FF INFINITE – Part Sungjong
Author :
Didi Yeollipop
Title :
Stay With Me
Main Cast :
Lee Sungjong, Kwon Mi Yeon
Support Cast :
All member INFINITE
Genre :
Romance,
Disclaimer :
FF ini murni milik saya, baik isi maupun jalan ceritanya. But Sungjong dan
member Infinite milik agensi mereka :D
Anyeong, kali ini Didi comeback with FF
INFINITE, tapi kali ini yang jadi
maincastnya itu Sungjong. So langsung aja happy reading guys ^^
∞∞∞∞
Aku menenteng tas yang berisi beberapa partitur
piano menaiki kereta api bawah tanah yang siap melaju menuju ke rumah hobae
baruku. Eommanya yang menjadi teman dekat Eommanya L hyung memintaku untuk
menjadi guru privat khusus les piano untuk putrinya. Awalnya aku menolak,
karena permainan pianoku belum seberapa dibandingkan Sunggyu hyung, tapi L
hyung terus mendesakku dengan alasan aku juga bisa menjadi guru sambil belajar.
Akhirnya aku luluh ditambah lagi aku tidak mau mengecewakan Eommanya L hyung
yang selama ini baik padaku.
Kenapa aku memanggilnya hobae, itu karna Eomma
L hyung bilang dia masih sebaya denganku. Eommanya juga bilang yeoja itu pernah
satu sekolah denganku dan berada satu tingkat di bawahku waktu sekolah dasar
dulu. Walaupun aku tidak ingat dan tidak mengenalnya.
Akhirnya setelah naik kereta api selama 20 menit aku sampai di sebuah perumahan mewah
dengan pagar-pagar yang menjulang tinggi. Aku mulai mencari alamat rumah yang
di berikan padaku. Dan aku menemukan rumah bergaya modern berwarna biru muda.
Aku memencet bel. Seorang Ahjuma keluar rumah sambil membukakan pintu untukku.
“Sungjongie?” tanyanya.
“Ne, anyeong haseo, Lee Sungjong imnida.”
Ucapku sambil membungkukkan badan .
“Oh, anyeong haseo. Silahkan masuk, Mi Yeon
sudah menunggu di dalam.” Ujar ahjuma itu.
“Mianhaeyo, aku terlambat.” Ucapku.
“Gwaenchanayo.” Ucap ahjuma itu tersenyum
ramah.
Kami masuk ke dalam rumah yang lumayan besar
itu. Seorang yeoja memakai dress berwarna merah muda selutut berdiri sambil
memperhatikanku dengan ekspresi datar. Mata kami saling bertemu.
“Sungjongie, ini Mi Yeon, dia putriku
satu-satunya yang sangat menyukai piano. Aku harap kamu bisa menjadi guru yang
baik untuknya. Kalian berkenalanlah, aku setelah ini akan kembali ke toko.
Kalau membutuhkan sesuatu kalian bisa menghubungiku. Aku pergi.” Ujar nyonya
itu lalu pergi.
“ne, hati-hati.” Ujarku.
“Anyeong, Lee Sungjong imnida. Mulai hari ini
dan untuk setiap hari Sabtu sore aku akan datang untuk mengajari Kwon Mi
Yeon-ssi berlatih piano. Mohon perhatiannya.” Ujarku setengah membungkuk.
“Ne, anyeong, silahkan duduk.” Ujar Mi Yeon.
Omona, suaranya begitu lembut dan halus. Sangat setara dengan wajahnya yang
lembut daan manis. Tapi aku sama sekali tidak pernah melihatnya waktu di
sekolah dasar dulu.
Aku duduk disampingnya, di bangku piano yang
panjang dengan perasaan gugup. Jujur, lebih baik aku memilih untuk berlatih
menarikan tarian girlgroup atau disuruh membersihkan dorm seharian penuh dibandingkan
duduk di samping yeoja seperti ini. Aku sudah terbiasa berbicara dengan para
noona, tapi tidak tau kenapa aku merasa gugup duduk di sampingnya.
“Sunbae, apa kau mempunyai not lagu yang bisa
dimainkan?” tanyanya.
