Jumat, 22 Maret 2013

FF MyungYeol - Can I Forget U?


FF MYUNGYEOL


Author : Didi Choding

Title : Can I Forget U?

Main Cast : Lee Sungyeol, Kim Myungsoo

Support Cast : Member INFINITE, Choi Minhwan FT Island, Lee Jaejin FT island, Lee Daeyeol

Genre : Yaoi, Romance, School Life

Rating : PG 17
Disclaimer : This fanfictionis mine n all cast too ^^ #digetok readers



Anyeong ^^

Ini ff Myungyeol pertama Didi yang juga ff yaoi pertama hehe ^^. Huwah, akhirnya saia bikin FF Yaoi juga sodara-sodara. Padahal dulunya anti banget ama yang namanya Yaoi n sekarang malah kemakan omongan sendiri + tau gimana serunya Yaoi itu ya~ walaupun saia berharap mereka ga real. Berharap yang mereka lakukan semua selama ini cuma fan service tapi kadang Didi berharap semua itu real *eh ? Ini apa? Ini apa? O.oa

Ya sudah mari kita hentikan curcolan gaje + ga penting ini.

Ok langsung aja, silahkan cicipi FF pertama buatan Didi ini. Jangan lupa ne apresiasikan perasaan kalian setelah membaca FF ini lewat kotak komen di bawah. Beritahu Didi seberapa hancur FF ini biar ke depannya bisa lebih baik lagi. Hope u like it n happy reading ^^




>> Lee Sungyeol POV


Deg! Deg! Deg!

Aku merasa jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. Apa yang aku lihat ini tidak salah? Aku akan sekelas dengan Kim Myungsoo? Benarkah ini?

Aku kembali menatap papan pengumuman yang memperlihatkan deretan nama penghuni kelas 2-4. Aku bahkan membuka kacamataku untuk memperjelas penglihatanku yang tentu saja pandanganku semakin mengabur.


“Huwah, Myungsoo-ya, kita akan satu kelas lagi.” Seru seseorang disampingku yang aku tahu itu suara Choi Minhwan, teman dekat Kim Myungsoo.


Mendengarnya menyebut nama Myungsoo aku segera menoleh ke asal suara dan betapa terkejutnya aku saat aku menoleh ke samping, Myungsoo telah berdiri tepat di sebelah kananku sambil sibuk membaca daftar nama di papan pengumuman. Jantungku berdegup lagi kali ini tiga kali atau bahkan berkali-kali lebih cepat. Aku hampir tidak bisa bernafas karena inilah pertama kalinya aku melihatnya dari dekat sejak aku menyukainya di awal tahun pertama kami sekolah. Ya, aku memang menyukainya sejak pertama kali bertemu dengannya. Namja berwajah tampan yang dingin dan pendiam. Menurutku dia sangat keren walaupun begitu banyak yang tidak menyukainya karena mereka berpikir kalau Myungsoo itu angkuh. Bahkan dia hanya punya tiga teman yang akrab dengannya yaitu Choi Minhwan, Lee Jaejin dan Nam Woohyun.


Aku kembali memakai kacamataku , memperhatikan wajahnya yang tampan walau hanya sekian detik karena detik berikutnya Minhwan telah menariknya pergi.


“Kajja, kita harus mencari tempat duduk kita. Aku pikir Jaejin dan Woohyun telah mendapat bangku mereka.” Ucapan Minhwan seolah menyadarkanku. Ah, ya, harusnya aku juga mencari tempat duduk untukku. Aku harap aku bisa duduk di dekat Kim Myungsoo, walaupun tidak sebangku tidak apa-apa, asal bisa di dekatnya saja aku pikir aku sudah cukup senang.


Tapi aku harus kecewa kali ini karena keinginanku untuk duduk di dekatnya, entah itu di depan, belakang atau bahkan di sampingnya tidak berhasil. Dia dan Minhwan duduk di sudut kelas dekat dengan jendela sedangkan aku duduk di dekat pintu masuk di samping Lee Hoya yang juga satu bangku denganku saat kami di kelas I dulu. Lihatlah, betapa jauhnya jarak kami. Aku di depan dan dia di belakang. Ini semua karena aku telat memilih bangku. Hhhh, bodohnya diriku.




