering.

"Aku ingin kau menemaniku ke toko buku. Apa kau bisa?" tanya Gi Kwang.

"Odika?" tanyaku.

"Kau tunggu saja di toko buku tempat kita biasa. Aku akan datang." ujarnya.

"Ye arasso." ujarku. Dia lalu mematikan ponselnya.

"Oppa, gomawo. Aku akan pergi sekarang. Anyeong." ujarku sambil membungkukkan badan.

"Ye." ujar Doojoon oppa.

Aku segera ke halte tapi aku sadar aku tidak membawa dompet. Terpaksa aku berjalan kaki ke toko buku yg letaknya lumayan jauh. Aku menunggu di luar toko buku. Gerimis mulai turun dan hari mulai gelap. Hhh, kenapa Gi Kwang tidak datang-datang juga. Ini sudah hampir 2 jam. Aku memutuskan untuk menghubunginya. Tapi dia samasekali tidak mengangkat.

Aku melihat ke atas langit. Hujan semakin deras saja.

Aku masih tetap berdiri walaupun kakiku sudah sangat kram sambil berusaha menghubunginya. Tapi dia tidak juga mengangkat ponselnya.

Aku tidak mungkin memutuskan untuk pulang. Bagaimana kalau Gi Kwang datang? Tentu aku akan mengecewakannya.

Fanfic Nothing Better Than You part 3Fanfic Nothing Better Than You part 3

___
Pagi ini aku cepat-cepat sarapan dan menunggu Gi Kwang di teras rumahku.

"Soo Hye-ah ayo kita pergi." serunya dari balik pagar rumahku. Aku membuka pintu pagar.

"Tidak biasanya kau secepat ini." ujarnya.

Aku hanya tersenyum.

"Ada apa denganmu hari ini? Kau sepertinya kurang sehat. Wajah pucat, mata bengkak, omo, apa yg kau lakukan semalaman?" tanyanya.

"Aku harus mengerjakan tugas sampai larut jadi waktu untuk tidur cuma sedikit." ujarku berbohong. Sebenarnya aku menangis semalaman.

"Ayo kita berangkat." dia merangkulku berjalan menuju halte. Aku melepas rangkulannya.

"Wae?"

"Aku tidak mau Ji Eun salah paham melihat kita seperti ini." ujarku.

"Gwaenchana. Aku sudah memberi tau padanya kalau kau sudah ku anggap nae dongsaeng. Lagipula ini masih di lingkungan sekolah kita." ujarnya. Aku tersenyum getir. Dongsaeng. Ternyata hanya itu artiku baginya.

Kami duduk di bangku paling belakang bus.

"Aku dan Ji Eun sudah berpacaran." ujar Gi Kwang sambil tersenyum cute. Wajahnya sangat ceria. Aku hanya menatap Gi Kwang.

"Aku tidak menyangka bisa secepat ini tapi aku senang karna ternyata dia menyukaiku juga."

Aku hanya tersenyum.

"Chukae." ujarku.

"Apa kau punya seseorang yg kau sukai juga? Aku pasti akan membantumu." ujarnya sambil menyikut bahuku dengan bahunya.

"Ah, aniyo. Aku tidak menyukai siapapun." mana mungkin aku bilang padanya kalau aku menyukainya.

"Jinjja? Apa kau tidak percaya denganku? Aku benar-benar bisa membantumu."

"Lupakan. Lebih baik kau fokus saja pada hubunganmu dengan Ji Eun." ujarku.

"Ya! Ada apa denganmu? Kau tidak bersemangat hari ini. Apa ada masalah?" tanyanya.

Aku menggeleng.

Bus berhenti di halte. Kami berdua turun. Ji Eun ternyata sudah menunggu.

"Oppa!" serunya dengan manis. Gi Kwang menyambutnya.

"Apa kau sudah lama?" tanya Gi Kwang. Dia merangkul Ji Eun erat.

"Aniyo. Baru saja." ujar Ji Eun.

Mereka meninggalkanku sendirian. Aku melangkah dengan sedih.

Saat masuk ke kelas, terjadi kehebohan. Beberapa yeoja memberitahuku tentang hubungan Gi Kwang dan Ji Eun. Ternyata seisi sekolah sudah tau kalau Gi Kwang berpacaran dengan Ji Eun. Dan mereka menyerbu Ji Eun yg masuk dengan tampang ceria. Mereka mengerumuni Ji Eun seperti artis saja (emang artis kali ea hehehe). Memberi Ji Eun beberapa pertanyaan. Ji Eun menceritakan hubungannya dengan Gi Kwang dengan wajah ceria. Tentu saja dia bangga menjadi pacarnya Gi Kwang, namja paling cute satu sekolah ini. Aku tidak yakin dia benar-benar menyukai Gi Kwang. Aku mengambil notesku dan pergi ke perpustakaan.

Perpustakaan sepi. Hanya ada beberapa yeoja yg sibuk membaca buku dan nona penjaga perpustakaan. Aku menuju rak buku paling belakang dan bersandar di dindingnya. Ku perhatikan halaman sekolah dari kaca jendela perpus. Beberapa yeoja datang dengan namjachingu-nya. Aku menunduk sedih.

