Title : My Lovable Part 1
Author : Didi Choding
Main Cast : Myungsoo & Sungyeol INFINITE
Support Cast : INFINITE Member
Genre : Sad Romance, Family (lagi suka ama cerita sad, tapi ga tau ni ff bergenre sad apa engga #eh o.O)
Disclaimer: FF ini murni dari pikiran saiia sendiri.
Summary:
- Dia yang termanis
- Dia yang patut disayangi
- Dia yang paling menyenangkan
- Dia yang memikat
- Dia yang menimbulkan rasa sayang
- She’s My Lovable
Note : Para UKE (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, & Sungjong) disini bergender yeoja
Anyeong haseo ^^
Ini
FF MyungYeol Berchapter ke 4 yang Didi buat. Awalnya ni ff mau dibuat
one shot, tapi kayaknya Didi masih belum mahir buat ff one shot dan
sepertinya FF 21 Days ga bakalan Didi lanjutin lagi. Rencananya tu ff
mau di buat genre NC tapi rasanya ga cocok kalo di share di fb pribadi.
Niatnya mau di share di blog Didi aja, tapi... masih bingung juga..
aisshhhh..... bingung #getokin kepala pake tangan Yeol
Padahal Part 2 dan part 3 juga hampir selesai..
Di FF ini mungkin nantinya ada sedikit NC #ketahuan otak Didi mulai yadong -.-
Rencana mau di posting 2 minggu yang lalu tapi tangan kiri Didi bermasalah ditambah lagi Didi ga punya banyak waktu..
Langsung aja, hope u like it n happy reading..... ^^
Special for Inspirit n MyungYeol shipper
********
Musim semi yang indah...
Bunga-bunga
sakura tampak bermekaran memenuhi ranting pohon, sesekali bunga-bunga
itu tertiup angin dan hinggap di sekumpulan rambut lembut berwarna
cokelat keemasan milik seorang yeoja manis yang terlihat sangat
menikmati cuaca pagi menjelang siang itu. Yeoja itu duduk bersandar
pada batang pohon sakura sambil menikmati hembusan semilir angin yang
serasa membelai lembut rambutnya, menjatuhkan helaian-helaian bunga
sakura di atas kepalanya.
“Sungyeol-ah.” Yeoja itu
mendongak ke atas ke arah namja berusia 35 tahun yang kelihatan tampan
dengan senyum cerianya yang kini menatapnya sambil mengelus rambut
miliknya.
“Dongwoo Appa?”
“Apa yang sedang kau lakukan disini chagi?” tanya namja yang bernama Dongwoo pada anak angkatnya itu.
“Ania. Aku sedang tidak melakukan apapun.” Sungyeol menatap Appanya yang kini duduk di sampingnya dengan senyum manis.
“Apa ada sesuatu yang kau inginkan? Aku lihat belakangan ini kau sering melamun.”
Sungyeol
tersenyum. Appa-nya satu ini memang yang paling mengerti tentang
dirinya walaupun tidak ada ikatan darah diantara mereka.
“Apakah kalau aku bilang ingin menikah Appa akan menyetujuinya?”
“Mwo?!
Hei, umurmu masih terlalu muda untuk menikah Yeolli-ya. Kau masih 19
tahun chagi. Bukankah kau belum lama ini menamatkan sekolah menengahmu?
Pikirkanlah lagi.” Ujar Dongwoo.
Sungyeol terdiam. Dia
memang terlalu konyol untuk meminta menikah di usia yang bahkan belum
genap 20 tahun ini. Tapi dia takut, dia takut umurnya tidak akan lama
mengingat penyakit yang dideritanya kian hari membuat tubuhnya melemah.
Penyakit yang pernah merenggut nyawa ibunya saat Sungyeol berumur 5
tahun. Hingga ibunya meninggalkan dia dan adiknya Lee Sungjong. Ya,
meninggalkan mereka untuk selama-lamanya sehingga mereka diasuh dan
diangkat menjadi anak oleh adik appanya, Lee Hoya. Appanya sendiri, Lee
Jungyeop meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas saat Lee Sungjong
lahir.
Beruntung Hoya mau mengasuh mereka dan
mengangkat mereka menjadi anaknya walaupun umurnya saat itu masih 20
tahun sedangkan Sungyeol dan Sungjong masing-masing 5 dan 3 tahun.
Kemudian Hoya menikah dengan Dongwoo yang kemudian menjadi appa angkat
mereka.
Tapi tetap saja Sungyeol merahasiakan penyakit
kanker paru-paru yang di deritanya dari Appa dan Eomma angkatnya.