*****

Ini sudah memasuki bulan kedua aku sekelas dengan Kim Myungsoo. Hubunganku dengannya belum ada kemajuan bahkan nyaris tidak ada. Kami tidak pernah berbicara satu sama lain, aku juga tidak tahu apa dia menyadari aku adalah teman sekelasnya atau tidak. Karena setelah diperhatikan dia tidak pernah berbicara dengan teman-teman yang lain kecuali Minhwan, Woohyun, Jaejin dan juga Lee Sungjong dan L.Joe yang tepat duduk di depannya, ditambah lagi sikap cueknya yang kadang tidak mau tau keadaan di sekitarnya.


Seringkali aku mengutuki diriku yang tidak mempunyai keberanian untuk menyapanya ketika kami berpapasan. Yang kulakukannya hanya diam-diam meliriknya dengan detak jantung yang tidak karuan.


“Apa kau menyukai Kim Myungsoo?” tanya Hoya siang itu saat kami istirahat di kantin sekolah. Aku cukup tersentak mendapat pertanyaan itu darinya. Ternyata selama ini Hoya tau kalau aku menyukai Kim Myungsoo.


“Bagaimana kau tau?” aku balik bertanya lalu menyedot ice coffee-ku dengan gugup.


“Terlihat jelas Yeol-ah. Walaupun dia tidak menyadarinya tapi dengan sikapmu yang suka memperhatikannya dapat kusimpulkan kalau kau menyukainya.” Ujar Hoya santai.


“Jebal, jangan beritahu siapapun ne?” aku menatapnya setengah memohon.


“Geurom ania. Kau tidak ingin mencoba untuk mengatakannya?” tanyanya sibuk meniup-niup mie ramennya yang masih panas.


“Aku tidak punya keberanian Hoya-ya. Rasanya sangat sulit. Bahkan untuk menyapanya saja aku merasa lidahku sangat kelu. Ditambah lagi aku tidak mampu menatap matanya yang tajam itu.” Ujarku mulai curhat pada Hoya.


“Kau mau dia menjadi milik orang lain sebelum kau mengutarakan isi hatimu?” tanyanya.


“Ne? Tentu saja tidak. Tapi, apa dia sudah memiliki pacar?” tanyaku.


“Mollayo. Bagaimana kalau dia memilih orang lain sebelum kau bilang padanya kalau kau menyukainya?”


“Ah, iya, kenapa aku tidak menyadarinya. Tapi, apa dia akan menerimaku?” tanyaku lagi.


“Coba saja dulu. Kau tahu, aku juga berencana menyatakan perasaanku pada seorang namja.” Terlihat wajah Hoya yang berubah cerah dan malu-malu.

“Jinjja? Nugu?” tanyaku penasaran. Ternyata Hoya punya orang yang disukainya juga.


“Uri sunbae, Jang Dongwoo.” Bisiknya.


Jadi Hoya menyukai Jang Dongwoo hyung, si maniak senyum itu?


“Dia lucu dan aku menyukai tawanya.” Ujarnya.


“Aku harap dia menerimamu.” Ujarku sambil tersenyum.


“Gomawo Sungyeol-ah.” Ujarnya sambil membalas senyumku.


“Ayo kita ke kelas.” Ajakku seraya bangkit dan berjalan ke arah kasir.



*****

Aku menarik nafas berkali-kali. Apa sekarang waktunya? Apa harus ku nyatakan sekarang?

Aku kembali menarik nafas dan melirik ke belakang, ke arah Myungsoo yang duduk sendiri sambil memejamkan matanya. Saat ini hanya kami berdua di dalam kelas. Aku yang terpaksa beristirahat di dalam kelas karena kakiku keseleo saat jam olahraga yang saat ini masih berlangsung dan dia yang mungkin tidak membawa pakaian olahraganya dan sibuk tiduran di kelas.

Aku perlahan berdiri dari dudukku dan bersusah payah berjalan ke arahnya. Ku putuskan untuk kunyatakan sekarang. Lebih baik di saat seperti ini dimana tidak ada orang selain kami berdua. Tapi baru berjalan beberapa langkah, aku kembali bingung. Apa harus sekarang?


Aigo, Lee Sungyeol, kenapa sikap plin planmu muncul lagi di saat seperti ini?

