Title : My Lovable Part 1
Author : Didi Choding
Main Cast : Myungsoo & Sungyeol INFINITE
Support Cast : INFINITE Member
Genre : Sad Romance, Family (lagi suka ama cerita sad, tapi ga tau ni ff bergenre sad apa engga #eh o.O)
Disclaimer: FF ini murni dari pikiran saiia sendiri.
Summary:
- Dia yang termanis
- Dia yang patut disayangi
- Dia yang paling menyenangkan
- Dia yang memikat
- Dia yang menimbulkan rasa sayang
- She’s My Lovable
Note : Para UKE (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, & Sungjong) disini bergender yeoja
Anyeong haseo ^^
Ini FF MyungYeol Berchapter ke 4 yang Didi buat. Awalnya ni ff mau dibuat one shot, tapi kayaknya Didi masih belum mahir buat ff one shot dan sepertinya FF 21 Days ga bakalan Didi lanjutin lagi. Rencananya tu ff mau di buat genre NC tapi rasanya ga cocok kalo di share di fb pribadi. Niatnya mau di share di blog Didi aja, tapi... masih bingung juga.. aisshhhh..... bingung #getokin kepala pake tangan Yeol
Padahal Part 2 dan part 3 juga hampir selesai..
Di FF ini mungkin nantinya ada sedikit NC #ketahuan otak Didi mulai yadong -.-
Rencana mau di posting 2 minggu yang lalu tapi tangan kiri Didi bermasalah ditambah lagi Didi ga punya banyak waktu..
Langsung aja, hope u like it n happy reading..... ^^
Special for Inspirit n MyungYeol shipper
********
Musim semi yang indah...
Bunga-bunga sakura tampak bermekaran memenuhi ranting pohon, sesekali bunga-bunga itu tertiup angin dan hinggap di sekumpulan rambut lembut berwarna cokelat keemasan milik seorang yeoja manis yang terlihat sangat menikmati cuaca pagi menjelang siang itu. Yeoja itu duduk bersandar pada batang pohon sakura sambil menikmati hembusan semilir angin yang serasa membelai lembut rambutnya, menjatuhkan helaian-helaian bunga sakura di atas kepalanya.
“Sungyeol-ah.” Yeoja itu mendongak ke atas ke arah namja berusia 35 tahun yang kelihatan tampan dengan senyum cerianya yang kini menatapnya sambil mengelus rambut miliknya.
“Dongwoo Appa?”
“Apa yang sedang kau lakukan disini chagi?” tanya namja yang bernama Dongwoo pada anak angkatnya itu.
“Ania. Aku sedang tidak melakukan apapun.” Sungyeol menatap Appanya yang kini duduk di sampingnya dengan senyum manis.
“Apa ada sesuatu yang kau inginkan? Aku lihat belakangan ini kau sering melamun.”
Sungyeol tersenyum. Appa-nya satu ini memang yang paling mengerti tentang dirinya walaupun tidak ada ikatan darah diantara mereka.
“Apakah kalau aku bilang ingin menikah Appa akan menyetujuinya?”
“Mwo?! Hei, umurmu masih terlalu muda untuk menikah Yeolli-ya. Kau masih 19 tahun chagi. Bukankah kau belum lama ini menamatkan sekolah menengahmu? Pikirkanlah lagi.” Ujar Dongwoo.
Sungyeol terdiam. Dia memang terlalu konyol untuk meminta menikah di usia yang bahkan belum genap 20 tahun ini. Tapi dia takut, dia takut umurnya tidak akan lama mengingat penyakit yang dideritanya kian hari membuat tubuhnya melemah. Penyakit yang pernah merenggut nyawa ibunya saat Sungyeol berumur 5 tahun. Hingga ibunya meninggalkan dia dan adiknya Lee Sungjong. Ya, meninggalkan mereka untuk selama-lamanya sehingga mereka diasuh dan diangkat menjadi anak oleh adik appanya, Lee Hoya. Appanya sendiri, Lee Jungyeop meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas saat Lee Sungjong lahir.
Beruntung Hoya mau mengasuh mereka dan mengangkat mereka menjadi anaknya walaupun umurnya saat itu masih 20 tahun sedangkan Sungyeol dan Sungjong masing-masing 5 dan 3 tahun. Kemudian Hoya menikah dengan Dongwoo yang kemudian menjadi appa angkat mereka.