Ibu Min memberikan tugas terakhir sebelum pulang.

"Kalian harus menyelesaikan makalah tentang lingkungan hidup dan mengumpulkan buku resensinya paling sedikit 3 buah. Ibu beri waktu 2 hari. Harap kalian kerjakan dengan baik." ujar Ibu Min.

"Baik." ujar kami.

Ibu Min keluar. Kami sibuk menyusun buku-buku.

Aku melihat Gi Kwang berdiri di depan pintu kelasku. Dia menyambut Ji Eun. Mereka pulang bersama. Sakit rasanya melihat orang yg kita sukai bersama dengan orang lain. Biasanya dia akan berdiri di pintu kelasku untuk mengajakku pulang bersama-sama, tapi kini aku di abaikan. Ya, cepat atau lambat Gi Kwang pasti akan melupakanku.

Aku melangkah dengan lelah menuju halte. Tiba-tiba beberapa orang yeoja menghadangku. Aku tau mereka seangkatan dengan Gi Kwang.

"Ada apa?" tanyaku pada mereka.

"Jadi kau orangnya."

"Apa maksud kalian?" tanyaku bingung.

Seorang yeoja menarik rambutku.

"Kau tau berapa orang yg patah hati karna ulahmu?"

"Tolong lepaskan. Aku benar-benar tidak tau apa maksud kalian." ujarku.

"Kami bisa terima kau pulang dan pergi dengan Gi Kwang karna dia menganggapmu sebagai adiknya. Tapi kami tidak bisa terima jika Gi Kwang berpacaran dengan Ji Eun. Dan kami semakin tidak terima begitu kami tau kaulah yg menghubungkan mereka. Hampir yeoja seisi sekolah ini menyukai Gi Kwang. Sekarang apa kau sudah bisa menghitung berapa orang yg patah hati karna ulahmu."

Mereka menendangku beramai-ramai. Menarik rambutku. Mengoyak buku-bukuku.

"Mianhaeyo. Mianhaeyo." rintihku.

Mereka tidak mempedulikan perkataanku. Bahkan mereka makin memukuliku. Aku menangis. Badanku terasa sakit semua.

"Ya! Apa yg kalian lakukan padanya?" aku menoleh. Hyun Seung oppa menatap mereka dengan wajah kesal. Dia membantuku berdiri.

"Apa dia melakukan kesalahan pada kalian?" tanya Hyun Seung marah.

"Apa karna Gi Kwang berpacaran dengan Ji Eun kalian jadi menyalahkan Soo Hye? Yg kalian serang itu seharusnya Ji Eun bukan Soo Hye."

Senin, 12 September 2011

Fanfic Nothing Better Than You part 2Fanfic Nothing Better Than You part 2

"Apa kau sudah mengerjakan tugasmu?"

aku menggeleng.

"Aku akan memintanya mengajariku."

"Jangan sampai terlalu larut." ujar Appa.

"Ye Appa."

___
Aku memencet bel rumah Gi Kwang. Doojoon oppa yg membukanya. Aku mengangguk dengan gugup. Aku sedikit segan sama oppa yg satu ini. Dia agak pendiam dan berbeda dengan adiknya Gi Kwang. Dan kami jarang berbicara.

"Gi Kwang sudah menunggumu. Mari masuklah." ujarnya.

Aku mengangguk.

Doojoon oppa mengantarku ke ruang tengah.

"Nontonlah dulu. Gi Kwang sedang memasak di dapur." ujarnya.

"Ye oppa. Gomawo." ujarku.

Dia duduk di seberangku.

"Kau membawa apa?" tanyanya.

"Ini cuma tugas dari sekolah." ujarku.

"Coba aku lihat." ujarnya.

Aku memberikan buku tugasku.

"Tugas bahasa Inggris?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Sebentar." dia kemudian naik ke lantai atas lalu kembali dengan membawa setumpuk buku. Aku terkejut melihatnya.

"Ini beberapa buku panduan belajar bahasa Inggris dan catatanku sewaktu kelas 2. Kau bisa mencarinya disini."

"Gomawo oppa." ujarku dengan canggung.

Aku mulai mengerjakan tugasku dengan bantuannya. Ah, ternyata Doojoon oppa orang yg menyenangkan.

Bel berbunyi. Doojon oppa membukakan pintu. Seorang namja berambut merah masuk sambil menyapa Doojoon. Sepertinya dia kakak kelasku, temannya Gi Kwang.

"Anyeong haseo, apa Gi Kwang ada?" tanyanya.

Gi Kwang berlari dari arah dapur masih menggunakan celemek.

"Hyun Seung-ah, kau sudah datang. Masuklah. Aku akan bergabung sebentar lagi." ujarnya.

Doojoon dan Hyun Seung duduk di dekatku.

"kau adik kelas kami yang sering bersama Gi Kwang kan?" tanya Hyun Seung.

Aku mengangguk.

"Ye, naneun Soo Hye imnida." ujarku.