Kau mau dia menjadi milik orang lain sebelum kau menyatakan isi hatimu?


Perkataan Hoya waktu itu muncul kembali di ingatanku.Ku tarik nafasku, ku tenangkan jantungku yang berdegup kencang, kulangkahkan kakiku mendekatinya.


Sesaat aku tersihir melihat wajahnya yang terlihat tampan dan sangat keren dengan posisi tidur seperti itu. Dengan badannya yang bersandar di dinding, tangan yang terlipat di depan dadanya, dan kakinya yang diluruskan di atas bangku Minhwan. Apakah aku bisa menjadi namjachingunya?


“Kim Myungsoo.....” panggilku. Aku merasa ada getaran di suaraku. Mungkin terlalu gugup.



MYUNGSOO POV


Aku memicingkan mataku saat mendengar ada yang memanggil namaku. Ku lihat namja tinggi berkacamata dengan anak rambut yang sebagian menutupi matanya berdiri di depanku sambil menunduk.


“Wae?” tanyaku malas.


“A..aku menyukaimu. Bolehkah aku menjadi namjachingumu?” tanyanya.


Aku menatapnya sinis kemudian berdiri dari posisiku. Dia sempat menatapku dan menunduk kembali saat mata kami bertemu.


“Aish, kau mengganggu tidurku.” Aku berjalan meninggalkannya. Bahu kami sempat bertubrukan karena dia berdiri tepat di tengah dan otomatis itu menghalangi jalanku.


Aku berjalan menuju toilet dan membasuh wajahku. Aku mendesah. Apa yang harus ku katakan pada namja itu? Aku tidak mengenalnya, melihatnya pun jarang. Aku juga tidak tau dia dari kelas berapa. Ditambah lagi aku tidak tau namanya.




SUNGYEOL POV


Tes ! Ku rasakan airmataku jatuh. Kenapa dia tidak mengatakan ya atau tidak?


Aku bergegas menghapus airmataku dan kembali ke bangkuku ketika mendengar suara langkah teman-teman sekelasku mulai mendekati pintu.


“Yeol-ah, gwaenchana?” Hoya masuk ke dalam kelas dan langsung menghampiriku sambil memperhatikan kakiku.


“Ne, gwaenchana.” Ujarku sambil tersenyum.


“Kau menangis?” Hoya memperhatikan mataku yang sembab. Aku kembali terisak.


“Apa kakimu terasa sakit?” tanyanya khawatir.Aku menggeleng.


“Geundae mwo? Kenapa kau menangis?” tanyanya heran.


“Aku baru saja menyatakan perasaanku pada Myungsoo.” Isakku.


Hoya menarik nafasn dan menepuk-nepuk bahuku.


“Sabarlah Yeol—ah. Ditolak itu memang tidak menyenangkan.” Ujarnya sok tau.


“Ania.... Dia tidak menolakku. Dia ju....”


“Jadi dia menerimamu sampai-sampai kau menangis seperti ini? Aigo, aigo, betapa beruntungnya dirimu mendapat Myungsoo yang tampan.” Hoya langsung memelukku dan mengacak-acak rambutku.


“Aniaaa..... Dia tidak menerimaku juga.” Aku makin menangis.


“Lalu kenapa kau menangis kalau Myungsoo tidak menerimamu dan juga tidak menolakmu?” Hoya melepas pelukannya dan menatapku bingung.


“Aku juga tidak tau kenapa aku menangis? Dia hanya mengatakan kalau aku mengganggu tidurnya.” Aku menghapus airmataku.


“Paboya, eoh?” Hoya mendorong kepalaku dengan jari telunjuknya dan memasang tampang sebal.


“Mungkin saja dia sedang berpikir apa dia harus menerima atau menolakmu. Dan lihat apa yang kau lakukan? Kau malah menangis. Dasar kekanakan sekali.” Cibirnya.


“Jinjjayo? Jadi aku hanya perlu menunggu jawabannya?” aku menatap Hoya tak percaya. Hoya mengangguk dengan malas.


Aku tersenyum. Ternyata begitu. Tadinya aku khawatir sekali dia akan menolakku walaupun aku tidak yakin nantinya dia akan menerimaku atau tidak. Tapi aku sedikit merasa lega karena akhirnya aku bisa menyatakan perasaanku yang lebih setahun ini kupendam. Myungsoo-ya, saranghae. Aku harap aku mendapat jawaban yang menyenangkan darimu.