Tapi tetap saja Sungyeol merahasiakan penyakit kanker paru-paru yang di deritanya dari Appa dan Eomma angkatnya. Sungyeol tidak mau menyusahkan keduanya karena keluarga angkatnya itu tidak punya cukup uang untuk membiayai pengobatannya. Sungyeol bahkan menolak untuk kuliah saat Dongwoo menawarkan. Sungyeol lebih memilih untuk menikah dengan orang yang disukainya. Jika dia nanti pergi menyusul Appa dan Eomma aslinya, anggap saja pernikahan itu sebagai kado berharga untuknya karena pernah hidup bersama-sama dengan orang yang dia cintai.
“Jadi siapa kira-kira namja yang ingin kau ajak menikah Yeol-ah?” tanya Dongwoo memecahkan keheningan yang sempat tercipta beberapa saat diantara mereka.
“Myungsoo. Kim Myungsoo. Hobaeku di sekolah menengah dulu. Sekarang dia kelas 3 Appa. Dia keponakan dari Kim Sunggyu, teman Hoya eomma.” Jelas Sungyeol. Entah kenapa menyebut nama Myungsoo membuat hatinya bergetar hebat dan juga bibirnya menyunggingkan senyum manisnya.
Dongwoo terdiam, dia menyadari perubahan wajah anak angkatnya itu. Sungyeol sepertinya sangat menyukai hobaenya itu. Tidak ingin mengecewakan Sungyeol, Dongwoo kembali membelai rambut Sungyeol.
“Appa akan membicarakan ini dengan Eommamu ne. Kajja, kita harus kembali ke rumah. Wajahmu terlihat pucat.”
Dongwoo membantu Sungyeol berdiri kemudian menggandeng punggung kecil Sungyeol berjalan meninggalkan pohon sakura itu. Sedikit agak sulit memang karena Yeol lebih tinggi darinya.
“Appa, gomawo.” Tiba-tiba Sungyeol memeluk Dongwoo.
“Gomawo karena selama ini selalu mendengarkan permintaanku bahkan tak jarang Appa sering mengabulkannya.” ujar Sungyeol masih memeluk Dongwoo.
“Hum, nado Sungyeollie. Kajja. Anginnya semakin kencang.”
Mereka lalu memasuki halaman yang dipenuhi rerumputan hijau menuju rumah sederhana berwarna ungu muda dengan beberapa tatanan bunga lavender yang tersusun rapi di balkon lantai atas rumah itu. Rumah favorit Hoya, eomma angkat Sungyeol.
*****
Coffee Cojjee, petang hari......
Tampak Dongwoo dan Hoya sedang mengobrol tentang masalah pernikahan Sungyeol dan Myungsoo dengan raut wajah serius bersama sepasang suami istri yang diketahui bernama Nam Woohyun dan anaenya, Kim Sunggyu.
“Myungsoo masih sekolah, aku takut dia akan menolak pernikahan ini.” Ujar Sunggyu setelah Dongwoo membicarakan maksud pertemuan mereka.
“Myungsoo sangat sulit ditebak dan tidak ada yang bisa memahaminya. Kami takut Sungyeol tidak akan bertahan hidup dengannya.” Tambah Woohyun.
“Sebenarnya kami juga bingung. Tapi ini permintaan Sungyeol. Kami tidak tau harus berbuat apa selain mengabulkan segala permintaannya.” Ujar Dongwoo.
“Sungyeol juga pernah mengatakan padaku bahwa dia ingin hidup bersama dengan orang yang dicintainya sebelum mati. Aku... walaupun aku tidak mengerti maksudnya apa aku sangat sedih mendengar itu. .” Hoya mulai tampak berkaca-kaca.
Di sudut lain terlihat Sungyeol dan Myungsoo yang duduk berhadapan saling berdiam diri dan tampak canggung satu sama lain. Menunggu keluarga masing-masing menyelesaikan obrolan mereka sejak setengah jam yang lalu.
Sungyeol berkali-kali mencuri pandang ke arah Myungsoo. Menikmati aura tampan milik Myungsoo dan ketika Myungsoo melihat ke arahnya, Sungyeol menundukkan wajahnya atau menoleh ke arah lain dengan raut wajah kemerahan dan jantung yang berdetak tak karuan.
Bosan terus-terusan mengalihkan pandangannya dari Myungsoo, Sungyeol mencoba untuk tersenyum dan mengobrol dengan Myungsoo. Toh Myungsoo nantinya akan menjadi nampyeonnya itupun kalau Myungsoo mau menerima pernikahan itu.
Saat mereka beradu pandang lagi, Sungyeol memperlihatkan senyum manisnya yang merekah, tapi tak ada respon.