“Oh, geurae.” Aku membuka tasku dengan gugup
dan memberikan partitur lagu Only Tears yang biasa dimainkan Sunggyu hyung.
“A, lagu ini. Aku sangat menyukainya. Tapi aku
tidak tau notnya. Bisakah Sunbae yang memainkannya lebih dulu?” pintanya.
“Geureom.” Ujarku.
“Aku yang akan menyanyikannya.” Ujarnya
menawarkan diri.
Aku mulai menekan tuts-tuts piano.
Saranghanda
mianhada, geurae deoneun andoegesseo
Nan dagagal
jagyeok jocha eobseo nal saranghajima
Aku menatapnya takjub, kulitku serasa merinding
dan jantungku berdegup begitu kencang saat mendengar suaranya yang benar-benar
begitu lembut. Ini seperti kejutan lain yang kudapat dari dirinya. Hhh, apa
yang kurasakan saat ini berbeda dengan yang kurasakan saat mendengar sesama
teman artis yang menyanyi di panggung.
Mi Yeon menyelesaikan menyanyikan lagu itu
dengan begitu sempurna.
“Apa kau bisa menyanyikannya sekali lagi
untukku?” pintaku.
“Ne?” dia menatapku bingung, matanya yang hitam
dan bulat begitu menggemaskan. Ahh, dia sangat cute.
“Geurae, aku akan menyanyikannya sekali lagi
untuk sunbae. Hum, tapi kenapa kita tidak berduet saja?” tanyanya.
“Mungkin tidak sekarang.” Ujarku.
“Baiklah aku akan menyanyikannya sendiri.”
Aku kembali menikmati suaranya yang merdu dan
menggetarkan hatiku.
∞∞∞∞∞
Di hari Sabtu berikutnya dengan bersemangat aku
pergi ke rumah Mi Yeon. Menunggu seminggu itu terasa begitu lama, ini mungkin
karena aku ingin melihat kejutan-kejutan yang lain dari diri Mi Yeon. Aku mulai
tertarik dengan dirinya, jujur ini yang kurasakan saat ini. Para Hyung yang
hari itu sedang bermalas-malasan di dorm menatapku heran karena sibuk berjalan
kesana kemari menyiapkan partitur.
“Ya! Apa kau tidak bisa tenang sedikit?” ujar
Sunggyu hyung.
“Anieyo hyung. Aku sudah terlambat.” Ujarku.
“Odika?” tanya Dongwoo hyung.
“Dia sekarang sibuk menjadi guru les piano dan
melupakan untuk berkumpul bersama-sama dengan kita.” Ujar Sungyeol hyung.
“Anieyo. Aku hanya mengambil 2 jam setiap minggunya.” Protesku
pada Sungyeol hyung.
“Ya! Sungjongie, bukankah les di mulai jam 3
sore, kenapa kau harus terburu-buru seperti ini? Ini masih jam 2. Apa tidak
bisa kita bermain game dulu?” tanya Woohyun hyung.
“Mwoya? Sejak kapan hyung mau bermain game
denganku?” tanyaku menatap Woohyun hyung heran. Woohyun hyung hanya nyengir.
“Aku dengar yeoja itu begitu manis, geuraetji
Sungjongie?” tanya L hyung menggodaku.
“Y..ya.. apa yang hyung katakan?” Aish, kenapa
aku harus gugup seperti ini?
“Jinjjayo? Huwah, pantas Sungjong ingin
cepat-cepat pergi meninggalkan kita dan bertemu yeoja itu.” Ujar Hoya hyung.
“Geumanhae hyungdeul, bukan seperti itu. Butuh
waktu 30 menit menuju rumahnya.” Ujarku berusaha meyakinkan mereka, padahal apa
yang dibilang Hoya hyung 100% benar.
“Pergilah, yeoja itu mungkin akan menunggumu.”
Ujar Sunggyu hyung.
“Ne, aku pergi hyungdeul.” Pamitku.
“Jangan lupa cepat pulang, rumah kita sangat
berantakan dan tidak ada yang membersihkannya.” Ujar Sunggyu hyung setengah berteriak.