MYUNGSOO POV


Aku menyusun buku-bukuku yang masih berserakan di atas meja.


“Myungsoo-ya, kami tunggu di bawah ne.” Teriak Jaejin sambil menggandeng Woohyun dan


Minhwan keluar kelas.

“Ya! Tunggu aku.” Aku semakin buru-buru memasukkan bukuku. Kelas sudah kosong. Hanya tinggal aku dan oh ada satu orang lagi. Namja tinggi berkacamata yang kini berjalan ke arahku. Mau apa dia?


“Myungsoo-ya.” Ujarnya sambil menunduk.


“Nuguya?” tanyaku cuek sambil terus sibuk memasukkan buku dan sesekali melihat ke arahnya.


Dia menatapku bingung.


“Aku? Lee Sungyeol, teman sekelasmu yang kemarin.....” dia menggantung kalimatnya. Menatapku sejenak lalu menunduk lagi.


“Oh, wae?” tanyaku masih cuek sambil menarik kancing ranselku dan memakainya di bahu.


“Apa kau sudah menemukan jawabannya?” tanyanya masih menunduk.


“Jawaban apa? Kau tidak pernah memberikan pertanyaan padaku.” Aku memperhatikannya dengan seksama. Oh, namja ini yang menyatakan cintanya padaku kemarin.


“Molla.” Ujarku lalu meninggalkannya menyusul Jaejin dan lainnya. Aku sempat berbalik dan melihatnya masih berdiri menunduk. Ckckckck, aku menggeleng-gelengkan kepalaku.



****

“Anyeong Myungsoo-ya.” Namja bernama Lee Sungyeol itu menyapaku pagi ini. Entah kenapa sejak hari itu saat dia menyatakan cintanya padaku dia jadi lebih sering menyapaku. Aku hanya berjalan cuek tanpa melihatnya. Bisa ku lihat perubahan raut wajahnya yang kecewa. Begini lebih baik bukan? Menolaknya dengan sikap dingin seperti ini.

Aku melihat ke sudut kelas dimana aku duduk. Mereka belum datang. Aku meletakkan tasku dengan asal lalu mengeluarkan komik romance (?) terbaru yang baru aku beli kemarin. Aku memasang headphone ditelingaku, memutar musik lewat ipad kemudian mulai membaca. Hum, begini lebih baik.



SUNGYEOL POV


Aku menghela nafas sedih. Lagi-lagi dia mengabaikanku. Aku duduk di bangkuku melirik Hoya yang sibuk mengirim pesan sambil senyum-senyum.


“Ada apa denganmu?” tanyaku sambil menyikut lengannya pelan.


“Yeol-ah, kau tau, Dongwoo hyung mengajakku keluar malam ini.” Ujarnya dengan wajah ceria.


“Jinjjayo? Huwah, daebak. Apa kau sudah menyatakan perasaanmu padanya?” tanyaku.


“Belum. Kemarin Dongwoo hyung juga menawariku untuk mengantarku pulang. Aku sangat gugup dan juga senang.” Ujarnya malu-malu. Aku tersenyum melihat tingkahnya itu. Betapa menyenangkannya menjadi seorang Hoya.


Bel masuk berbunyi. Young sonsaengnim masuk ke dalam kelas dengan senyum ramah.


“Hari ini saya ada keperluan keluar, jadi saya akan membagi kalian ke dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas yang akan saya berikan. Satu kelompok terdiri dari dua orang. Saya akan membacakan nama-nama yang akan menjadi satu kelompok.” Ujar Young sonsaengnim.

Aku sempat terkejut saat mendengar namaku akan sekelompok dengan Myungsoo. Benarkah? Aku tersenyum senang.


“Ini kesempatanmu untuk lebih dekat dengannya Yeol-ah. Kerjakan tugas kalian dengan baik, aku akan ke bangku Jaejin dulu.” Ujar Hoya. Aku hanya tersenyum.


Tapi itu cuma harapan yang gagal karena begitu Young sonsaengnim pergi, Myungsoo berbicara dengan keras seolah kalimat yang di ucapkannya tertuju padaku.