Semangat Sungyeol langsung menurun. Tapi Sungyeol bukan tipe yeoja yang mudah putus asa.
“Myungsoo-ya, apa kau masih mengingatku?” tanya Sungyeol yang kali ini memberanikan diri menatap Myungsoo lekat-lekat.
Myungsoo menatapnya datar dan dingin, sama seperti yang sering Sungyeol perhatikan dulu saat sekolah menengah. Tak ada respon, tak ada sahutan, hanya lirikan matanya yang tajam dan menusuk. Sungyeol menghela nafas dan akhirnya lebih memilih menatap cangkir kopi di hadapannya, merasa malu karena diabaikan. Sungyeol tidak tau bagaimana perasaan namja yang ada di hadapannya. Sungyeol tidak tau betapa gugupnya Myungsoo saat ini. Sangat gugup bahkan keringat dingin serasa menempel dipunggungnya. Sungyeol juga tidak tau kalau-kalau jantung Myungsoo serasa ingin melompat keluar karena berdetak begitu kuat. Ya, sangat kuat.
Myungsoo serasa terseret dalam arus spiral yang seakan-akan menyedotnya dan tidak bisa ditarik keluar. Kalimat simpelnya Myungsoo terpesona dengan yeoja di hadapannya sampai-sampai dia bingung jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Sungyeol. Tapi ekspresi wajah yang ditunjukkannya benar-benar bertolak belakang. Alasannya, Myungsoo tidak terbiasa dengan bersikap hangat, manis, friendly, cute dan sejenis lainnya. Yang dikenalnya selama ini hanya sikap dingin. Benar-benar sikap dingin yang menenggelamkan segala sikap-sikap menyenangkan itu. Sikap dingin yang mewakili segala perasaan yang muncul dipikirannya. Bahkan sikap dingin itu pula yang mendukungnya untuk malas berbicara. Ya, bahkan dengan samchon dan ilmonya, Nam Woohyun dan Kim Sunggyu . Suaranya hanya keluar pada saat-saat tertentu saja. Saat barang-barang tidak ada di tempatnya atau Myungsoo membutuhkan sesuatu. Bisa dihitung berapa kali Myungsoo berbicara dan siapa lawan bicaranya.
Myungsoo menderita social phobia, karena dia akan merasa cemas dan canggung untuk berinteraksi dengan orang lain. Myungsoo lebih memilih menyendiri dan sibuk dengan dunianya. Tapi Myungsoo tidak secara langsung memperlihatkan kecemasannya itu. Dia menutupinya dengan sikap dingin sehingga orang-orang tidak tau.
Cukup lama mereka berdiam diri seperti itu. Sungyeol yang sedari tadi menunduk mulai mengangkat wajahnya. Myungsoo masih tampak tenang dan sesekali menyeruput kopinya. Myungsoo bingung ingin mengobrol apa untuk memecahkan suasana hening diantara mereka.
“Myungsoo-ya, mianhae.... Mungkin kau merasa kesal dengan rencana pernikahan ini. Kalau kau merasa tidak nyaman, kau bisa menolaknya.” Ujar Sungyeol.
Myungsoo membulatkan matanya. Menolak? Hei, kenapa Sungyeol jadi berpikiran seperti itu? Myungsoo menatap Sungyeol bingung. Tapi yang ada di dalam pandangan Sungyeol adalah tatapan tajam yang seakan-akan ingin menelannya bulat-bulat. Tatapan tajam yang sebenarnya sangat menyakitkan untuk Sungyeol. Dengan susah payah Sungyeol menelan ludahnya. Nafasnya terasa tercekat di tenggorokannya.
“Ini hanya permintaan konyolku yang memaksa mereka untuk menikahkanku denganmu. Aku tidak tau harus berbuat apa dan tiba-tiba ide untuk menikah denganmu muncul di kepalaku. Tapi aku mohon untuk tidak menyalahkan mereka karena ini. Kau bisa melampiaskan rasa kesalmu padaku dan mengatakan pada mereka untuk membatalkannya.” Lanjut Sungyeol.
Entah kenapa setelah mengatakan itu Sungyeol merasa kesedihan menyesakkan dadanya. Ini artinya dia akan melepaskan Myungsoo namja yang sangat dicintainya. Bayangan dirinya akan hidup bahagia dengan Myungsoo sirna sudah.
Myungsoo masih menatap Sungyeol bingung yang tetap tajam bagi Sungyeol.