Gi Kwang datang dari dapur sambil membawa semangkuk besar pop corn.

"Omo, Soo Hye-ah, kau sudah datang?" tanya Gi Kwang dengan tampang shock yg cute.

"Aish, kau jahat sekali. Dia sudah setengah jam disini." ujar Doojoon oppa.

"Aku sudah datang. Apa aku boleh pulang sekarang?" tanyaku.

"Andwae, andwae. Aku benar-benar tidak tau kalau kau sudah datang." ujarnya.

"Aku cuma bercanda." ujarku.

Gi Kwang menarikku ke dapur.

"Ayo kau bantu aku membawa soft drink-nya." ajaknya.

Kami menonton sambil mengobrol. Gi Kwang usil dan mulai melempari kami dengan pop corn-nya. Sedangkan Doojoon oppa, dia meminum semua soft drink yg ada, bahkan punyaku juga. Gi Kwang memarahinya.

"Ya! Hyung, bukankah aku sudah memberikan bagianmu? Kenapa kau minum bagian kami juga."

Doojoon menatap Gi Kwang dengan tampang innocent.

"Benarkah?" kemudian dia meneguk habis soft drink milik Gi Kwang.

___
Ji Eun duduk di depanku dengan tampang penuh tanda tanya.

"Ada apa? Kau tidak pernah mengajakku berbicara seperti ini sebelumnya." tanyanya.

"Kau tau Gi Kwang-ssi?" tanyaku.

"Kakak kelas yg sering pergi denganmu itu?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Dia.. Dia menyukaimu." ujarku. Suaraku sedikit bergetar.

"Jinjja?" tanyanya tidak percaya.

Aku mengangguk lagi.

"Aku pikir kalian berpacaran. Omona, oppa cute itu menyukaiku?" dia senyum-senyum sendiri. Ini sudah bisa di pastikan. Semua yeoja juga ingin berpacaran dengannya.

"Terus, apa dia mengatakan sesuatu?"

"Dia ingin mengajakmu kencan. Mungkin sepulang sekolah ini." ujarku.

"Huwah, omona, apa yg harus aku lakukan? Baiklah, aku akan pergi dengannya. Soo Hye-ah, gomawo." ujarnya. Dia kemudian berjalan ke bangkunya dengan senyum senang. Aku menunduk sedih. Aku tidak mungkin bisa bahagia jika aku sendiri yg mengorbankan diriku untuk kebahagiaan mereka. Tapi aku akan mencoba menjadi orang yang tulus.

___
Aku melambaikan tanganku pada Gi Kwang dan Ji Eun yg naik ke bus.

"Soo Hye-ah, kau pulang sendiri saja ya."

"Ye, semoga sukses." ujarku. Dia mengedipkan sebelah matanya.

"Pasti." ujarnya.

Bus melaju meninggalkan aku sendirian di halte. Aku menunduk sedih. Airmataku menetes lagi. Ah, kenapa aku jadi berubah cengeng seperti ini.

Aku duduk di halte sendirian.

"Belum pulang?" seseorang menyapaku. Aku menoleh dan cepat-cepat menghapus airmataku.

"Oh, Hyun Seung oppa. Belum. Aku menunggu bus." ujarku.

"Masih pukul 8, mau ikut denganku?"

"Odi?" tanyaku.

"Makan." ujarnya.

"Mianhae, aku banyak tugas hari ini." tolakku.

"Baiklah. Lain kali kau mau pergi denganku kan?" tanyanya.

"Ye oppa." ujarku.

"Kalau begitu aku akan menemanimu sampai busmu datang."

"Ah, andwae. Nanti oppa bisa terlambat pulang ke rumah." ujarku.

"Tidak apa." ujarnya.

Kami terdiam beberapa menit.

"Sejak kapan kalian menjadi akrab seperti ini?" tanyanya.

"Nugu?"

"Kau dan Gi Kwang."

"Sejak tiga tahun yg lalu."

"Banyak yg mengira kalian punya hubungan khusus." ujarnya.

"Aniyo. Kami hanya bersahabat. Busku sudah datang. Oppa, mianhae, aku pulang duluan." ujarku.

"Ye, hati-hatilah." ujarnya. Aku mengangguk.

Aku menangis di dalam bus. Patah hati itu sangat menyakitkan.

Fanfic Nothing Better Than You part 1Fanfic Nothing Better Than You part 1

Fanfic Nothing Better Than You

Casting:
> Kwon Soo Hye
> Lee Gi Kwang Beast
> Hyun Seung Beast
> Doojoon Beast
> IU as Lee Ji Eun
genre> romance


___
Seperti biasanya Gi Kwang akan berdiri di depan pagar rumahku dengan tampang sedikit kesal. Tapi tetap saja itu sangat cute bagiku.

"Kau terlambat 5 menit." ujarny. Ah, sahabatku yg satu ini. Aku tersenyum.

"Mianhae."

"Ayo." dia menarikku. Kami sedikit berlari menuju halte, menaiki bus ke arah sekolah kami dan duduk di bangku paling belakang.

Dia menatapi wajahku yg kelelahan.