“Lee Sungjong, aku ingin satu kelompok denganmu.” Ujarnya lantang. Hampir seisi kelas menoleh ke arahnya karena suaranya yang cukup keras.


“Wae? Bukankah kau satu kelompok dengan Lee Sungyeol?” tanya Sungjong bingung.


“Aku tidak mau sekelompok dengannya, aku ingin sekelompok denganmu.” Ujar Myungsoo masih dengan suara keras.


“Ya! Kau tidak perlu berbicara sekeras itu. Kau akan menyakiti Sungyeol jika dia dengar.” Ujar Woohyun.


Aku hanya bisa menunduk. Airmataku hampir keluar. Ternyata Myungsoo tidak mau sekelompok denganku.Padahal aku begitu senang saat Young sonsaengnim mengumumkan aku sekelompok dengannya.


“Tapi aku sudah sekelompok dengan L.Joe.” ujar Sungjong.


“Kita bertiga saja.” Paksa Myungsoo.


Tes! Airmataku jatuh. Huhu, nappeun Myungsoo. Apa dia mencoba menghindariku karena dia tau aku menyukainya?


“Gwaenchana?” tanya Hoya yang tiba-tiba sudah di sampingku.


Aku segera menghapus airmataku dan tersenyum secerah mungkin.


“Eoh, gwaenchana. Kau kembalilah pada Jaejin.” Ujarku.

“Ani. Kita satu kelompok saja. Aku sudah meminta Jaejin satu kelompok dengan Myungsoo, dan mereka setuju. Uljima, eoh?” Hoya mengusap pundakku.


“Gomawo.” Ujarku menahan tangis. Hoya-ya, aku pasti akan membalas kebaikanmu.


“Ayo kita kerjakan.” Hoya mulai mengeluarkan bukunya.



MYUNGSOO POV


“Aku pikir aku menyukai seseorang.” Ujar Minhwan sore itu saat kami pulang sekolah bersama-sama.


“Huwah, nugu?” tanya Woohyun penasaran.


“Apa dia sekelas kita?” tanya Jaejin.


“Haha, itu rahasia. Aku belum yakin untuk memintanya jadi namjachinguku.” Ujar Minhwan terkekeh.


“Ckckckck, “ aku hanya menggeleng kepala.


“Kau harus memilih namjachingu seperti namjachinguku Minhwan-ah.” Ujar Woohyun.


“Namja sipit dan pemarah seperti Kim Sunggyu.” Sambung Jaejin.


“Ya!Walaupun apa yang kau bilang itu benar tapi Sunggyu hyung itu juga imut. Sifatnya yang mudah marah, wajahnya yang manis seperti hamster, bibirnya yang seksi, semua itu terlihat imut Jaejin-ah.” Ujar Woohyun.


Bukk!!!! Sebuah buku mendarat di kepala Woohyun. Kami semua langsung menoleh ke belakang. Kim Sunggyu hyung berdiri di belakang kami dengan tampang kesal.


“Aishh, Sunggyu hyung! Appoyo.” Woohyun meringis kesakitan.


“Kajja.” Jaejin segera menarik aku dan Minhwan meninggalkan mereka sebelum Sunggyu benar-benar marah.


“Ya! Kau menjelek-jelekkanku di depan teman-temanmu, eoh?” tanya Sunggyu marah.


“Mianhae hyung, aku hanya bercanda. Aku akan mengunjungi nanti malam ne. Anyeong chagi. Ya! Eodiga?” Woohyun segera berlari menyusul kami. Haha, dia pasti hanya menghindari semprotan Sunggyu hyung.


“NAM WOOOHYUUUNNNNNN!!!!!”





SUNGYEOL POV


Aku memperhatikan sekelilingku mencari sosok Myungsoo. Hoya bilang dia akan istirahat dengan Dongwoo hyung. Ini membuatku bingung harus istirahat dengan siapa. Aku membawa kotak bekalku ke atap sekolah. Lebih baik aku menghabiskan waktu istirahat disana.

Aku terkejut melihat Kim Myungsoo juga ada disana, seperti biasa yang sering dilakukannya dia tertidur bersandar ke dinding padahal cuaca hari ini lumayan panas. Kenapa dia tidur di ruangan terbuka seperti ini? Apa dia tidak takut hitam? Aku mendekatinya perlahan.