Apa perasaan Sungyeol berubah secepat itu? Baru saja Myungsoo jatuh cinta padanya. Baru saja dia merasa bahagia karena akhirnya bertemu dengan seseorang yang membuat perasaannyatak menentu pada pertemuan pertama tapi haruskah dia secepat ini patah hati? Terus terang saja dia sedikit kesal saat samchonnya, Woohyun memintanya ikut dengan alasan ingin menjodohkannya dengan seorang yeoja kenalan ilmonya. Tapi begitu melihat Sungyeol-lah yeoja yang dimaksud, perasaan senang menyeruak dihatinya walaupun ini pertama kalinya mereka bertemu. Keinginan untuk memiliki melintas begitu saja dipikirannya. Tapi apa yang Sungyeol katakan tadi? Apa maksudnya?
Bertepatan dengan kebingungan yang merajai pikirannya sebuah suara menginterupsi dia dan Sungyeol untuk bergabung dengan keluarga mereka yang sejak tadi berunding. Sungyeol, yeoja itu lebih dulu berdri dari duduknya, berjalan mendekat ke meja dimana kedua keluarga itu duduk, lalu duduk di antara kedua orang tua angkatnya. Wajahnya tampak murung dan Sungyeol menundukkan wajahnya, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.
Myungsoo bergabung dengan mereka dan berkali-kali melirik ke arah Sungyeol.
“Kami sudah membincangkan masalah ini sejak tadi. Jujur saja ini rumit bagi kami sehingga kami akan menunggu keputusan dari kalian saja karena kalian yang akan menjalani pernikahan ini. Kami tidak ingin kalian mengalami kegagalan dalam pernikahan kalian nantinya karena keputusan yang salah dari kami. Jadi bagaimana keputusan kalian? Apakah kalian akan tetap melangsungkan pernikahan ini?” tanya Sunggyu menatap ke arah Sungyeol dan Myungsoo bergantian.
Sungyeol menarik nafas kemudian mulai berbicara.
“Aku rasa tidak.” Ujarnya.
Dongwoo dan Hoya langsung menatap Sungyeol bingung kemudian saling pandang satu sama lain. Bukankah Sungyeol yang awalnya sangat antusias untuk menikah dengan Myungsoo, tapi sekarang...
“Yeol-ah, ada apa denganmu chagi?” tanya Sungyeol sambil memegang pundak Sungyeol.
“A..aku tidak ingin membuat Myungsoo terluka karena pernikahan ini. Mianhae karena mengecewakan kalian.” Sungyeol mulai terisak.
“Andwaeyo! Biarkan pernikahan ini berlangsung. Aku menyetujui pernikahan ini.”
Sungyeol terkejut mendengar perkataan yang baru saja Myungsoo ucapkan.
“Aigo, aigo, Myungsoo-ya, kau keren sekali.” Woohyun menggelitik dagu Myungsoo.
“Ya! Geumanhae.” Sunggyu langsung memukul pelan tangan Woohyun. “Berhenti bersikap memalukan seperti itu.” Bisik Sunggyu.
“Hehe, aku hanya tidak pernah melihat Myungsoo seperti ini sebelumnya.” Ujar Woohyun.
“Sepertinya keputusannya sudah ditentukan. Bagaimana kalau kita makan malam di restoran kami sambil membicarakan tanggal pernikahan mereka?” tawar Dongwoo.
“Hum, baiklah. Sepertinya itu ide yang bagus. Kajja.”
Mereka mulai berdiri dan meninggalkan coffee shop itu setelah Woohyun membayar kopi yang mereka minum.
“Gomawo.” Ujar Sungyeol pada Myungsoo saat mereka akan masuk ke dalam mobil. Myungsoo hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil.
Sungyeol tersenyum. Sangat senang. Impiannya untuk hidup bersama dengan Myungsoo sedikit lagi akan tercapai.
‘Gomawo. Gomawo Myungsoo-ya.’ Bisik Sungyeol dalam hati.
TBC dulu... :D
Gimana? Terlalu singkat dan kurang menarik kan?
Rencananya mulai part 2 n seterusnya Sungyeol akan Didi buat menderita di fict ini. #lagi -.-
Ini karena Didi kangen Sungyeol T.T
Gomawo udah baca ini fict. N gomawo buat beberapa chingudeul yang kangen ama ff saia #plakk,
Part 2 nantinya Didi harap bisa lebih baik lagi.