Sungyeol tidak mau menyusahkan keduanya karena keluarga angkatnya itu
tidak punya cukup uang untuk membiayai pengobatannya. Sungyeol bahkan
menolak untuk kuliah saat Dongwoo menawarkan. Sungyeol lebih memilih
untuk menikah dengan orang yang disukainya. Jika dia nanti pergi
menyusul Appa dan Eomma aslinya, anggap saja pernikahan itu sebagai kado
berharga untuknya karena pernah hidup bersama-sama dengan orang yang
dia cintai.
“Jadi siapa kira-kira namja yang ingin kau
ajak menikah Yeol-ah?” tanya Dongwoo memecahkan keheningan yang sempat
tercipta beberapa saat diantara mereka.
“Myungsoo. Kim
Myungsoo. Hobaeku di sekolah menengah dulu. Sekarang dia kelas 3 Appa.
Dia keponakan dari Kim Sunggyu, teman Hoya eomma.” Jelas Sungyeol. Entah
kenapa menyebut nama Myungsoo membuat hatinya bergetar hebat dan juga
bibirnya menyunggingkan senyum manisnya.
Dongwoo
terdiam, dia menyadari perubahan wajah anak angkatnya itu. Sungyeol
sepertinya sangat menyukai hobaenya itu. Tidak ingin mengecewakan
Sungyeol, Dongwoo kembali membelai rambut Sungyeol.
“Appa akan membicarakan ini dengan Eommamu ne. Kajja, kita harus kembali ke rumah. Wajahmu terlihat pucat.”
Dongwoo
membantu Sungyeol berdiri kemudian menggandeng punggung kecil Sungyeol
berjalan meninggalkan pohon sakura itu. Sedikit agak sulit memang karena
Yeol lebih tinggi darinya.
“Appa, gomawo.” Tiba-tiba Sungyeol memeluk Dongwoo.
“Gomawo
karena selama ini selalu mendengarkan permintaanku bahkan tak jarang
Appa sering mengabulkannya.” ujar Sungyeol masih memeluk Dongwoo.
“Hum, nado Sungyeollie. Kajja. Anginnya semakin kencang.”
Mereka
lalu memasuki halaman yang dipenuhi rerumputan hijau menuju rumah
sederhana berwarna ungu muda dengan beberapa tatanan bunga lavender yang
tersusun rapi di balkon lantai atas rumah itu. Rumah favorit Hoya,
eomma angkat Sungyeol.
*****
Coffee Cojjee, petang hari......
Tampak
Dongwoo dan Hoya sedang mengobrol tentang masalah pernikahan Sungyeol
dan Myungsoo dengan raut wajah serius bersama sepasang suami istri yang
diketahui bernama Nam Woohyun dan anaenya, Kim Sunggyu.
“Myungsoo
masih sekolah, aku takut dia akan menolak pernikahan ini.” Ujar Sunggyu
setelah Dongwoo membicarakan maksud pertemuan mereka.
“Myungsoo
sangat sulit ditebak dan tidak ada yang bisa memahaminya. Kami takut
Sungyeol tidak akan bertahan hidup dengannya.” Tambah Woohyun.
“Sebenarnya
kami juga bingung. Tapi ini permintaan Sungyeol. Kami tidak tau harus
berbuat apa selain mengabulkan segala permintaannya.” Ujar Dongwoo.
“Sungyeol
juga pernah mengatakan padaku bahwa dia ingin hidup bersama dengan
orang yang dicintainya sebelum mati. Aku... walaupun aku tidak mengerti
maksudnya apa aku sangat sedih mendengar itu. .” Hoya mulai tampak
berkaca-kaca.
Di sudut lain terlihat Sungyeol dan
Myungsoo yang duduk berhadapan saling berdiam diri dan tampak canggung
satu sama lain. Menunggu keluarga masing-masing menyelesaikan obrolan
mereka sejak setengah jam yang lalu.
Sungyeol
berkali-kali mencuri pandang ke arah Myungsoo. Menikmati aura tampan
milik Myungsoo dan ketika Myungsoo melihat ke arahnya, Sungyeol
menundukkan wajahnya atau menoleh ke arah lain dengan raut wajah
kemerahan dan jantung yang berdetak tak karuan.
Bosan
terus-terusan mengalihkan pandangannya dari Myungsoo, Sungyeol mencoba
untuk tersenyum dan mengobrol dengan Myungsoo. Toh Myungsoo nantinya
akan menjadi nampyeonnya itupun kalau Myungsoo mau menerima pernikahan
itu.