"Ada apa?" tanyaku.

"Kau tidak sarapan lagi?" tanyanya. Aku menggeleng.

"Aish, kau ini. Apa tidak sempat memakan satu potong roti saja?"

"Aku tidak punya roti di rumah." ujarku.

"Kau bisa memakan apa saja kan?"

"Aku tidak berselera sama sekali." ujarku.

"Pantas saja tubuhmu itu kurus sekali." ujarnya.

Aku hanya tersenyum.

Begitu sampai di sekolah, dia menyeretku ke kantin, memesan makanan dan memaksaku untuk memakannya.

"Kau harus menghabiskannya sebelum bel berbunyi." ujarnya.

Lagi-lagi dia begitu. Memantauku secara berlebihan. Ya, karna perhatiannya inilah aku menyukainya, menyukai sahabatku sendiri. Setelah menghabiskan makananku, kami menuju kelas masing-masing. Dia lebih tua satu tahun dariku. Tapi kami lebih senang untuk mengakrabkan diri dengan menyebut nama masing-masing.

"Tunggu aku pulang nanti." ujarnya.

"Baiklah." ujarku.


____
Seperti biasa kami akan mampir ke toko kaset untuk membeli beberapa film baru sebelum pulang ke rumah.

"Ayo kita makan dulu setelah ini." ajaknya.

"Aku tidak lapar." ujarku.

"Ya! Apa kau tidak akan pernah makan tanpa di paksa?" tanyanya.

"Iya, iya, aku akan makan. Kau tampak jelek sekali kalau marah seperti itu." ujarku. Dia melingkarkan lengannya ke leherku.

"Aku akan membunuhmu seperti ini kalau kau tidak makan." ujarnya.

Aku tertawa.

"Aku yakin kau tidak akan bisa melakukannya." ujarku.

"Ah sudahlah. Ayo kita pergi."

Kami memilih sebuah restoran kecil.

"Apa kau pernah jatuh cinta?" tanyanya.

Aku menatapnya bingung.

"Apa maksudmu?" tanyaku sedikit gugup. Tentu saja. Saat ini aku sedang jatuh cinta padamu. Bukan sedang, tapi aku memang sangat mencintaimu. Bahkan sejak aku menjadi tetanggamu tiga tahun yg lalu.

"Hey, ayolah. Apa kau tidak mau menceritakannya padaku?"

"Ya! Apa yg sebenarnya kau inginkan?" aku balik bertanya. Dia tersenyum lucu.

"Aku menyukai teman sekelasmu." ujarnya.

Deg. Aku terkejut. Ada perasaan nyeri di dadaku. Tapi aku berusaha menahannya dengan tersenyum.

"Benarkah? Pada siapa? Cepat ceritakan padaku." ujarku.

"Dia sangat manis dan lucu."

Aku menebak-nebak siapa yeoja yg dibicarakannya.

"Dia Lee Ji Eun." ujarnya.

Aku tersenyum. Ji Eun, dia memang cantik dan populer.

"Kau ingin membantuku?"

"Membantu apa?" tanyaku.

"Mengatur supaya kami bersama." ujar Gi Kwang.

"Baik." aku kembali tersenyum.

"Huwah, gomawo Soo Hye-ah. Aku yakin aku bisa mengandalkanmu." ujarnya.

Aku cepat-cepat menghabiskan makananku. Rasanya saat ini aku ingin menangis. Mataku berkaca-kaca.

"Nanti malam ayo kita nonton di rumahku." ujarnya. Aku tersenyum dan mengangguk.

"Ada apa? Matamu berair. Apa mienya terlalu pedas?" tanyanya. Dia mengambil sendok dan mencicipi sisa mieku.

"Ah, iya. Mungkin ini terlalu pedas bagimu. Kau mau aku memesankannya lagi?"

"Aniyo. Aku sudah cukup kenyang." ujarku.

"Kita langsung pulang saja." ujarnya. Aku mengangguk.

___
Aku termenung di depan komputerku. Mengabaikan tugas yg dari tadi belum ku kerjakan.

Perlahan airmataku menetes. Rasa nyeri itu masih terasa di hatiku. Ternyata dia hanya sekedar perhatian, tidak ada rasa samasekali. Aku memeluk kedua kakiku dan menangis sedih. Aku tidak apa-apa. Aku tidak boleh menangis seperti ini. Anggap saja ini luapan rasa cintaku pada Gi Kwang.

Ada sebuah pesan masuk.

'Aku menunggumu. Kau akan menonton film-nya bersama denganku kan?'

Aku menghapus airmataku dan membalas pesan dari Gi Kwang itu.

'Ye. Aku akan datang setelah tugasku selesai.'

'Kau bisa membawanya kesini supaya aku bisa membantumu.'

'Apa aku harus membawa komputer beserta mejanya kesana juga?'

'Ya! Alasanmu terlalu banyak. Cepatlah kemari. Aku akan memasak pop corn supaya kau mau datang.'

Aku meletakkan ponselku di meja belajarku.