Author : Didi Choding
Main Cast : Myungsoo & Sungyeol INFINITE
Support Cast : INFINITE Member
Genre : Sad Romance, Family (lagi suka ama cerita sad, tapi ga tau ni ff bergenre sad apa engga #eh o.O)
Disclaimer: FF ini murni dari pikiran saiia sendiri.
Summary:
- Dia yang termanis
- Dia yang patut disayangi
- Dia yang paling menyenangkan
- Dia yang memikat
- Dia yang menimbulkan rasa sayang
- She’s My Lovable
Note : Para UKE (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, & Sungjong) disini bergender yeoja
Anyeong haseo ^^
Ini FF MyungYeol Berchapter ke 4 yang Didi buat. Awalnya ni ff mau dibuat one shot, tapi kayaknya Didi masih belum mahir buat ff one shot dan sepertinya FF 21 Days ga bakalan Didi lanjutin lagi. Rencananya tu ff mau di buat genre NC tapi rasanya ga cocok kalo di share di fb pribadi. Niatnya mau di share di blog Didi aja, tapi... masih bingung juga.. aisshhhh..... bingung #getokin kepala pake tangan Yeol
Padahal Part 2 dan part 3 juga hampir selesai..
Di FF ini mungkin nantinya ada sedikit NC #ketahuan otak Didi mulai yadong -.-
Rencana mau di posting 2 minggu yang lalu tapi tangan kiri Didi bermasalah ditambah lagi Didi ga punya banyak waktu..
Langsung aja, hope u like it n happy reading..... ^^
Special for Inspirit n MyungYeol shipper
********
Musim semi yang indah...
Bunga-bunga sakura tampak bermekaran memenuhi ranting pohon, sesekali bunga-bunga itu tertiup angin dan hinggap di sekumpulan rambut lembut berwarna cokelat keemasan milik seorang yeoja manis yang terlihat sangat menikmati cuaca pagi menjelang siang itu. Yeoja itu duduk bersandar pada batang pohon sakura sambil menikmati hembusan semilir angin yang serasa membelai lembut rambutnya, menjatuhkan helaian-helaian bunga sakura di atas kepalanya.
“Sungyeol-ah.” Yeoja itu mendongak ke atas ke arah namja berusia 35 tahun yang kelihatan tampan dengan senyum cerianya yang kini menatapnya sambil mengelus rambut miliknya.
“Dongwoo Appa?”
“Apa yang sedang kau lakukan disini chagi?” tanya namja yang bernama Dongwoo pada anak angkatnya itu.
“Ania. Aku sedang tidak melakukan apapun.” Sungyeol menatap Appanya yang kini duduk di sampingnya dengan senyum manis.
“Apa ada sesuatu yang kau inginkan? Aku lihat belakangan ini kau sering melamun.”
Sungyeol tersenyum. Appa-nya satu ini memang yang paling mengerti tentang dirinya walaupun tidak ada ikatan darah diantara mereka.
“Apakah kalau aku bilang ingin menikah Appa akan menyetujuinya?”
“Mwo?! Hei, umurmu masih terlalu muda untuk menikah Yeolli-ya. Kau masih 19 tahun chagi. Bukankah kau belum lama ini menamatkan sekolah menengahmu? Pikirkanlah lagi.” Ujar Dongwoo.
Sungyeol terdiam. Dia memang terlalu konyol untuk meminta menikah di usia yang bahkan belum genap 20 tahun ini. Tapi dia takut, dia takut umurnya tidak akan lama mengingat penyakit yang dideritanya kian hari membuat tubuhnya melemah. Penyakit yang pernah merenggut nyawa ibunya saat Sungyeol berumur 5 tahun. Hingga ibunya meninggalkan dia dan adiknya Lee Sungjong. Ya, meninggalkan mereka untuk selama-lamanya sehingga mereka diasuh dan diangkat menjadi anak oleh adik appanya, Lee Hoya. Appanya sendiri, Lee Jungyeop meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas saat Lee Sungjong lahir.
Beruntung Hoya mau mengasuh mereka dan mengangkat mereka menjadi anaknya walaupun umurnya saat itu masih 20 tahun sedangkan Sungyeol dan Sungjong masing-masing 5 dan 3 tahun. Kemudian Hoya menikah dengan Dongwoo yang kemudian menjadi appa angkat mereka.