Aish... jinjja... Ya ! Kim Sunggyu, apa kau
tidak bisa melihat dongsaengmu ini istirahat satu hari saja. Cih, kalian semua
benar-benar mengintimidasiku. Aku sedang sibuk mencari nafkah (?) dan kalian
masih sempat untuk menyuruhku membersihkan dorm. Aku bersungut-sungut sepanjang
jalan -__-
****
Aku tiba di rumah Mi Yeon. Dia duduk di ayunan
yang ada di depan rumahnya dan menyambutku dengan senyuman hangat.
“Anyeong Sunbae.” Ujarnya sambil melambaikan
tangannya.
Aku tersenyum dan membalas lambaian tangannya.
“Aku sudah menghafal not untuk lagu Only Tears.
Apa Sunbae ingin mendengarnya?” tanyanya.
“Jinjjayo? Geurae, aku akan mendengarnya.”
“Kajja.” Dia menggandeng tanganku masuk ke
dalam.
Jantungku bergetar hebat. Ya, Sungjongie, dia
hanya menyentuh tanganmu, kenapa jantungmu harus bergetar hebat seperti ini?
Mi Yeon duduk menghadap piano dan mulai menekan
tuts-tuts piano. Huwah, dia benar-benar sangat manis.
“Eomma L hyung bilang sewaktu sekolah dasar
dulu kita pernah satu sekolah. Tapi aku tidak pernah melihatmu.” Ujarku saat kami
istirahat sebentar.
“ Jinjjayo? Ya! Sunbae, kita dulunya sering
bertemu di kantin sekolah.” Terang Mi Yeon.
“Aku tidak mengingatnya sama sekali.” Ujarku
sambil menggaruk-garuk kepalaku berusaha mengingat wajahnya saat itu.
“Hhh, lupakan. Mungkin Sunbae benar-benar tidak
mengingatnya.” Mi Yeon menghela nafas dan wajahnya kelihatan kecewa.
Aku jadi merasa bersalah. Sungjong pabo, kenapa
begitu sulit untukmu mengingat wajahnya saat itu.
∞∞∞∞∞
Hari Sabtu berikutnya aku terkejut melihat Mi
Yeon berdiri di pagar luar rumahnya dengan menenteng tas, memakai dress
berwarna kuning dan membiarkan rambutnya tergerai bebas dengan bando warna kuning di tengah.
Benar-benar sangat cute ditambah lagi kuning itu warna kesukaanku.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku padanya.
“Oh, sunbae, kau sudah datang? Jebal, hari ini
bisakah kita tidak les piano?” tanyanya dengan ekspresi memohon.
“Waeyo?” tanyaku.
“Aku merasa penat dan ingin berjalan-jalan
dengan Sunbae. Eotteo? Jebal..” ujarnya sambil melipat kedua tangannya.
“Geurae, mari kita berjalan-jalan.” Ujarku.
“Jinjjayo? Huwah, gomawo Sunbae.” Mi Yeon
berteriak senang dan memelukku. Ya! Ya! Mwohaneun geoya Mi Yeon-ah, kau
membuatku tidak bisa bernafas karena terlalu gugup dengan tingkahmu yang
tiba-tiba ini.
Mi Yeon melepaskan pelukannya dan menatapku
dengan malu.
“Mianhae, aku terlalu senang.” Ujarnya.
“G..gwaenchana.. hehe...” aku tersenyum, tapi
lebih tepatnya gugup. Ah, aku bahkan tidak bisa tersenyum manis seperti
biasanya.
Kami lalu pergi keliling kota, membeli aksesoris
dan sorenya kami berjalan-jalan di taman. Kami membeli eskrim lalu duduk
menikmatinya di bangku taman.
“Masitta.” Ujarnya dengan ekspresi lucu.
“Kau ingin eskrim lagi?” tanyaku.
“A, ania, ini sudah cukup untukku.” Ujarnya.
Aku kembali menikmati eskrimku.
Kami berdua terdiam menikmati eskrim
masing-masing. Dan tiba-tiba, CHU!