“Myungsoo-ah, apa kau tidak istirahat?” tanyaku berusaha seramah mungkin.


Myungsoo membuka matanya dan menatapku dengan tatapan tajam. Ku dengar dia mendengus kecil. Aku menelan ludah getir.


“Apa kau tidak lihat aku sedang istirahat?” sahutnya ketus.


“Mianhae. Apa kau tidak ingin memakan sesuatu ? Aku membawa bekal, ini makanlah.” Aku meletakkan bekal itu di sampingnya.


“Apa kau bodoh? Apa kau tidak bisa menilai sikap seseorang hanya dengan melihatnya? Aku tidak butuh ini.” Myungsoo mengambil kotak bekal itu, bangkit dari posisinya dan mencampakkannya ke bawah. Ya, dari atap sekolah ke bawah.


Aku terkejut. Bagaimana kalau kotak bekal itu mengenal seseorang yang ada di bawah?


“Aku tidak tau bagaimana harus memberitahumu. Aku merasa muak kau selalu muncul di hadapanku. Aku seperti di hantui namja bernama Lee Sungyeol setiap hari. Aku tidak menyukaimu harusnya kau sadar hanya dengan melihat sikapku padamu. Aku tidak menyukaimu. AKu tidak menyukaimu Lee Sungyeol. Harus berapa kali aku mengatakannya supaya kau mengerti? Lupakan perasaan konyolmu itu padaku.” Ujarnya dengan nada membentak.


Airmataku tidak terbendung lagi. Tapi aku berusaha menatap matanya, hal yang sulit kulakukan selama ini.


“Kau bukan tipeku. Aku tidak menyukai namja bodoh, tidak tanggap dan cengeng sepertimu. Kau seperti orang idiot yang mengemis cinta dari orang yang tidak menyukaimu. Jangan lakukan hal-hal bodoh yang membuatku muak di hadapanku. Lupakan aku, bahkan lebih baik jika kau pura-pura tidak melihatku jika bertemu. Neo ara? Sudah seharusnya kau mengerti kata-kataku jika kau masih punya harga diri.” Ujarnya sinis lalu pergi.


Aku menangis, terisak. Ini..... ini sangat menyakitkan aku merasa dadaku sakit sekali seperti tertusuk ribuan jarum, diinjak-injak lalu dibuang. Kalau tau akan sakit seperti ini aku memilih untuk tidak menyukaimu dari awal Kim Myungsoo. Akan lebih baik aku manyukai orang lain.


Aku berjalan menuju kelasku dengan susah payah. Rasanya aku tidak sanggup lagi untuk berdiri dengan perasaan hancur seperti ini.


“Yeol-ah, aku mencarimu dari tadi. Kau tau Dongwoo baru saja menyatakan perasaannya pad.... hey, kau menangis? Ada apa lagi? Ayo ceritakan padaku.” Hoya menatapku heran. Aku semakin terisak dan memeluknya. Aku benar-benar butuh sandaran untuk menopang tubuhku yang semakin melemah.

“Myungsoo menolakku Hoya-ya..” isakku.



MYUNGSOO POV


Aku berjalan meninggalkan atap menuju kelasku. Aku duduk di bangkuku sambil memperhatikan Jaejin dan Woohyun yang asyik mengobrol. Sesekali aku melihat ke arah pintu masuk dimana namja itu, Lee Sungyeol duduk sambil membaringkan kepalanya di atas meja. Ya, setelah beberapa bulan aku baru menyadari dia teman satu kelasku.


Aku yakin dia pasti sedang menangis karena aku melihat teman sebangkunya sibuk menenangkannya dengan menusap-usap bahunya. Apa perkataanku tadi terlalu keras untuknya? Ah, ya tentu saja. Buktinya dia sampai menangis. Tapi ini bagus untukku karena aku yakin dia besok tidak akan mengusikku lagi walaupun aku sedikit hum tidak tega membentaknya tadi.



MINHWAN POV


Bbukkkk!!!! Aku terkejut karena sebuah kotak bekal jatuh dari atas hampir mengenaiku. Aigo, siapa yang berani berbuat seperti ini padaku? Apa orang itu punya dendam padaku?