Saat mereka beradu pandang lagi, Sungyeol memperlihatkan senyum manisnya yang merekah, tapi tak ada respon.
Semangat Sungyeol langsung menurun. Tapi Sungyeol bukan tipe yeoja yang mudah putus asa.
“Myungsoo-ya, apa kau masih mengingatku?” tanya Sungyeol yang kali ini memberanikan diri menatap Myungsoo lekat-lekat.
Myungsoo
menatapnya datar dan dingin, sama seperti yang sering Sungyeol
perhatikan dulu saat sekolah menengah. Tak ada respon, tak ada sahutan,
hanya lirikan matanya yang tajam dan menusuk. Sungyeol menghela nafas
dan akhirnya lebih memilih menatap cangkir kopi di hadapannya, merasa
malu karena diabaikan. Sungyeol tidak tau bagaimana perasaan namja yang
ada di hadapannya. Sungyeol tidak tau betapa gugupnya Myungsoo saat ini.
Sangat gugup bahkan keringat dingin serasa menempel dipunggungnya.
Sungyeol juga tidak tau kalau-kalau jantung Myungsoo serasa ingin
melompat keluar karena berdetak begitu kuat. Ya, sangat kuat.
Myungsoo
serasa terseret dalam arus spiral yang seakan-akan menyedotnya dan
tidak bisa ditarik keluar. Kalimat simpelnya Myungsoo terpesona dengan
yeoja di hadapannya sampai-sampai dia bingung jawaban apa yang tepat
untuk menjawab pertanyaan Sungyeol. Tapi ekspresi wajah yang
ditunjukkannya benar-benar bertolak belakang. Alasannya, Myungsoo tidak
terbiasa dengan bersikap hangat, manis, friendly, cute dan sejenis
lainnya. Yang dikenalnya selama ini hanya sikap dingin. Benar-benar
sikap dingin yang menenggelamkan segala sikap-sikap menyenangkan itu.
Sikap dingin yang mewakili segala perasaan yang muncul dipikirannya.
Bahkan sikap dingin itu pula yang mendukungnya untuk malas berbicara.
Ya, bahkan dengan samchon dan ilmonya, Nam Woohyun dan Kim Sunggyu .
Suaranya hanya keluar pada saat-saat tertentu saja. Saat barang-barang
tidak ada di tempatnya atau Myungsoo membutuhkan sesuatu. Bisa dihitung
berapa kali Myungsoo berbicara dan siapa lawan bicaranya.
Myungsoo
menderita social phobia, karena dia akan merasa cemas dan canggung
untuk berinteraksi dengan orang lain. Myungsoo lebih memilih menyendiri
dan sibuk dengan dunianya. Tapi Myungsoo tidak secara langsung
memperlihatkan kecemasannya itu. Dia menutupinya dengan sikap dingin
sehingga orang-orang tidak tau.
Cukup lama mereka
berdiam diri seperti itu. Sungyeol yang sedari tadi menunduk mulai
mengangkat wajahnya. Myungsoo masih tampak tenang dan sesekali
menyeruput kopinya. Myungsoo bingung ingin mengobrol apa untuk
memecahkan suasana hening diantara mereka.
“Myungsoo-ya,
mianhae.... Mungkin kau merasa kesal dengan rencana pernikahan ini.
Kalau kau merasa tidak nyaman, kau bisa menolaknya.” Ujar Sungyeol.
Myungsoo
membulatkan matanya. Menolak? Hei, kenapa Sungyeol jadi berpikiran
seperti itu? Myungsoo menatap Sungyeol bingung. Tapi yang ada di dalam
pandangan Sungyeol adalah tatapan tajam yang seakan-akan ingin
menelannya bulat-bulat. Tatapan tajam yang sebenarnya sangat menyakitkan
untuk Sungyeol. Dengan susah payah Sungyeol menelan ludahnya. Nafasnya
terasa tercekat di tenggorokannya.
“Ini hanya
permintaan konyolku yang memaksa mereka untuk menikahkanku denganmu. Aku
tidak tau harus berbuat apa dan tiba-tiba ide untuk menikah denganmu
muncul di kepalaku. Tapi aku mohon untuk tidak menyalahkan mereka karena
ini. Kau bisa melampiaskan rasa kesalmu padaku dan mengatakan pada
mereka untuk membatalkannya.” Lanjut Sungyeol.
Entah
kenapa setelah mengatakan itu Sungyeol merasa kesedihan menyesakkan
dadanya. Ini artinya dia akan melepaskan Myungsoo namja yang sangat
dicintainya. Bayangan dirinya akan hidup bahagia dengan Myungsoo sirna
sudah.
