Selasa, 20 September 2011

Fanfic Nothing Better Than You part 8

"Omo, ada apa lagi? Apa kau sakit?" tanya Umma dengan khawatir.

"Aniyo Umma. Aku hanya di hukum karna tidak mengerjakan tugas." ujarku sambil tersenyum.

"Hhh, ini pasti karna kau kelelahan. Nanti Umma akan memasakkan makanan yg bergizi untukmu." ujar Umma.

"Umma, ini kakak kelasku. Dia banyak membantuku di sekolah." ujarku.

"Anyeong haseo, joneun Hyun Seung Imnida." ujar Hyun oppa mengenalkan diri.

"Oh, ya. Umma hampir tidak melihatnya karna terlalu mengkhawatirkanmu. Mari masuklah. Gomawo sudah mengantarkan Soo Hye pulang." ujar Umma.

"Ye." ujar Hyun oppa.

"Umma akan memasak dulu. Kalian mengobrol saja dulu."ujar Umma.

"Ye umma." aku mengajak Hyun oppa ke ruang tengah.

"Oppa apa tidak apa-apa oppa disini? Aku jadi sangat merepotkanmu. Pelajaranmu pasti terbengkalai." ujarku.

"Gwaenchana. Aku kan sudah di izinkan untuk mengantarmu pulang. Apa kau ingin aku lama-lama disini?" tanyanya.

"Ah aniyo. Bukan begitu. Aku jadi merasa tidak enak padamu." ujarku.

"Oppa, aku akan berganti pakaian dulu. Oppa menonton saja dulu." ujarku.

"Geurae."

Aku naik ke atas kamarku. Memandangi kedua tanganku yg terasa sangat menyakitkan. Kenapa Hyun oppa begitu baik padaku.

Aku selesai mengganti pakaian yg butuh waktu lama karna telapak tanganku sangat sulit di gerakkan. Umma masuk ke kamarku.

"Soo Hye-ah, makanannya sudah siap. Makanlah dengan namja itu. Umma harus ke rumah Jang samchon karna istrinya baru saja melahirkan. Umma pergi dulu." ujar Umma.

"Ne umma."

Aku turun ke bawah dan menemui Hyun oppa.

"Oppa ayo kita makan." ujarku.

Kami berdua duduk di ruang makan. Hyun oppa sibuk menyiapkan makan untukku.

"Apa tanganmu masih terasa sakit? Kalau begitu biar aku menyuapimu saja." ujarnya.

"Lagi-lagi aku merepotkanmu." ujarku.

"Tidak apa-apa."

"Oppa apa yg kau lakukan pada Ibu Min kenapa dia jadi berubah secepat itu padaku. Padahal awalnya dia sangat marah karna aku tidak mengerjakan tugasnya."

"Aku hanya mengantarkan makalah tugasmu padanya." ujarnya.

"Jongmal? Jadi oppa yg mengerjakan tugas makalahku? Nona, kenapa oppa tidak mengatakannya dari awal. Hhh, aku hanya bisa merepotkan oppa." ujarku.

"Tidak apa-apa." lagi-lagi dia tersenyum dan bilang tidak apa-apa.

____
Saat makan malam dengan Umma, aku mengeluh karna tidak bisa memegang sumpit dengan benar.

"Ada apa? Apa sumpitnya terlalu licin? Omona, kenapa telapak tanganmu luka-luka seperti itu?" tanya Umma.

"Ini karna hukuman tadi." ujarku.

"Memangnya tugas apa yg tidak kau kerjakan? Kenapa tidak meminta tolong pada temanmu?"

"Tugas makalah." ujarku.

"Mwo? Bukannya semalam itu kau sibuk mengerjakan tugas makalah?"

"Ye umma. Tapi aku memberikannya pada pacar Gi Kwang."

"Mwo? Aigo, kau selalu mengorbankan semuanya untuk Gi Kwang tapi apa dia pernah membantumu?"

aku hanya terdiam.

"Cobalah untuk menjaga jarak dengannya." ujar Umma.

___
Pagi ini aku duduk di ayunan depan rumahku yg rindang. Kebetulan cuacanya sedang bagus. Aku mendengarkan musik dari ipod-ku dan membaca buku.

"Soo Hye-ah..." Gi Kwang berteriak dari atas balkon kamarnya sambil melambai-lambaikan tangannya. Aku mengabaikannya.

"Ya! Sekarang kau mulai sombong padaku. Liat saja aku akan mengganggu ketenanganmu." ujarnya lalu cepat-cepat turun.

Aku tersenyum tipis. Dia pasti sangat benci kalau di abaikan.

Dia benar-benar turun dan duduk di sampingku. Dia menarik bukuku.

"Buku apa ini? Samasekali tidak menarik." ujarnya. Aku mengambil buku lainnya yg aku letakkan di sampingku dan sibuk membacanya.

"Ya! Sebenarnya aku ini salah apa?" dia menarik bukuku lagi.

Aku mengambil buku terakhir. Saat akan ku buka, dia langsung menariknya.

"Soo Hye-ah, apa kau tidak mendengarkan aku bicara?"

Aku menutup mataku dan melipat kedua tanganku, fokus mendengarkan musik dari ipod-ku.

Gi Kwang menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku membuka mataku dan menatapnya dengan heran.

"Aku lelah. Aku harus menghabiskan waktu hanya untuk Ji Eun." ujarnya.

"Bukankah itu bagus? Kalian bisa saling memahami satu sama lain." ujarku.

"Tapi kalau terlalu sering itu sangat membosankan. Aku harus selalu ada untuknya."

"Kadang kita perlu berkorban juga." ujarku.

"Punya pacar itu merepotkan. Tapi kalau berpacaran dengan orang sepertimu pasti sangat menyenangkan."

"Apa yg kau bicarakan?" aku langsung mendorong kepalanya menjauh dari bahuku. Jantungku berdegup tidak teratur.

"Ya! Aku cuma bercanda." ujarnya.

Aku menarik buku-bukuku yg digenggamnya dan melanjutkan kegiatan membacaku.

"Soo Hye-ah, bagaimana kalau kita jalan-jalan hari ini?" tanyanya.

"Kemana?" tanyaku.

"Kemana saja."

"Baiklah."

"Sekarang ayo bersiap-siap. Aku akan menunggumu 10 menit lagi."

"Ye arasso." aku tersenyum. Sudah lama kami tidak menghabiskan waktu berdua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan coment anda ^^