Tapi tetap saja Sungyeol merahasiakan penyakit kanker paru-paru yang di deritanya dari Appa dan Eomma angkatnya. Sungyeol tidak mau menyusahkan keduanya karena keluarga angkatnya itu tidak punya cukup uang untuk membiayai pengobatannya. Sungyeol bahkan menolak untuk kuliah saat Dongwoo menawarkan. Sungyeol lebih memilih untuk menikah dengan orang yang disukainya. Jika dia nanti pergi menyusul Appa dan Eomma aslinya, anggap saja pernikahan itu sebagai kado berharga untuknya karena pernah hidup bersama-sama dengan orang yang dia cintai.
“Jadi siapa kira-kira namja yang ingin kau ajak menikah Yeol-ah?” tanya Dongwoo memecahkan keheningan yang sempat tercipta beberapa saat diantara mereka.
“Myungsoo. Kim Myungsoo. Hobaeku di sekolah menengah dulu. Sekarang dia kelas 3 Appa. Dia keponakan dari Kim Sunggyu, teman Hoya eomma.” Jelas Sungyeol. Entah kenapa menyebut nama Myungsoo membuat hatinya bergetar hebat dan juga bibirnya menyunggingkan senyum manisnya.
Dongwoo terdiam, dia menyadari perubahan wajah anak angkatnya itu. Sungyeol sepertinya sangat menyukai hobaenya itu. Tidak ingin mengecewakan Sungyeol, Dongwoo kembali membelai rambut Sungyeol.
“Appa akan membicarakan ini dengan Eommamu ne. Kajja, kita harus kembali ke rumah. Wajahmu terlihat pucat.”
Dongwoo membantu Sungyeol berdiri kemudian menggandeng punggung kecil Sungyeol berjalan meninggalkan pohon sakura itu. Sedikit agak sulit memang karena Yeol lebih tinggi darinya.
“Appa, gomawo.” Tiba-tiba Sungyeol memeluk Dongwoo.
“Gomawo karena selama ini selalu mendengarkan permintaanku bahkan tak jarang Appa sering mengabulkannya.” ujar Sungyeol masih memeluk Dongwoo.
“Hum, nado Sungyeollie. Kajja. Anginnya semakin kencang.”
Mereka lalu memasuki halaman yang dipenuhi rerumputan hijau menuju rumah sederhana berwarna ungu muda dengan beberapa tatanan bunga lavender yang tersusun rapi di balkon lantai atas rumah itu. Rumah favorit Hoya, eomma angkat Sungyeol.
*****
Coffee Cojjee, petang hari......
Tampak Dongwoo dan Hoya sedang mengobrol tentang masalah pernikahan Sungyeol dan Myungsoo dengan raut wajah serius bersama sepasang suami istri yang diketahui bernama Nam Woohyun dan anaenya, Kim Sunggyu.
“Myungsoo masih sekolah, aku takut dia akan menolak pernikahan ini.” Ujar Sunggyu setelah Dongwoo membicarakan maksud pertemuan mereka.
“Myungsoo sangat sulit ditebak dan tidak ada yang bisa memahaminya. Kami takut Sungyeol tidak akan bertahan hidup dengannya.” Tambah Woohyun.
“Sebenarnya kami juga bingung. Tapi ini permintaan Sungyeol. Kami tidak tau harus berbuat apa selain mengabulkan segala permintaannya.” Ujar Dongwoo.
“Sungyeol juga pernah mengatakan padaku bahwa dia ingin hidup bersama dengan orang yang dicintainya sebelum mati. Aku... walaupun aku tidak mengerti maksudnya apa aku sangat sedih mendengar itu. .” Hoya mulai tampak berkaca-kaca.
Di sudut lain terlihat Sungyeol dan Myungsoo yang duduk berhadapan saling berdiam diri dan tampak canggung satu sama lain. Menunggu keluarga masing-masing menyelesaikan obrolan mereka sejak setengah jam yang lalu.
Sungyeol berkali-kali mencuri pandang ke arah Myungsoo. Menikmati aura tampan milik Myungsoo dan ketika Myungsoo melihat ke arahnya, Sungyeol menundukkan wajahnya atau menoleh ke arah lain dengan raut wajah kemerahan dan jantung yang berdetak tak karuan.
Bosan terus-terusan mengalihkan pandangannya dari Myungsoo, Sungyeol mencoba untuk tersenyum dan mengobrol dengan Myungsoo. Toh Myungsoo nantinya akan menjadi nampyeonnya itupun kalau Myungsoo mau menerima pernikahan itu.
Saat mereka beradu pandang lagi, Sungyeol memperlihatkan senyum manisnya yang merekah, tapi tak ada respon.
