Minggu, 18 September 2011

Fanfic Nothing Better Than You Part 6Fanfic Nothing Better Than You Part 6

"Kalian punya tugas dari Ibu Min kan?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Tolong kerjakan punya Ji Eun. Malam ini aku ingin mengajaknya nonton, semalam tidak sempat karna hujan deras. Apa kau mau?"

Kepalaku mengangguk. Aku bahkan tidak bisa menolak. Hhh, aku memang lemah.

Gi Kwang tersenyum senang.

"Huwah, kau memang baik hati. Nanti malam datanglah ke rumahku. Kau gunakan saja laptopku. Aku juga sudah membelikan beberapa buah buku resensinya." ujarnya.

Aku hanya mengangguk lalu menatap keluar jendela dengan sedih.

___
Begitu tiba di kelas, Hyun Seung oppa sudah berdiri di dekat pintu masuk kelas kami.

"Dari tadi dia menunggumu." bisik temanku.

"Jongmal?" tanyaku. Ada apa dia mencariku?

"Soo Hye-ah, ini." Hyun Seung oppa menyodorkan satu bungkusan plastik berisi buku-buku.

"Ini apa oppa?" tanyaku.

"Bukumu banyak yg rusak kan? Aku meminjamnya pada teman seangkatan kalian yg pindah bulan kemarin." ujarnya sambil tersenyum.

"Bukankah dia pindah ke..." aku mengingat nama kota tempat chingu-ku itu.

"Oppa, dia pindah ke sekolah yg lumayan jauh dari sini. Bagaimana oppa bisa menemukannya?" tanyaku heran.

"Jangan pikirkan itu. Yang penting sekarang kau bisa belajar lagi. Tolong jaga mereka." ujarnya lalu pergi.

"Oppa.." panggilku.

"Ye?" dia berbalik.

"Gamsahamnida." ujarku sambil membungkukkan badan.

"Ne dangsin doyo." ujarnya.

Aku tersenyum cerah. Namja berambut merah itu. Omo, kenapa dia begitu baik?

___
Aku sibuk mencari-cari buku resensi di perpustakaan.

"Buku apa yg ingin kau cari?" tiba-tiba saja Hyun Seung oppa sudah berdiri di dekatku.

"Omo, oppa mengagetkanku. Ini, aku hanya ingin mencari resensi untuk tugas makalah yg diberikan Ibu Min."

"Kapan tugasnya akan di serahkan?" tanyanya.

"Besok. Waktunya tidak banyak. Cuma di beri waktu dua hari."

"Temanya tentang apa?" tanyanya.

"Lingkungan hidup. Kami juga harus mengumpulkan minimal 3 buku yg kami gunakan pada makalah itu."

"Tentu sangat sulit." ujarnya.

"Ya sedikit." ujarku sambil tersenyum.

___
Malamnya aku datang ke rumah Gi Kwang. Gi Kwang sudah rapi dengan gaya pakaiannya yg benar-benar keren menurutku.

"Masuk saja ke kamarku. Aku sudah siapkan semuanya. Aku harus pergi sekarang. Ji Eun sudah menungguku. Sampai nanti." ujar Gi Kwang.

Aku hanya melongo melihatnya.

"Mari." Doojoon oppa mengantarku ke kamar Gi Kwang.

"Oppa tidak perlu repot-repot." ujarku.

"Tidak apa-apa." ujarnya.

Doojoon oppa kembali membawa dua cangkir coklat hangat.

"Aku pikir kalau yeoja itu suka yg manis-manis." ujarnya.

Doojoon oppa menemaniku mengerjakan tugas Ji Eun sambil menonton film kartun dari laptopnya.

Bosan menonton, dia mulai berselca ria. #ini baru Doojoon yg sebenarny hehehe

"Huwah, ini lebih sulit dari yg ku bayangkan. Dari tadi aku hanya membuat sampul depannya saja." ujarku sambil menepuk-nepuk punggungku yg terasa ngilu.

Kejadian dua hari yg lewat itu, sakitnya masih terasa sampai sekarang.

"Apa kau lelah? Kau mau aku memijit tanganmu?" tawar Doojoon oppa.

"Ah, aniyo oppa."

Dia tidak mendengarkanku dan malah menarik tanganku dan mulai memijit.

"Aww!" jeritku saat dia memijit bagian yg memar.

"Ada apa? Apa terasa sakit?" dia memeriksa lenganku. Dan dia heran melihat ada bagian yg memar.

"Apa yg terjadi dengan lenganmu?"tanyanya.

"Oh ini. Ini bekas pukulan kakak-kakak kelas yg cemburu pada pacar Gi Kwang." ujarku tanpa sadar.

"Eh," aku cepat-cepat menutup mulutku.

"Apa yg mereka lakukan padamu?" tanyanya.

"Bukan apa-apa. Lupakan saja." ujarku lalu melanjutkan kegiatan mengetikku.

Dia menarik tanganku.

"Ada apa? Mereka memukulimu sampai seperti ini. Pasti masalahnya sangat serius. Tolong ceritakan padaku." pintanya.

"Mereka hanya marah padaku karna aku yg menghubungkan Gi Kwang dengan Ji Eun." ujarku.

"Hanya karna itu?"

Aku mengangguk.

"Kenapa kau lakukan itu?" tanyanya.

"Ye?" tanyaku tidak mengerti.

"Kau tau hatimu akan terluka tapi kau tetap menghubungkan Gi Kwang dengan Ji Eun. Kenapa harus mengorbankan perasaanmu sampai sejauh itu?" tanyanya. Aku menunduk.

"Aku tau kau sangat menyukai Gi Kwang. Tatapan matamu tidak bisa membohongi hal itu. Itu sangat jelas. Tapi aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Gi Kwang yg menyia-nyiakan yeoja sebaik dirimu. Aku pikir dia tidak bisa berpikir dengan normal." ujarnya.

"Aku tidak bisa berharap dia mencintaiku. Walaupun aku ingin, tapi itu suatu hal yg tidak mungkin. Aku hanya sahabatnya. Dia hanya menganggapku orang yg akan ada saat dia butuh. Tidak lebih. Dan aku tidak mungkin bisa berharap lebih." ujarku sambil menangis. Doojoon oppa menenangkanku dengan mendekapku hangat.

"Mudah-mudahan kau bahagia. Ya sudah sekarang ayo kita minum dulu. Berjanjilah kau tidak akan menangis sendiri lagi." ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan coment anda ^^