Sebuah kecupan mendarat di pipiku. Aku terkejut, eskrim yang dingin serasa
membekukanku. Mwoya? Aku menoleh ke samping. Mi Yeon menatapku dalam-dalam,
tatapan yang sangat sulit untuk ku artikan.
“Sunbae, nan choahaeyo.” Ujarnya.
Aku menelan ludahku.
Mwo? Apa yang kau katakan Mi Yeon-ah. Apa aku
sedang tidak bermimpi? Katakan padaku sekali lagi.
“Choahaeyo Sunbae...” ujar Mi Yeon seakan
mendengar suara hatiku.
“Aku menyukai Sunbae sejak pertama kali kita
bertemu. Hum, tidak, sebenarnya aku menyukaimu sejak di sekolah dasar. Mungkin
ini terlalu mengejutkan tapi inilah yang kurasakan. Aku tidak bisa menahannya
terlalu lama. Aku menyukai Sunbae yang manis dan cute seperti ini. Aku menyukai
suara Sunbae yang lembut. Aku benar-benar sangat menyukai Sunbae. ” Ujarnya
masih menatapku.
Plukk!!! Eskrim yang kupegang terjatuh ke tanah
saat mendengar pernyataannya itu. Aku bengong. Aigo, aku merasa kehilangan
kesadaran saat ini. Mimpikah?
“Nado
choahaeyo, Mi Yeon-ah. Awalnya aku tidak yakin dengan perasaanku tapi setelah
apa yang kita lalui hari ini aku merasa yakin aku menyukaimu. Aku merasa nyaman
saat di dekatmu. Aku mungkin tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan apa
yang kurasakan seperti yang kau lakukan. Tapi aku benar-benar menyukaimu.” Ujarku
akhirnya setelah cukup lama terbengong.
Dia tersenyum.
“Apakah itu artinya aku bisa menjadi
yeojachingumu mulai hari ini?” tanyanya.
Aku mengangguk meyakinkannya. Dia tersenyum,
manis.
“Gomawo.” Ucapnya.
“Ayo kita pulang.” Ajakku, aku menggenggam
tangannya dan dia menggandeng tanganku erat seraya meletakkan kepalanya di bahu
kecilku.
Hhhh terlalu banyak kejutan yang kurasakan hari
ini. Ini begitu menyenangkan. Hari ini, besok, dan Sabtu berikutnya aku ingin
selalu bersama Mi Yeon.
∞∞∞∞∞∞
Sabtu berikutnya..
Aku menatap bingung pesan singkat yang ada di
ponselku.
Mulai hari
ini Sunbae tidak perlu melatihku berlatih piano lagi. Fokuslah dengan karirmu.
Mi Yeon
Ada apa dengannya? Kenapa dia mengirimku pesan
seperti ini? Apa aku melakukan kesalahan padanya? Atau saat perform ada
kelakuan yang membuatnya merasa tidak suka atau bahkan menyakiti hatinya? Atau
ada fans yang mengetahui hubungan kami dan menerornya mengingat sabtu kemarin
aku tidak menyembunyikan wajahku saat kami jalan-jalan. Aku menghubungi
ponselnya, tapi dia samasekali tidak mengangkat. Aku segera berlari keluar dorm
menuju stasiun kereta api bawah tanah yang menuju ke arah rumahnya.
Aku tiba di rumahnya beberapa menit kemudian,
aku memencet bel berulang kali tapi tidak ada yang membukakan pintu untukku.
Apakah dia pergi?
Besoknya aku datang lagi. Memencet bel yang
sama dan menghubungi ponselnya berulang kali. Tapi tetap saja pintu itu tidak
terbuka untukku, ponsel itu tidak menjawab untukku.
Hampir setiap hari aku datang ke rumahnya
berharap aku bisa bertemu dengannya dan menanyakan apa yang terjadi. Setiap
hari aku tidak pernah bosan untuk menekan bel yang mungkin sudah muak untuk ku
tekan. Menghubungi ponselnya yang mungkin panggilan tidak terjawab dari nomor
ponselku sudah menumpuk ratusan kali disana.