Semangat Sungyeol langsung menurun. Tapi Sungyeol bukan tipe yeoja yang mudah putus asa.
“Myungsoo-ya, apa kau masih mengingatku?” tanya Sungyeol yang kali ini memberanikan diri menatap Myungsoo lekat-lekat.
Myungsoo menatapnya datar dan dingin, sama seperti yang sering Sungyeol perhatikan dulu saat sekolah menengah. Tak ada respon, tak ada sahutan, hanya lirikan matanya yang tajam dan menusuk. Sungyeol menghela nafas dan akhirnya lebih memilih menatap cangkir kopi di hadapannya, merasa malu karena diabaikan. Sungyeol tidak tau bagaimana perasaan namja yang ada di hadapannya. Sungyeol tidak tau betapa gugupnya Myungsoo saat ini. Sangat gugup bahkan keringat dingin serasa menempel dipunggungnya. Sungyeol juga tidak tau kalau-kalau jantung Myungsoo serasa ingin melompat keluar karena berdetak begitu kuat. Ya, sangat kuat.
Myungsoo serasa terseret dalam arus spiral yang seakan-akan menyedotnya dan tidak bisa ditarik keluar. Kalimat simpelnya Myungsoo terpesona dengan yeoja di hadapannya sampai-sampai dia bingung jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Sungyeol. Tapi ekspresi wajah yang ditunjukkannya benar-benar bertolak belakang. Alasannya, Myungsoo tidak terbiasa dengan bersikap hangat, manis, friendly, cute dan sejenis lainnya. Yang dikenalnya selama ini hanya sikap dingin. Benar-benar sikap dingin yang menenggelamkan segala sikap-sikap menyenangkan itu. Sikap dingin yang mewakili segala perasaan yang muncul dipikirannya. Bahkan sikap dingin itu pula yang mendukungnya untuk malas berbicara. Ya, bahkan dengan samchon dan ilmonya, Nam Woohyun dan Kim Sunggyu . Suaranya hanya keluar pada saat-saat tertentu saja. Saat barang-barang tidak ada di tempatnya atau Myungsoo membutuhkan sesuatu. Bisa dihitung berapa kali Myungsoo berbicara dan siapa lawan bicaranya.
Myungsoo menderita social phobia, karena dia akan merasa cemas dan canggung untuk berinteraksi dengan orang lain. Myungsoo lebih memilih menyendiri dan sibuk dengan dunianya. Tapi Myungsoo tidak secara langsung memperlihatkan kecemasannya itu. Dia menutupinya dengan sikap dingin sehingga orang-orang tidak tau.
Cukup lama mereka berdiam diri seperti itu. Sungyeol yang sedari tadi menunduk mulai mengangkat wajahnya. Myungsoo masih tampak tenang dan sesekali menyeruput kopinya. Myungsoo bingung ingin mengobrol apa untuk memecahkan suasana hening diantara mereka.
“Myungsoo-ya, mianhae.... Mungkin kau merasa kesal dengan rencana pernikahan ini. Kalau kau merasa tidak nyaman, kau bisa menolaknya.” Ujar Sungyeol.
Myungsoo membulatkan matanya. Menolak? Hei, kenapa Sungyeol jadi berpikiran seperti itu? Myungsoo menatap Sungyeol bingung. Tapi yang ada di dalam pandangan Sungyeol adalah tatapan tajam yang seakan-akan ingin menelannya bulat-bulat. Tatapan tajam yang sebenarnya sangat menyakitkan untuk Sungyeol. Dengan susah payah Sungyeol menelan ludahnya. Nafasnya terasa tercekat di tenggorokannya.
“Ini hanya permintaan konyolku yang memaksa mereka untuk menikahkanku denganmu. Aku tidak tau harus berbuat apa dan tiba-tiba ide untuk menikah denganmu muncul di kepalaku. Tapi aku mohon untuk tidak menyalahkan mereka karena ini. Kau bisa melampiaskan rasa kesalmu padaku dan mengatakan pada mereka untuk membatalkannya.” Lanjut Sungyeol.
Entah kenapa setelah mengatakan itu Sungyeol merasa kesedihan menyesakkan dadanya. Ini artinya dia akan melepaskan Myungsoo namja yang sangat dicintainya. Bayangan dirinya akan hidup bahagia dengan Myungsoo sirna sudah.
Myungsoo masih menatap Sungyeol bingung yang tetap tajam bagi Sungyeol.
