"Umma akan bicara pada Appa-mu dulu."
"Apa boleh aku tidak masuk sekolah hari ini?" tanyaku.
"Ya sudah. Umma akan menelepon ke sekolah kalau kau sakit."
___
Aku duduk di ayunan depan rumah sambil mendengarkan musik dari mp3-ku. Tak lama Doojoon oppa datang dan duduk di sampingku.
"Gi Kwang juga tidak sekolah."
aku hanya diam saja.
"Kau tidak ingin menemuinya?" tanyanya.
Aku menggeleng.
"Dia membenciku."
"Siapa yg bilang begitu?"
"Dia yg bilang begitu."
"Temuilah dan tenangkan hatinya. Hanya kau yg bisa memenangkannya saat dia punya masalah."
"Tapi aku yg menyebabkan masalah itu."
"Jangan berkata seperti itu." ujarnya.
"Aku memutuskan untuk sekolah keluar kota dan melupakan semuanya."
"Itu tidak akan menyelesaikan masalah."
"Jadi aku harus bagaimana?" ujarku lalu terisak.
"Kau harus pertahankan cintamu kalau kau memang benar-benar menyukainya." ujarnya. Dia mendekapku erat.
Ponselku berdering. Doojon oppa melepas dekapannya. Aku mengangkat ponselku.
"Soo Hye-ah, gwaenchana?" tanya seseorang di seberang sana.
"Hyun oppa?"
"Ye."
"Gwaenchana."
"Kudengar kau sakit. Apa kau mau aku mengantar obat untukmu?" tanyanya.
"Ah, aniyo. Aku sudah baikan." ujarku.
"Istirahat dan jangan lupa minum obat."
"Ye." ujarku. Dia mematikan ponselnya.
"Nugu?" tanya Doojoon oppa.
"Hyun Seung oppa." ujarku.
"Dia sangat perhatian. Apa dia menyukaimu?" tanya Doojoon oppa.
"Mollayo."
"Apa kau tidak bisa melihat orang lain yg memiliki perasaan padamu?" tanya Doojoon oppa.
"Aku tidak tau apakah itu rasa sukanya atau dia memang orang yg baik. Dia baik seperti Doojoon oppa."
"Gi Kwang saja tau kalau kau menyukainya."
aku menatap Doojoon oppa dgn bingung.
"Kau benar-benar tidak bisa melihat orang yg menyukaimu?"
"Sepertinya Hyun Seung menyukaiku. Tapi aku tidak yakin." ujarku.
"Jadi kalau aku bilang aku menyukaimu, kau masih tidak yakin?" aku tercekat mendengar ucapan Doojoon oppa.
"Orang berbuat baik tidak selamanya karna dia memang orang yg baik. Kadang mereka perlu berbuat baik pada org yg mereka sukai untuk melindunginya."
aku makin bingung.
"Baiklah, mungkin sampai disini saja. Pertahankan cintamu." ujarnya.
___
Aku akhirnya diizinkan sekolah di luar kota. Appa dan Umma menyesal karna tidak bisa mengantarku karna tiba2 saja halmoni sakit.
Aku mengangkat koperku ke depan. Saat akan menutup pintu depan, aku mendengar seseorang menyanyi.
"Beautiful my girl.
Oh oh girl, oh oh girl. Jigeum boda naega deo deo deo. Neoreul saranghalge my girl. u u u my girl. U, oh beautiful. U, so beautiful. U, my beautiful. Nothing better than you."
Aku mendorong koperku dan mencari2 asal suara. Ternyata Gi Kwang duduk di ayunanku sambil bernyanyi.
Dia tersenyum dan mengedipkan matanya. Aku melongo. Omo, ada apa dengannya.
Dia berjalan mendekat dan menciumku begitu saja.
"Apa kau tidak terharu?" tanyanya, sambil melepas ciumannya.
"Aku melakukan ini semua untukmu."
aku terdiam.
"Kau mulai melupakanku? Kau tidak menyukaiku lagi? Ottohke? Aku menyukaimu. Cepat katakan kalau kau menyukaiku. Atau aku akan malu." paksanya.
Aku masih tetap terdiam.
"Aku harus bagaimana? Kau ingin aku memelukmu?"
aku terisak.
"Jangan menangis. Kau sudah cukup besar untuk menangis."
aku makin terisak.
"Ya! Aku menyukaimu. Apa kau tidak dengar? Hatimu tidak berbunga-bunga? Percayalah aku tidak pernah melakukan hal seistimewa ini pada siapapun. Juga pada Ji Eun. Bahkan aku tidak pernah menciumnya."
Aku memeluknya dan menangis terharu.
Dia melepas pelukanku.
"Apa yg kau lakukan? Apa kau bisa seenaknya saja memelukku?" aku menghentikan tangisku dan menatapnya bengong. Dia tersenyum dan balas memelukku.
"Saranghae." bisiknya di telingaku lalu menciumku lagi.
"Kau ingin lagi?" tanyanya. Aku menendang kakinya.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan coment anda ^^