Bahkan ayunan dimana dia menungguku hari itu dengan
sambutannya yang hangat tidak ada lagi disana. Odiya Mi Yeon-ah?
Sampai akhirnya aku melihatnya berdiri menatap
keluar ke arahku dari balik jendela kamarnya. Tatapan dingin dan tidak
bersemangat. Dia benar-benar telah kehilangan senyum cutenya. Tidak ada
kehangatan di wajahnya.
“Mi Yeon-ah, ada apa ? Apa yang terjadi?
Katakan padaku.” Teriakku.
Ponselku berbunyi. Mi Yeon menghubungiku tanpa
melepas pandangannya dariku.
“Mi Yeon-ah,”
ujarku.
“Bukankah sudah ku bilang untuk tidak datang?”
ujarnya dari seberang.
“Waeyo? Kenapa kau tidak memberi alasannya?”
tanyaku sedih.
“Karena aku tidak ingin bertemu denganmu lagi,
Sunbae.” Ujarnya lalu mematikan ponselnya dan menjauh dari tempat dia berdiri.
Mwo? Apa yang barusan dia katakan? Tidak ingin
bertemu denganku lagi? Hubungan ini baru dimulai, tapi kenapa dia mengatakan
hal seperti itu. Apakah perasaannya telah berubah? Apakah perasaan sukanya padaku hanya sesaat
saja. Hanya bertahan untuk beberapa hari saja? Apa dia begitu membenciku sampai
tidak ingin berbicara langsung dan bertatap muka denganku?
Aku berjalan gontai meninggalkan rumahnya.
Tanpa terasa airmataku mengalir. Begitu sampai dorm aku langsung masuk ke dalam
kamar tanpa bersemangat lagi menyapa para hyung yang menatapku bingung. Aku
duduk sambil memeluk kedua lututku dan menangis.
Kenapa kau seperti ini Mi Yeon-ah? Kita bahkan
belum merasakan kebahagian dari sebuah hubungan. Kita belum saling berbagi apa
yang kita sukai. Apakah yang kau katakan waktu lalu tentang perasaanmu hanya
sebuah lelucon? Aku menangis sedih. Nappeun yeoja.
∞∞∞∞∞∞
Sudah seminggu ini aku lebih memilih berdiam
diri di kamar dan keluar hanya saat perform, syuting, ataupun sekedar melakukan
apa yang diperintahkan hyung.
“Sungjongie, apa kau sedang ada masalah?” tanya
Hoya hyung siang itu saat kami makan siang bersama.
“Ani.” Ucapku singkat.
“Kau kelihatan muram beberapa hari ini, apa
perlakuan Sunggyu hyung terlalu berlebihan padamu? Katakan padaku, aku bisa
membalas perbuatannya padamu.” Ujar Woohyun hyung.
“Ani.” Ujarku lagi.
“Ya! Nam Woohyun, apa maksudmu perlakuanku
terlalu berlebihan? Aku hanya melakukan tugasku sebagai leader.” Protes
Sunggyu.
“Aku sudah selesai, aku ke kamar dulu.”pamitku.
Semua menatapku tanpa protes.
Aku masuk ke dalam kamar dan membenamkan diriku
di dalam.
“Boleh aku masuk?” tanya L hyung.
“Ne.” Ucapku dengan tidak bersemangat.
L hyung duduk di sebelahku dan mengusap-usap
punggungku.
“Jangan mengurung diri seperti ini.” Ujarnya.
Aku hanya terdiam.
“Kenapa kau tidak keluar saja dan menemui Mi
Yeon karna mungkin saat ini dia sangat membutuhkan seseorang untuk
menghiburnya.” Ujar L Hyung. Aku menatap L hyung bingung.
“Kau tidak mendengar kabarnya?” tanya L hyung
yang balik menatapku bingung.
“Apa maksud hyung?” tanyaku.
“Tadi siang aku pulang ke rumahku sebentar dan
Eomma bilang terjadi sesuatu pada Mi Yeon.”
“Apa yang terjadi padanya ?” tanyaku cepat dan
merasa sangat khawatir.