Myungsoo masih menatap Sungyeol bingung yang tetap tajam bagi Sungyeol.
Apa
perasaan Sungyeol berubah secepat itu? Baru saja Myungsoo jatuh cinta
padanya. Baru saja dia merasa bahagia karena akhirnya bertemu dengan
seseorang yang membuat perasaannyatak menentu pada pertemuan pertama
tapi haruskah dia secepat ini patah hati? Terus terang saja dia sedikit
kesal saat samchonnya, Woohyun memintanya ikut dengan alasan ingin
menjodohkannya dengan seorang yeoja kenalan ilmonya. Tapi begitu melihat
Sungyeol-lah yeoja yang dimaksud, perasaan senang menyeruak dihatinya
walaupun ini pertama kalinya mereka bertemu. Keinginan untuk memiliki
melintas begitu saja dipikirannya. Tapi apa yang Sungyeol katakan tadi?
Apa maksudnya?
Bertepatan dengan kebingungan yang
merajai pikirannya sebuah suara menginterupsi dia dan Sungyeol untuk
bergabung dengan keluarga mereka yang sejak tadi berunding. Sungyeol,
yeoja itu lebih dulu berdri dari duduknya, berjalan mendekat ke meja
dimana kedua keluarga itu duduk, lalu duduk di antara kedua orang tua
angkatnya. Wajahnya tampak murung dan Sungyeol menundukkan wajahnya,
menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.
Myungsoo bergabung dengan mereka dan berkali-kali melirik ke arah Sungyeol.
“Kami
sudah membincangkan masalah ini sejak tadi. Jujur saja ini rumit bagi
kami sehingga kami akan menunggu keputusan dari kalian saja karena
kalian yang akan menjalani pernikahan ini. Kami tidak ingin kalian
mengalami kegagalan dalam pernikahan kalian nantinya karena keputusan
yang salah dari kami. Jadi bagaimana keputusan kalian? Apakah kalian
akan tetap melangsungkan pernikahan ini?” tanya Sunggyu menatap ke arah
Sungyeol dan Myungsoo bergantian.
Sungyeol menarik nafas kemudian mulai berbicara.
“Aku rasa tidak.” Ujarnya.
Dongwoo
dan Hoya langsung menatap Sungyeol bingung kemudian saling pandang satu
sama lain. Bukankah Sungyeol yang awalnya sangat antusias untuk menikah
dengan Myungsoo, tapi sekarang...
“Yeol-ah, ada apa denganmu chagi?” tanya Sungyeol sambil memegang pundak Sungyeol.
“A..aku tidak ingin membuat Myungsoo terluka karena pernikahan ini. Mianhae karena mengecewakan kalian.” Sungyeol mulai terisak.
“Andwaeyo! Biarkan pernikahan ini berlangsung. Aku menyetujui pernikahan ini.”
Sungyeol terkejut mendengar perkataan yang baru saja Myungsoo ucapkan.
“Aigo, aigo, Myungsoo-ya, kau keren sekali.” Woohyun menggelitik dagu Myungsoo.
“Ya! Geumanhae.” Sunggyu langsung memukul pelan tangan Woohyun. “Berhenti bersikap memalukan seperti itu.” Bisik Sunggyu.
“Hehe, aku hanya tidak pernah melihat Myungsoo seperti ini sebelumnya.” Ujar Woohyun.
“Sepertinya
keputusannya sudah ditentukan. Bagaimana kalau kita makan malam di
restoran kami sambil membicarakan tanggal pernikahan mereka?” tawar
Dongwoo.
“Hum, baiklah. Sepertinya itu ide yang bagus. Kajja.”
Mereka mulai berdiri dan meninggalkan coffee shop itu setelah Woohyun membayar kopi yang mereka minum.
“Gomawo.”
Ujar Sungyeol pada Myungsoo saat mereka akan masuk ke dalam mobil.
Myungsoo hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil.
Sungyeol tersenyum. Sangat senang. Impiannya untuk hidup bersama dengan Myungsoo sedikit lagi akan tercapai.
‘Gomawo. Gomawo Myungsoo-ya.’ Bisik Sungyeol dalam hati.
TBC dulu... :D
Gimana? Terlalu singkat dan kurang menarik kan?
Rencananya mulai part 2 n seterusnya Sungyeol akan Didi buat menderita di fict ini. #lagi -.-
Ini karena Didi kangen Sungyeol T.T
Gomawo udah baca ini fict. N gomawo buat beberapa chingudeul yang kangen ama ff saia #plakk,
Part 2 nantinya Didi harap bisa lebih baik lagi.