"Ayo kita makan." tiba-tiba Umma membuka pintu kamarku begitu saja. Aku mengangguk.

"Ne umma."

Aku langsung menuju meja makan. Ada Appa yg sedang menonton berita dari tv yg ada di dapur. Aku membantu Umma mengangkat piring ke meja.

"Mianhae Umma, aku tidak membantumu memasak sore ini."

"Gwaenchana. Yg perlu kau lakukan hanya belajar. Urusan dapur itu tanggung jawab Umma." ujar Umma.

"Setelah makan malam aku ingin ke rumah Gi Kwang." ujarku.

Rabu, 07 September 2011

Fanfic Please Love Me Again part 15

"Tapi nyatanya kau telah melakukan itu pada Ayumi."

Dia menunduk.

"Apa yg kau lakukan jika orang yg kau sayangi pergi jauh tanpa memberi kabar, tidak menghubungimu, bahkan menghilang begitu saja? Aku cukup kecewa karna itu semua." ujarnya kesal.

"Kau harus melihat keadaannya dulu seperti apa." ujarku.

"Apa maksudmu?"

"Apa kau tau, Ayumi juga menderita disana. Dia ingin kembali ke Korea secepatnya setelah seminggu kematian ibunya, tapi dia mengalami kecelakaan dan harus di rawat di rumah sakit selama 5 bulan. Dia depresi. Tidak bicara ataupun tersenyum. Dia juga memilih untuk cepat-cepat menyelesaikan sekolahnya yg tertunda supaya bisa bertemu denganmu dan minta maaf. Tapi kau mencampakkannya dan tidak peduli lagi padanya. Melimpahkan semua kesalahan padanya. Apa itu dirimu yg sebenarnya?" tanyaku benar-benar sedih.

Dia termangu. Menatapku nanar. Ada sedikit sesal di wajahnya.

"Dia hanya ingin bertemu denganmu dan bersama lagi. Apa kau tidak bisa memenuhi permintaannya itu? Setelah dia kehilangan ibu-nya apa dia harus kehilanganmu sebagai orang yg sangat dicintainya?"

"Jadi begitu, jadi itu yg sebenarnya. Kenapa dia tidak pernah mengatakannya padaku?" Cheon Doong tertunduk sedih.

"Kata-kata tidak akan menyelesaikan semuanya. Pergilah ke bandara Incheon. Cegah dia sebelum pergi ke Jepang." ujarku.

"Dia akan ke Jepang?" tanyanya kaget.

_ CHEON DOONG POV

Aku terpaku sedih. Airmataku mengalir tanpa kompromi. Aku menatap wajah cantik itu. Tersenyum dengan tulus. Tubuhnya terbujur kaku di hadapanku dengan balutan perban disana-sini.

Mir terisak di sampingku.

"Ayumi-ah, Oppamu sudah datang. Kenapa kau tidak sadar juga? Bangunlah, dan bicara padanya."

Aku terduduk lemas. Menggenggam tangannya dengan erat. Tangan yg lembut itu kini terasa sangat dingin.

"Ayumi-ah..." panggilku parau.

"Mianhaeyo.." ujarku. Aku tumpahkan tangisanku sambil menggenggam tangannya. Kenapa semuanya terlambat? Kenapa kecelakaan itu harus terulang lagi? Dan kenapa kau tidak mengucapkan selamat tinggal untukku? Apa ini yg kau harapkan? Aku terisak. Mir menenangkanku.


Aku menemukan album foto kami diantara tumpukan kumpulan buku pribadinya. Aku membukanya satu per satu sambil menangis.

Ayumi menambahkan keterangan di setiap foto.

'aku dan oppa', 'aku dan ichigo', ' Dadoong dan Ichigo', 'Kami sekeluarga', dan terakhir aku menemukan kalimat di bawah fotoku.

'Oppa, please love me again.'

Ayumi-ah, aku mencintaimu. Aku tidak akan berbohong lagi tentang perasaanku. Sekarang kembalilah lagi.

_THE END_


hadew, ga sedih ya?

Fanfic Please Love Me Again part 14

"Aku berusaha untuk yakin." ujarnya. Senyumnya sedikit mengembang.

_AYUMI POV
Aku menyusun pakaianku ke dalam tas. Mir oppa masuk ke dalam kamarku.

"Kau sudah pamit dengan appamu?" tanyanya.

Aku mengangguk. Ku ingat wajah appa yg sedih mendengar permintaanku untuk kembali ke Jepang.

"Apa yg akan kau lakukan di Jepang? Disini kau bisa hidup enak dengan Appamu. Kau juga bisa menyuruh Appamu untuk mencari tempat tinggal lain bila kau memang ingin melupakannya." ujarnya lagi.

"Aku tidak ingin merepotkan Appa. Lagipula di Jepang aku bisa membantu nenek di restoran ramen-nya." ujarku.

"Kau tidak ingin mengucapkan kata terakhir untuk Cheon Doong?" tanyanya.

"Aku tidak yakin dia akan mendengarkanku berbicara." ujarku.

"Ayumi-ah, apa kau sudah selesai? Appa akan mengantarmu ke bandara." Appa muncul di depan pintu kamarku.