“Dua minggu yang lalu saat dia menunggumu di
ayunan depan rumahnya untuk les piano, tiba-tiba saja besi penyangga itu
terjatuh mengenai dirinya tepat di tangan kanannya. Tangan kanannya patah dan
mungkin butuh waktu yang lama untuk sembuh. Dia merasa sangat sedih dan takut
tidak bisa bermain piano lagi. Ya! Kau adalah guru pianonya, kenapa kau tidak
mengetahui hal ini?” tanya L hyung heran.
Aku hanya terdiam. Jadi seperti itu..Jadi
seperti itu kejadiannya. Kenapa dia tidak berterus terang padaku? Kenapa dia
tidak mengatakan hal yang sebenarnya?
Aku bergegas berlari keluar, tidak kuhiraukan
panggilan L hyung yang berteriak memanggilku. Tujuanku saat ini hanya satu.
Bertemu dengan Mi Yeon dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Ne,
semuanya akan baik-baik saja Mi Yeon-ah. Mungkin kau merasa sedih melewati ini
sendirian.
Aku menekan bel rumahnya dengan nafas
tersengal-sengal. Jebal Mi Yeon-ah, untuk kali ini saja izinkan aku bertemu
denganmu.
Pintu pagar terbuka, kudapati Mi Yeon berdiri
menatapku dengan ekspresi terkejut, tangan kanannya masih di balut perban dan
lehernya dijadikan penyangga. Tanpa berkata apa-apa aku langsung memeluknya.
“Bogoshippo Mi Yeon-ah,” ujarku.
Dia balas memelukku dan terisak.
“Nado... nado bogoshipposseo sunbae.” Ujarnya.
“Kenapa kau seperti ini? Kenapa kau tidak
mengatakan yang sebenarnya padaku?” tanyaku.
“Aku bingung dan takut karena tidak bisa
bermain piano dengan Sunbae lagi. Aku sangat takut itu terjadi.” Ujarnya.
Aku melepas pelukanku dan menghapus airmatanya
yang mengalir.
“Siapa bilang kau tidak bisa bermain piano
denganku. Aku selalu siap menjadi tangan kananmu Mi Yeon-ah sampai tangan kanan
yang kau miliki benar-benar sembuh dan dapat menekan tuts piano lagi.” Ujarku.
Dia menatapku tidak percaya.
“Gomawoyo.” Ujarnya terisak. Aku kembali
memeluk dan menenangkannya.
Setelah Mi Yeon benar-benar tenang, aku
melepaskan dekapanku karena takut akan menyakiti tangannya.
“Apa tidak ada les hari ini?” tanyanya.
“Kapan pun kau meminta, akan ada les untukmu.”
Ujarku sambil tersenyum.
Kami lalu masuk ke dalam rumahnya dan duduk di
hadapan piano. Memainkan lagu kesukaan kami, Only Tears dengan tangan kirinya
dan tangan kananku.
Tidak ada hari seindah saat kau bersamaku. Stay
with me, Mi Yeon-ah
~ The End ~
Try downloading a game demo prior to purchasing the actual game so
BalasHapusthat you can determine if you're going to enjoy it. Like a pc when much too many programs are downloaded at the moment the process can shut lower from overuse. You're punished more than and
in excess of for generating faults in education and encouraged never ever to do it.
Here is my site relevant site
http://remajaindonesia-arini.blogspot.com/2013/05/ff-first-love-like-flower.html
BalasHapusmampir yah ke FF ku :D gomawo
http://remajaindonesia-arini.blogspot.com/2013/05/ff-first-love-like-flower.html
BalasHapusmampir yah ke FF ku :D gomawo
Uwaaaaa,,,keren ff-nya><
BalasHapusUwahhhh,,,keren FF-nya ><
BalasHapusSampe" aku senyum" gak jelas ㅋㅋㅋ~
Uwaaaaa,,,keren ff-nya><
BalasHapusBgs bgt ffx...
BalasHapusBaru baca ini -_- baru tau juga sih :D ya sungjong oppa you realy realy so sweet :* :D
BalasHapus