Aku memandanginya dengan sedih.
____
Aku sedang mengerjakan tugas kuliahku di depan komputer pribadiku di kamar ketika Umma menelepon. Umma? Jarang sekali dia meneleponku seperti ini.
"Ye, Umma? Ada apa?" tanyaku.
"Mana Heechul? Kenapa dia tidak mengangkat teleponnya?" tanya Umma.
"Aniyo. Mungkin dia sedang sibuk." ujarku.
"Ya sudah. Kalian baik-baiklah di rumah." ujar Umma.
"Umma!"
"Wae?"
"Bagaimana kabar Appa?" tanyaku.
"Appamu baik-baik saja. Dengar Yoo Jin, Oppamu terlalu berat bekerja. Dia yang menanggung semuanya. Uang kuliahmu, pengobatan Appa, dan juga biaya lainnya. Jadi, tolong perhatikan dia dan jaga kesehatannya. Bantulah sedikit." ujar Umma.
"Ye umma. Apa umma tau pekerjaan oppa?" tanyaku.
"Mwo? Masa kau tidak tau?"
"Dia tidak mau aku mencampuri urusannya." ujarku.
"Umma juga tidak tau apa yang dia kerjakan. Ya sudah umma tutup."
"Bilang pada appa semoga cepat sembuh." ujarku.
Aku mendesah. Sebenarnya apa yang dikerjakan Heechul oppa di luar? Kenapa dia tidak mau menceritakannya padaku? Aku berjalan keluar kamar dan menghirup udara segar. Ponselku berdering. Aku segera mengambilnya dari sakuku.
"Yeoboseo."
"Annyeong Nuna. Apa yang kau lakukan di luar di cuaca dingin begini?" ini suara Seung Ho. Aku mengenalnya dengan jelas. Aku melihat ke arah jendela kamarnya yang tepat berada di samping kamarku. Dia berdiri sambil menjulurkan lidahnya. Tangannya menggenggam secangkir kopi hangat.
"Hyak! Kenapa kau mau tau apa yang aku lakukan?" tanyaku.
"Kau mau secangkir kopi?" tanyanya.
Aku menggeleng.
"Kopi buatan Heechul oppa lebih enak daripada kopi buatanmu."
"Hyak! Nuna. Tapi yang jelas aku lebih tampan darinya."
"Mwo? Apa aku tidak salah dengar? Kau terlalu percaya diri." ujarku.
"Apa aku perlu membuat Nuna jatuh cinta padaku?"
"Huwah kau ini. Seung Ho-ah, apa kau tau Heechul oppa kerja apa?" tanyaku.
"Apa dia belum menceritakannya padamu?"
"Belum."
"Dia ambil bagian di film dan drama sbg cameo dan juga stuntman."
"Jinjja?"
"Ye Nuna."
"Ya sudah kalau begitu." ujarku lalu menutup ponselku dan masuk ke dalam karna udara begitu dingin. Aku melihat ke arah jendela Seung Ho, dia melambaikan tangannya padaku. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
Stuntman? Cameo? Kenapa Heechul oppa tidak pernah cerita sebelumnya. Aku mengiriminya pesan.
"Oppa, hwaiting ^^"
Tidak lama kemudian dia menghubungiku.
"Ada apa denganmu?" tanyanya sinis.
"Apa oppa sudah makan?"
"Aku tanya, ada apa denganmu?"
"Aku merindukanmu oppa." ujarku jujur.
Dia tertawa sinis.
"Hyak! Berhentilah main-main."
"Aku serius"
"Tuuttt....." dia mematikan ponselnya.
Mungkin saat ini dia sedang mengomel.
____
Aku berangkat ke kampus dengan Seung Ho. Kami berdua naik bus dan duduk sebangku.
Begitu tiba di kampus, Kami berdua kaget dengan suasana ruangan yang lumayan berisik. Semua anak cewek berkumpul di meja Ji Yeon.
"Apa yang terjadi?" tanya Seung Ho pada salah satu teman kami.
"Anak-anak pada marah sama Ji Yeon karna dia jalan bareng Joong Ki. Joong Ki kan pacarnya Yoo Jin." ujar namja itu.
Aku berjalan ke arah bangkuku yang berada tepat di depan Ji Yeon. Mereka masih sibuk bertengkar.
"Ji Yeon-ah, apa kau tidak tau Joong Ki itu pacarnya Yoo Jin? Tapi kenapa kau malah mendekatinya bahkan pergi ke kampus dengannya. Huh, benar-benar cewek yang buruk." ujar seorang Yeoja.
"Memangnya apa urusannya denganmu? Joong Ki oppa lebih menyukaiku daripada Yoo Jin. Harusnya Yoo Jin sadar dan memutuskan Joong Ki. Kalian tau, Yoo Jin hanya jadi penghalang bagi hubungan kami." ujar Ji Yeon.
Aku sedih mendengarnya. Air mataku hampir tumpah. Tapi aku tidak boleh mempercayai Ji Yeon begitu saja. Aku hanya akan percaya pada ucapan Joong Ki oppa.
"Kau ini! Apa kau sadar kau itu siapa? Kaulah yang menjadi penghalang buat mereka." teriak Seung Ho kesal. Aku segera menghentikannya.
Semua memaki dan mengumpat Ji Yeon. Tiba-tiba Joong Ki oppa datang.
"Apa yang kalian lakukan pada Ji Yeon?" Joong Ki oppa lalu menarik Ji Yeon dan mengajaknya pergi. Aku memandang mereka sedih. Semuanya juga heran dan menenangkanku. Aku berlari keluar dan menangis.
"Nuna?!" Seung Ho mengejarku dan menahanku. Lalu Seung Ho membawaku ke ruang basket yang sepi.
"Gwaenchana? Ada dengan kalian? Hubungan kalian baik-baik saja kan?" tanyanya.
"Aku tidak apa-apa. Hubungan kami juga baik-baik saja." ujarku.
"Lalu kenapa Joong Ki hyung bersikap seperti itu pada Nuna? Dia menyakiti hatimu seperti itu, tapi Nuna hanya bilang hubungan kalian tidak apa-apa. Aku benar-benar tidak mempercayainya."
"Aku berkata yang sebenarnya Seung Ho-ah." lalu aku menceritakan alasan Joong Ki oppa mendekati Ji Yeon sambil menangis.
"Ini benar-benar sulit untuk kami berdua. Tapi aku mencoba bertahan menjadi pacar yang baik untuknya." ujarku.
Seung Ho memelukku dan menenangkanku.
"Nuna, kau harus kuat." ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan coment anda ^^