"Gi Kwang sudah pergi." ujar Doojoon oppa dari atas balkon.
"Jinjja?"
"Mungkin dia masih di halte."
"Apa dia baik-baik saja?"
"Sepertinya dia sedang tidak bersemangat hari ini." ujar Doojoon oppa.
"Gomawo. Aku pergi dulu." pamitku pada Doojoon oppa. Aku setengah berlari menuju halte bus berharap Gi Kwang masih disana. Tapi, aku kecewa. Halte bus sedikit sepi. Ditambah lagi dia tidak ada disana.
Sampai di sekolah aku langsung menuju kelasnya. Tapi teman-teman yeoja sekelasnya menghadangku sambil menatapku tajam.
"Apa yg ingin kau cari disini?" tanya mereka.
"Aku ingin bertemu Gi Kwang." ujarku.
"Dia tidak ada di kelas. Pergilah." ujar mereka.
"Kalau begitu aku ingin bertemu dengan Hyun Seung oppa." ujarku.
"Si rambut merah? Ya! Seung-ah, yeoja ini mencarimu." mereka memanggil Hyun seung dengan kasar.
Hyun oppa keluar.
"Ada apa?" tanyanya.
"Gi Kwang, apa oppa melihatnya?" tanyaku.
Dia menggeleng.
"Begitu masuk, dia langsung keluar lagi. Sepertinya dia tidak bersemangat hari ini. Dan saat aku menyapanya dia malah memarahiku." ujarnya.
"Ya sudah kalau begitu. Gomawo oppa." ujarku.
Aku melangkah ke kelasku. Apa Gi Kwang kesal denganku?
Aku melihat Ji Eun duduk di kursinya aku segera mendekatinya.
"Ji Eun-ah, apa boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanyaku.
"Tanya saja." ujarnya.
"Bagaimana bisa kau dan Gi Kwang putus?" tanyaku.
"Sebenarnya, aku tidak menyukainya. Aku menyukai Hyun Seung oppa. Tapi karna Gi Kwang sangat populer di sekolah kita aku menerimanya saja."
"Apa yg kau lakukan pada Gi Kwang? Apa kau sadar kau sudah menyakitinya? Kau memintanya untuk meluangkan waktunya hanya untukmu sampai-sampai dia tidak punya waktu luang, dan sekarang kau bilang kau tidak menyukainya. Kenapa dari awal kau menerimanya?" teriakku kesal.
"Aku sudah minta maaf padanya dan dia juga sudah setuju. Kenapa kau malah memarahiku?"
Aku berjalan keluar dengan kesal. Kecewa dan menyesal, tentu saja itu yg kurasakan saat ini. Aku menangis di toilet. Pasti Gi Kwang merasa sangat terluka. Hhh, kenapa aku tidak mendengarkan curhatannya semalam.
___
Aku mengejar Gi Kwang yg akan membuka pintu pagarnya.
"Gi Kwang-ah." ujarku.
Dia menatapku dengan dingin.
"Ada apa? Apa aku merepotkanmu lagi? Apa aku membuatmu menangis lagi? Menjauhlah dariku. Jangan pernah mempedulikanku lagi supaya aku tidak menyakitimu lagi. Bukankah itu yg kau inginkan? Aku membuatmu jenuhkan."
"Gi Kwang-ah, mianhae. Aku menyesal atas apa yg ku bilang semalam. Aku tidak tau kalau keadaannya seperti ini." ujarku.
"Tidak apa. Aku memang pantas menerimanya. Yg kulakukan hanya menyakitimu saja. Kau tidak berhak menyukaimu, karna aku bukan orang yg bisa membuatmu bahagia."
dia tau perasaanku yg sebenarnya? Bagaimana dia bisa tau?
Airmataku jatuh satu persatu.
"Apa kau tidak bisa memaafkanku?"
"Tidak ada yg perlu dimaafkan. Aku-lah yg seharusnya kau tuntut untuk meminta maaf padamu. Pergilah." ujarnya lalu masuk ke dalam.
"Gi Kwang-ah. Jebal mianhae." ujarku.
"Selamat tinggal cintaku. Semua ingatan dan kenangan akan ku lupakan. Aku akan menghapus dan mengosongkan setiap tetes cinta dari hatiku."
Aku menangis di depan pintu rumahku. Aku memencet bel. Umma membuka pintu. Aku langsung memeluknya.
"Umma, aku sangat menyukai Gi Kwang." ujarku.
"Ye umma tau. Sikapmu jelas menunjukkan itu pada Umma."
"Dia memintaku untuk melupakannya. Apa yg harus aku lakukan? Padahal aku begitu sangat menyukainya." aku tersedu. Umma menepuk bahuku.
"Tenanglah."
Aku melepaskan pelukanku. Umma mengantarku ke kamar.
"Setelah kau merasa tenang, ganti pakaianmu dan makanlah." ujar Umma lalu menutup pintu kamarku.
___
Aku menemui Umma di meja makan pagi itu.
"Umma, aku ingin pindah sekolah saja." ujarku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan coment anda ^^