"Ye oppa." ujarku.

"Appa tunggu di bawah." ujar Appa.

Aku mengangguk.

Aku menatap Mir oppa, tersenyum padanya dan memberikan kotak berisi jam tangan untuknya. Sebenarnya jam itu ingin ku berikan untuk Cheon Doong oppa, tapi karna dia pasti tidak akan menerimanya, aku memilih untuk memberikannya pada Mir oppa saja.

"Apa ini?" tanya Oppa.

"Ku pikir setiap namja memerlukannya. Tolong pakai setiap hari." ujarku. Dia membuka kotaknya dan takjub.

"Huwah, apa kau benar-benar ingin memberikan ini padaku?" tanyanya.

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Gomawo, Ayumi-ah. Aku akan memakainya setiap hari." ujar Mir Oppa.

Kami turun ke bawah. Aku memeluk Mir oppa.

"Oppa, gomawo buat semuanya. Oppa yg terbaik bagiku. Bagaimana pun aku tidak akan pernah melupakan oppa. Jaga dirimu baik-baik. Sekali waktu datanglah ke Jepang aku akan buatkan mie ramen yg lezat untukmu." ujarku.

Dia membelai rambutku.

"Ne, Ayumi-ah. Jadilah yg terbaik. Dan kau juga harus sering menelepon aku dan Appamu." ujarnya.

Aku melepaskan pelukannya. Appa membantuku memasukkan tas ke bagasi mobil. Aku melambaikan tanganku.

"Anyeong." ujarku sambil tersenyum.

_MIR OPPA
Aku takjub melihat senyumnya. Omona, dia sangat manis sekali. Semenjak disini dia tidak pernah tersenyum semanis itu. Aku membalas lambaian tangannya.

Setelah mobil mereka pergi, aku segera mencari Cheon Doong di kampus. Dia sedang sibuk membaca buku di perpustakaan.

"Kau yg waktu itu." ujarnya.

"Apa kau benar-benar tidak ingin kembali pada Ayumi?" tanyaku langsung.

"Aish, apa maksudmu?" tanyanya.

"Kenapa kau membencinya?" tanyaku.

"Apa aku pernah mengatakan itu?" tanyanya.

"Lalu kenapa kau tidak menerimanya lagi?"

"Pertanyaan apa itu? Ya! Apa aku harus bergantung hanya pada satu yeoja?"

"Tapi kau dulu sangat menyukainya kan?"

"Bukan aku yg menyukainya, tapi dia yg menyukaiku. Lagipula tidak mungkin aku kembali pada Ayumi karna aku tidak ingin mengkhianati yeojachingu-ku yg sekarang."

Fanfic Please Love Me Again part 13

"Jadi adikku ini ternyata keren juga."

"Ini tidak seperti yang kalian bayangkan." ujarku.

"Sudahlah tidak perlu malu." ujar Nuna.

"Aish." aku benar-benar kesal.

_MIR POV
Kami pulang berempat. Ternyata rumah mereka berdekatan dengan rumah Appa-nya Ayumi. Aku berjalan dengan Dara Nuna di depan. Sedangkan Cheon Doong dan Ayumi berjalan di belakang. Wajah mereka terlihat agak canggung.

Setelah Cheon Doong dan nunanya masuk ke dalam rumah mereka, aku dan Ayumi masih berjalan beberapa meter lagi.

"Oppa..."

"Ada apa?" tanyaku.

"Sebenarnya aku dan Cheon Doong oppa tidak bersama lagi." ujarku. Aku menatapnya kaget.

"Jinjja?" tanyaku.

Dia mengangguk dengan wajah sedih.

"Dia tidak menyukaiku lagi." ujarnya sambil menangis sedih.

Aku mendekapnya erat. Ku biarkan dia menangis di bahuku.

"Oppa tau, tidak ada yang ku inginkan selain bertemu dan bersama dengannya lagi. Tapi sekarang ini hal tersulit yg tidak bisa ku lakukan."

Aku membawanya masuk ke dalam.

_AYUMI POV
Aku menunggu Cheon Doong oppa di pintu masuk kampus. Tapi lagi-lagi yeoja itu berjalan di sampingnya sambil menggandeng lengan oppa. Aku menganggukkan kepalaku saat Cheon Doong oppa melihat ke arahku, kemudian berlalu dengan hati sedih.

Tidak hanya saat masuk saja, saat mata pelajaran kuliah selesai aku kembali menemuinya. Tapi lagi-lagi yeoja itu dengan setia mengikutinya. Dengan putus asa aku pulang. Terpikir olehku untuk mengunjungi apartemen kecil lamaku. Suasananya sudah banyak berubah. Aku menemui Ahjuma pemilik apartemen-apartemen itu.

"Omona, apa kau benar-benar Ayumi?"

"Ye Ahjuma." ujarku sambil mengangguk.

"Ah, sudah lama sekali. Kau sudah banyak berubah. Kau ingin mengunjungi apartemenmu yang dulu?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Pacarmu, Cheon Doong-ah, melarangku untuk menyewakan apartemen yg kau tempati ke orang lain." ujarnya.