“Gwaenchana?” beberapa siswa menanyaiku.


“Eoh, gwaenchana.” Ujarku pada mereka.


Aku lalu memungut kotak bekal itu. Haha, hampir saja aku tertawa melihat kotak bekal berbentuk wajah beruang itu. Milik siapa ini ?? Kekanakan sekali. Apa dia pikir masih berada di taman kanak-kanak?


Aku memungut kimbab yang berserakan dimana-mana dan memasukkannya kembali ke kotak bekal itu. Aku melihat ke atas, ke arah atap sekolah, mungkin saja si pelaku masih disana. Tapi tidak ada. Aku memeriksa kotak bekal itu mungkin saja si pelaku menuliskan namanya. Dan benar saja si pelaku menuliskan namanya di bagian bawah kotak bekal itu. Huahhahaha, aku hampir tertawa lagi. Ternyata selain kenakan si pelaku bernama Lee Sungyeol itu juga bodoh. Eh? Lee Sungyeol? Namja yeppo itu? Namja yang kusukai dan masih kurahasiakan di depan teman-temanku? Jadi kotak bekal ini miliknya? Tapi kenapa dia ingin mencelakaiku? Wae? Wae?! Akh, mendadak kepalaku pusing. Apa maksud dari semua ini?

----

Cukup lama aku berdiri di depan wastafel sambil memandangi kotak bekal itu. Apa Sungyeol punya dendam tersembunyi padaku? Ah, ania. Selama ini kami bahkan belum pernah berbicara satu sama lain. Atau jangan-jangan dia melakukan itu karena tau kalau aku menyukainya? Akh, itu lebih tidak masuk akal lagi. Bagaimana bisa dia tau aku menyukainya sedangkan aku tidak pernah mengatakanya padanya. Bahkan tidak ada orang yang tau tentang perasaanku padanya.

Hum, lebih baik aku cari sendiri jawabannya.


Aku melangkah ke dalam kelas. Oh, semua sudah masuk kelas? Aku segera mengetuk pintu dan meminta maaf pada Kim Songsaengnim. Guru tua itu menyuruhku duduk. Aku sempat melirik ke arah Lee Sungyeol yang sibuk menghapus airmatanya. Eh, ada apa dengannya? Dia menangis?


“Darimana saja?” tanya Myungsoo sambil sibuk melepas headphone yang terpasang di telinganya kemudian mengeluarkan pspnya dan mulai ngegame..


“ Sedang memikirkan seseorang di toilet.” Ujarku sambil memasukkan kotak bekal itu ke dalam tasku.


“Aigo, apa tidak ada tempat yang lebih bagus untuk memikirkan oraang yang kau sukai itu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya tapi pandangannya masih fokus ke psp. Aku hanya tertawa kecil lalu kembali menoleh ke arah Lee Sungyeol.


Kenapa dia menangis? Hum mungkin begini. Sungyeol sedang makan di atap sekolah tapi sebelum dia memakan bekalnya tanpa sengaja dia menjatuhkan kotak bekal itu. Lalu saat dia turun ke bawah dan berniat mengambilnya, kotak bekal itu sudah tidak ada lagi. Tentu saja tidak ada karena aku membawanya ke toilet. Karena tidak menemukan kotak bekal yang mungkin sangat berharga itu Sungyeol menangis. Ah, ya, alasan ini sedikit lebih masuk akal bukan?


----

“Apa yang kau lakukan disitu? Kau tidak pulang?” tanya Myungsoo heran yang melihatku masih duduk padahal yang lain sudah bergegas pulang.

“Ada sesuatu yang harus kulakukan. Pulanglah duluan.” Ujarku.


“Ini tidak seperti Minhwan yang kukenal.” Jaejin menatapku curiga.


“Ya! Jangan menatapku seperti itu.” Ujarku pada Jaejin.


“Kajja, ayo kita pulang. Woohyun odika?” tanya Myungsoo sambil merangkul Jaejin keluar kelas.


“Molla. Mungkin dia menemui Sunggyu Hyung.” Ujar Jaejin.


Begitu mereka keluar, aku segera berjalan ke arah Lee Sungyeol. Sepertinya Lee Sungyeol masih terlihat sedih, sesekali dia menghapus airmatanya sambil memasukkan bukunya satu persatu. Apa dia masih sedih karena belum menemukan kotak bekalnya?