Apa perasaan Sungyeol berubah secepat itu? Baru saja Myungsoo jatuh cinta padanya. Baru saja dia merasa bahagia karena akhirnya bertemu dengan seseorang yang membuat perasaannyatak menentu pada pertemuan pertama tapi haruskah dia secepat ini patah hati? Terus terang saja dia sedikit kesal saat samchonnya, Woohyun memintanya ikut dengan alasan ingin menjodohkannya dengan seorang yeoja kenalan ilmonya. Tapi begitu melihat Sungyeol-lah yeoja yang dimaksud, perasaan senang menyeruak dihatinya walaupun ini pertama kalinya mereka bertemu. Keinginan untuk memiliki melintas begitu saja dipikirannya. Tapi apa yang Sungyeol katakan tadi? Apa maksudnya?
Bertepatan dengan kebingungan yang merajai pikirannya sebuah suara menginterupsi dia dan Sungyeol untuk bergabung dengan keluarga mereka yang sejak tadi berunding. Sungyeol, yeoja itu lebih dulu berdri dari duduknya, berjalan mendekat ke meja dimana kedua keluarga itu duduk, lalu duduk di antara kedua orang tua angkatnya. Wajahnya tampak murung dan Sungyeol menundukkan wajahnya, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.
Myungsoo bergabung dengan mereka dan berkali-kali melirik ke arah Sungyeol.
“Kami sudah membincangkan masalah ini sejak tadi. Jujur saja ini rumit bagi kami sehingga kami akan menunggu keputusan dari kalian saja karena kalian yang akan menjalani pernikahan ini. Kami tidak ingin kalian mengalami kegagalan dalam pernikahan kalian nantinya karena keputusan yang salah dari kami. Jadi bagaimana keputusan kalian? Apakah kalian akan tetap melangsungkan pernikahan ini?” tanya Sunggyu menatap ke arah Sungyeol dan Myungsoo bergantian.
Sungyeol menarik nafas kemudian mulai berbicara.
“Aku rasa tidak.” Ujarnya.
Dongwoo dan Hoya langsung menatap Sungyeol bingung kemudian saling pandang satu sama lain. Bukankah Sungyeol yang awalnya sangat antusias untuk menikah dengan Myungsoo, tapi sekarang...
“Yeol-ah, ada apa denganmu chagi?” tanya Sungyeol sambil memegang pundak Sungyeol.
“A..aku tidak ingin membuat Myungsoo terluka karena pernikahan ini. Mianhae karena mengecewakan kalian.” Sungyeol mulai terisak.
“Andwaeyo! Biarkan pernikahan ini berlangsung. Aku menyetujui pernikahan ini.”
Sungyeol terkejut mendengar perkataan yang baru saja Myungsoo ucapkan.
“Aigo, aigo, Myungsoo-ya, kau keren sekali.” Woohyun menggelitik dagu Myungsoo.
“Ya! Geumanhae.” Sunggyu langsung memukul pelan tangan Woohyun. “Berhenti bersikap memalukan seperti itu.” Bisik Sunggyu.
“Hehe, aku hanya tidak pernah melihat Myungsoo seperti ini sebelumnya.” Ujar Woohyun.
“Sepertinya keputusannya sudah ditentukan. Bagaimana kalau kita makan malam di restoran kami sambil membicarakan tanggal pernikahan mereka?” tawar Dongwoo.
“Hum, baiklah. Sepertinya itu ide yang bagus. Kajja.”
Mereka mulai berdiri dan meninggalkan coffee shop itu setelah Woohyun membayar kopi yang mereka minum.
“Gomawo.” Ujar Sungyeol pada Myungsoo saat mereka akan masuk ke dalam mobil. Myungsoo hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil.
Sungyeol tersenyum. Sangat senang. Impiannya untuk hidup bersama dengan Myungsoo sedikit lagi akan tercapai.
‘Gomawo. Gomawo Myungsoo-ya.’ Bisik Sungyeol dalam hati.
TBC dulu... :D
Gimana? Terlalu singkat dan kurang menarik kan?
Rencananya mulai part 2 n seterusnya Sungyeol akan Didi buat menderita di fict ini. #lagi -.-
Ini karena Didi kangen Sungyeol T.T
Gomawo udah baca ini fict. N gomawo buat beberapa chingudeul yang kangen ama ff saia #plakk,
Part 2 nantinya Didi harap bisa lebih baik lagi.
Suka anget ka aku tunggu part 2nya yaaaaaaa ... aaaa bayangin myungsoo nikah sama sungyeol dan woohyun sama sunggyu jadi suami istri yadong juga .
BalasHapus