"Jongmal?" tanyaku.

"Dia bilang dia yg akan membayar uang sewanya. Bahkan seminggu sekali dia akan mampir ke sini untuk membersihkan ruangannya."

Aku termangu.

"Ini kuncinya. Silahkan lihat-lihat dulu. Aku ingin menemanimu tapi aku agak sibuk hari ini. Mianhae."

"Gwaenchana ahjuma. Aku akan ke atas dulu." ujarku.

Aku memasuki ruangan yg sudah lama tidak ku tempati ini. Ruangan ini terawat rapi. Aku mengambil boneka kucing pemberian Nichkhun oppa dan mendekapnya. Aku rindu sekali suasanan disini. Ku ambil album foto yg tergeletak di meja belajarku. Omo, ini album yg kususun waktu itu. Aku membuka halaman demi halaman. Semua foto itu. Kenangan manis kami.

Pintu terbuka. Cheon Doong oppa berdiri di depan pintu sambil menatapku tajam.

"Apa yg kau lakukan disini?" tanyanya.

"Aku hanya ingin mampir sebentar." ujarku.

"Apa yg ingin kau cari disini? Mencari kenanganmu yg hilang? Bukannya kau tidak peduli lagi dgn semua itu?"

Aku menelan ludah dan menunduk, samasekali tidak berani menatap matanya yg menghujam hatiku.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa kembali lebih cepat karna beberapa hal."

"Aku tidak menyuruhmu datang lebih cepat. Tapi setidaknya kau menjawab telepon-ku atau membalas sms-ku."

aku menangis sedih.

"Oppa, apa oppa tidak bisa menyukaiku seperti dulu lagi?" tanyaku.

"Seharusnya kau mengucapkan itu sebelum aku kecewa dan putus asa. Apa kau ingin aku diabaikan lagi? Aku tidak berharap bisa dekat denganmu lagi." ujarnya lalu pergi.

Aku menangis lagi. Aku memang pantas mendapatkan ini. Dia pantas membenciku seperti ini.

Aku menghapus airmataku dan turun ke bawah. Aku menyerahkan kunci ke Ahjuma.

"Ahjuma aku hanya ingin mengambil ini." ujarku sambil memperlihatkan boneka kucing pemberian Nichkhun.

"Tolong bilang sama Cheon Doong oppa, aku juga mengambil album fotonya karna dia sudah tidak memerlukannya lagi." ujarku.

Ahjuma mengangguk.

Aku berjalan menuju halte. Tapi segera ku hentikan langkahku saat melihat Cheon Doong oppa dan yeoja itu duduk berdua. Di pangkuan yeoja itu aku melihat Ichigo, kucing manisku. Kenapa oppa bisa memberikannya pada yeoja itu?

_MIR POV
Sepanjang hari Ayumi hanya duduk diam di balkon depan kamarnya sambil melihat ke jalanan.

"Apa ada masalah?" tanyaku.

Dia menoleh ke arahku. Dan tersenyum tipis.

"Aniyo oppa." ujarnya.

Aku berdiri di sampingnya. Ayumi menatap ke atas langit berusaha menahan airmatanya supaya tidak jatuh.

"Aku ingin kembali ke Tokyo." ujarnya. Aku terkejut.

"Wae? kau belum ada seminggu disini." ujarku.

"Dia tidak menginginkanku lagi oppa. Mungkin melupakannya adalah hal yg terbaik." ujarnya. Airmatanya mulai menetes perlahan. Dia menyekanya dengan jarinya yg lembut.

"Apa kau sudah yakin dengan keputusanmu?" bagaimana pun dia orang yg pernah aku sukai. Aku tidak tega melihatnya menderita seperti ini hanya karna seorang namja.

Fanfic Please Love Me Again Part 12

"Oppa." dia memanggilku. Aku menghentikan langkahku sejenak dan berbalik ke arahnya. Dia menatapku dengan wajah sendunya.

"Ada apa?" tanyaku.

"Aku..." dia menggerakkan bibirnya.

"Oppa, kau sudah datang?" Ha Joon langsung menggenggam lenganku erat. Aku tersenyum tipis. Ayumi memandangi Ha Joon dengan tatapan nanar. Dia menganggukkan kepalanya ke arahku lalu pergi. Aku mendesah nafas berat. Ha Joon terus saja mengoceh. Aku melepaskan tangannya lalu pergi.

"Ya! Oppa, ada apa denganmu?" Ha Joon terus saja mengejarku. Hhh, apa yg harus aku lakukan?

_AYUMI POV
Aku duduk di meja belajarku. Mengerjakan tugas kuliah dengan perasaan yg tidak menentu.

Aku memandangi fotonya di ponselku. Dia ternyata diam-diam menyimpan beberapa file foto berisi semua fotonya di ponselku.

Aku menangis sedih. Dia masih menyukaiku kan? Dia masih punya rasa cinta untukku kan? Aku terisak. Oppa, apa kau tau aku kembali ke Korea karna ingin bersamamu lagi.