“Anyeong....” sapaku sambil tersenyum manis.


Sungyeol menoleh ke arahku dan menatapku bingung.

“Apa ini milikmu?” tanyaku lalu mengambil kotak bekal itu dan menyerahkannya padanya.


“Oh, ne, itu milikku. Gomawo.” Ujarnya sambil sedikit membungkukkan kepalanya


“Ah, ania sudah seharusnya aku mengembalikan ini padamu.” Ujarku.


Dia tersenyum tipis. Aneh, aku sudah memberikan kotak bekal itu tapi kenapa wajahnya masih sedih?


“Aku harus pulang. Sekali lagi jongmal gomawo.” Ujarnya kali ini tersenyum manis lalu berjalan meninggalkanku.


“Ne, hati-hati dan sampai bertemu besok.” Aku membalas senyumnya cerah walaupun dia tidak melihatku.



SUNGYEOL POV


Ini sudah larut malam tapi aku masih saja menangis dan mengingat perkataan Myungsoo tadi siang.


“Kim Myungsoo.. Nappeun namja... Apa kau pikir aku tidak bisa melupakanmu HAH??!!!” isakku.


“Sungyeol hyung shikkeuro. Suara tangisanmu berisik sekali. Kau mengganggu tidurku..” Daeyeol yang tidur di sebelahku menoleh ke arahku dengan sebal.


“Nappeun Myungsoo... Aku pasti melupakanmu....” Aku masih melanjutkan isakanku tanpa memperdulikannya.


“Hyung, besok aku ada test jadi hentikan tangisanmu itu.” Daeyeol mulai jengah melihatku.


“EOMMMAAA...... Daeyeol tidak mengizinkanku menangis. Huwaaaa...aaa......” teriakku sambil memperbesar suaraku tangisanku.


“Aish...... Baiklah, hyung lanjutkan tangisanmu. Kalau aku mendapat nilai rendah besok, aku akan bilang pada guruku dan Eomma kalau hyung penyebabnya.” Ujarnya sambil menarik selimut.


“Dan satu lagi kalau hyung berniat melupakan orang itu, hyung tidak perlu menangisinya seperti ini. Terlihat jelas kalau hyung masih mengharapkannya.” Ujar Daeyeol lalu melanjutkan tidurnya.


Aku terdiam. Jujur saja, pasti sangat sulit bagiku untuk melupakannya. Satu-satunya namja yang aku perhatikan selama lebih setahun ini, apa aku bisa benar-benar melupakannya?

Sungyeol-ah, kau harus optimis. Kau pasti bisa melupakan sesorang seperti Myungsoo dan mendapat orang lain yang lebih baik darinya. Lee Sungyeol, fighting....


~End ~




Gimana? Apakah agak membosankan? FF ini terlalu berat untuk di baca? Gantung? Give me ur coments sebelum Didi ngelanjutin ke sequel berikutnya yang mungkin sebulan lagi #plakk. Gomawo ne bagi yang udah baca ^^



Lanjutannya silahkan baca disini ^^ 

part 2      dan part 3 

10 komentar:

  1. bikin lanjutan nya donggggg...


    aku pengen liat.. >.<
    cerita nya serrruuuuuuuuuu..!!

    BalasHapus
  2. LANJUTNYA MANAAA ini nunggu wkwk

    BalasHapus
  3. kok end???? gantung hahaha

    BalasHapus
  4. gantung banget thor... bikin sequelnya

    BalasHapus
  5. Lanjut dong, Kim Myungsoo :*

    BalasHapus
  6. keren..
    hmpir sperti crita masa smp q..
    hehehe..

    BalasHapus
  7. keren2..
    kyak masa smp ku dulu pake acara rebutan bangku biar bisa deket sama seseorang , yg pasti bukannya myungsoo oppa..
    hehehe..

    BalasHapus
  8. keren..
    hmpir sperti crita masa smp q..
    hehehe..

    BalasHapus
  9. Lanjutannya manaaaaa~~?!
    Bkin lanjutannya please~~ /aegyo bareng Sungjong xD/

    BalasHapus
  10. Annyeong,, aku reader baru, FFmu keren. I like it

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan coment anda ^^