_MIR POV
Aku mengintip Ayumi dari balik pintu kamarnya yg terbuka sedikit. Sepertinya dia sedang sedih. Aku beranjak ke teras rumah.

Aku mengirimkan sms untuknya.

Apa kau sedang sibuk?

Beberapa menit kemudian dia membalas.

Aniyo, oppa. Ada apa?

Mau menemaniku?

Oppa membutuhkan sesuatu?

Aku ingin makan mie pedas. Kau mau ikut?

Tidak ada balasan sampai 5 menit kemudian.

Ayo kita pergi, aku sudah ada di depan.

Aku melongo dan menoleh ke arah pintu masuk. Benar. Dia sudah berdiri di depan pintu.

"Huwah, kau cepat sekali. Ayo!"

Ayumi berjalan di sampingku.

"Apa boleh kita jalan kaki saja?" tanyanya.

"Tentu."

Kami mencari kios mie pedas terdekat.

_CHEON DOONG POV
Dara Nuna menghampiriku di kamar.

"Ya! Doongie-ah, sampai kapan kau akan belajar terus. Ayo temani aku mencari makanan." ujarnya sambil menarik tanganku.

"Aku tidak lapar." tolakku.

"Tapi aku sangat lapar." dia terus memaksa.

"Baiklah, baiklah." aku lalu mengambil sweaterku dan memakainya.

Kami berjalan kaki menuju kios mie pedas.

"Kenapa malam-malam begini Nuna ingin sekali makan mie pedas?" ujarku kesal.

"Memangnya kenapa? Di malam dingin begini lebih enak kalau menikmati mie pedas."

"Aish, Nuna mengingatkanku pada seseorang." ujarku.

"Nugu?" dia mulai menatapku penasaran.

"Kekasihmu?" tanyanya mulai mendesakku.

"Itu rahasia." ujarku berjalan cuek.

"Ya! Kau mulai tidak jujur pada Nuna-mu." ujarnya

Aku masuk ke dalam kios dan pandanganku tertuju pada Ayumi dan namja yg duduk menghadap pintu masuk. Ayumi menikmati mienya dengan tidak selera.

"Walaupun tidak kau beritahu, aku sudah tau. Dia pasti Ayumi kan?" ujar Nuna.

Ayumi menatap ke arah kami saat mendengar namanya di sebutkan. Pandangan kami bertemu.

"Nuna disini ramai sekali. Ayo kita cari tempat lain." ajakku bergegas pergi.

"Wae? Masih ada tempat kosong di situ."

Nuna menunjuk bangku kosong di depan Ayumi dan namja itu.

"Kita bergabung saja dengan mereka. Bolehkan?" tanyanya pada kedua orang itu.

Namja itu menatap Ayumi minta persetujuan. Ayumi balik memandang namja itu.

"Silahkan." ujar namja itu.

"Gamsahamnida. Ya! Doongie-ah, apa kau mau berdiri terus?" Dara Nuna menarikku untuk duduk di sampingnya. Aku duduk tepat di depan Ayumi yg terus menunduk.

"Sepertinya aku pernah melihat wajahmu." ujar Nuna ke Ayumi. Ayumi menatapnya bingung.

Aku menyikut lengannya.

"Cepat pesan!" ujarku.

"Aish, kenapa kau sangat sensitif malam ini?" ujar Dara Nuna. Dia memanggil seorang pelayan dan memesan 4 porsi mie pedas.

"Kenapa kau memesan sebanyak itu?" tanyaku.

"Wae? Kita kan ada 4 orang." ujar Nuna.

Pesanan datang. Nuna menatap mie pedasnya dengan bersemangat.

"Mian, kenapa Nuna membelikan kami mie pedas lagi?" ujar namja itu.

"Anggap saja aku sedang mentraktir kalian." ujar Nuna.

Hhh, aku ingin sekali menimpuk kepala Dara Nuna dengan sumpit.

"Ngomong-ngomong apa kalian pasangan kekasih?" tanya Dara Nuna.

"Ah, aniyo. Kami hanya sepupu." ujar namja itu.

Aku menatap mereka berdua. Benarkah? Mereka sepupu? Kenapa Ayumi tidak pernah menceritakan ini padaku?

"Kenalkan aku Dara. Ini adikku, Cheon Doong." ujar Nuna.

"Aku Mir dan ini Ayumi."

"Ayumi? Jadi benar kau pacar adikku?" tanya Nuna senang. Ayumi hanya menunduk.

"Nuna berisik sekali." ujarku.

"Huwah ternyata dia sangat cantik. Kenapa kau tidak pernah mengenalkannya padaku?" tanya Nuna. Aku menunduk karna merasa malu. Malu pada Ayumi dan juga Mir. Pastilah saat ini mereka sudah tau kalau aku punya pacar lain.

"Di depan kita saja mereka akan terlihat canggung. Di belakang mereka terlihat pasangan paling serasi di dunia." ujar Mir. Dia dan Nuna tertawa.

Aish, aku merasa makin bersalah sama Ayumi.

Ayumi mendesah pelan.