Minggu, 10 Juli 2011

Fanfic Sarangeul Yuji part 7

Heechul oppa benar-benar menjemputku. Dia membawa mobil keluarga kami yang biasa di bawanya untuk pergi kerja.

"Ayo masuk" ujarnya. Aku tersenyum lalu masuk.

"Ada apa denganmu oppa?" tanyaku.

"Ada apa, apanya?" dia menatapku. Tatapan matanya tidak tajam seperti biasanya.

"Oppa tidak biasanya meneleponku." ujarku.

"Kau habis menangis?"

"Aniyo." ujarku berbohong.

"Itu apa?" tanyanya

"Mwo?"

"Bola matamu berkilat-kilat seperti habis menangis. Hidungmu juga memerah." ujarnya.

"Jongmal? Mungkin aku kedinginan."

"Sejak kapan kau mulai berbohong begini?"
Aku terdiam. Mobil masuk ke garasi rumah.

"Apa itu?" tanyanya sambil menunjuk bungkusan yang aku pegang.

"Mie ramen."

"Jadi kau keluar malam-malam begini cuma untuk beli mie ramen?" tanyanya. Aku terdiam lagi. Dia merebut bungkusan itu dari tanganku. Aku kaget.

"Apa kau mau menghabiskannya sendiri? Ayo masuk." ajaknya. Aku tersenyum melihatnya. Tadinya aku khawatir dia marah.

4

____
Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur setelah makan malam dengan Heechul oppa tadi. Orang-orang yang aku sayangi benar-benar telah berubah sekarang. Orang yang awalnya tidak peduli denganku menjadi peduli. Orang yang awalnya memperdulikanku mulai mengabaikanku. Ponselku berdering. Joong Ki oppa.

"Ye oppa." ujarku.

"Apa kau sudah tidur?"

"Belum."

"Jinjja?"

"Ye oppa tentu saja. Kalau tidak aku pasti tidak mengangkat ponselku sekarang."

"Yoo Jin-ah, aku dan Ji Yeon mungkin besok akan berlibur ke Pulau Jeju. Sepertinya Ji Yeon sangat menyukai piknik."

"Jongmal?"

"Ye."

"Bagaimana dengan tugas kuliah oppa?"

"Aku bisa mengerjakannya sepulang dari sana."

"Memangnya kapan dikumpulkan?"

"Hari Senin."

"Apa ini tidak terlalu mendesak?" tanyaku lagi.

"Tenang saja." ujarnya.

"Hati-hati oppa." ujarku.

"Ye. Arasso. Anyeonghi jumuseyo." ujarnya.

"Ye oppa calcayo." ujarku. Setelah dia mematikan ponselnya aku terisak. Menangis sedih di atas tempat tidurku.

Sekarang Joong Ki oppa lebih mempedulikan Ji Yeon daripada aku. Bahkan urusan kuliahnya sendiri di nomor duakan seperti itu.

____
Aku terbangun karna udara dingin yang masuk dari jendela kamarku yang terbuka.

"Kalau masih ngantuk tidurlah lagi." ternyata Heechul oppa duduk di dekat jendela kamarku.

"Apa yang oppa lakukan di kamarku?" tidak biasanya dia seperti ini.

"Apa aku tidak boleh masuk ke kamar adikku sendiri?" dia menatapku sambil tersenyum. Ah, Heechul oppa terlihat lebih tampan kalau tersenyum.

"Cepat mandi, aku akan siapkan sarapan." ujarnya lalu keluar.

Aku melongo. Apa ini? Oppa benar-benar aneh.

Aku terkejut saat memasuki ruang makan. Heechul oppa memasak banyak pagi ini. Ckckck, Semua masakannya bisa untuk seminggu porsi satu orang.

"Apa kau merasa segar?" tanyanya.

"Ye oppa." ujarku.

"Sini, duduklah." dia menarik satu kursi. Kami lalu duduk berhadapan.

"Ada apa dengan oppa?" tanyaku.

"Wae?"

"Oppa kelihatan berbeda." ujarku.

"Makanlah. Sehabis ini aku akan mengajakmu pergi. Sepertinya kita jarang pergi berdua." ujarnya. Aku mengangguk senang. Syukurlah kalau dia mulai menyadarinya.

____
Heechul oppa mengajakku berkeliling kota Seoul. Dia menggenggam tanganku erat, mungkin berusaha untuk menjaga biar tanganku tetap hangat. Kami mengunjungi beberapa toko kaset dan saat waktu makan siang dia mengajakku ke restoran Jepang, menikmati mie ramen.

"Oppa, aku masih merasa heran dengan perubahan oppa yang tiba-tiba ini." ujarku di sela-sela aku menyeruput mieku.

"Wae? Apa aku tidak boleh melakukannya? Apa ada yang marah kalau aku pergi dengan adikku?" tanyanya.

"Bukan begitu oppa. Oppa tidak biasanya seperti ini."

"Aku hanya ingin membuat adikku bahagia. Apa kau tidak merasa bahagia pergi denganku?" tanyanya.

"Tentu saja aku senang. Heechul oppa gamsahamnida atas jalan-jalannya hari ini. Gamsahamnida atas makan siang.. "

"Aku tidak menyuruhmu bilang begitu." selanya.

"Jadi oppa ingin aku mengungkapkannya seperti apa?" tanyaku.

"Cukup dengan senyuman." ujarnya.

"Senyuman." ujarku sambil tersenyum. Dia memukul kepalaku dengan sumpitnya.

"Dasar babo! Bukan begitu maksudku. Apa karna jarang di perhatikan kau jadi seperti ini? Smile, smile." ujarnya jutek. Aku tertawa.

"Kau ini. Kenapa tertawa?"

"Inilah oppaku yang sebenarnya. Sensitif dan jutek. Aku lebih nyaman dengan dirimu yang seperti ini daripada berubah baik secara tiba-tiba" ujarku. Dia menatapku bengong.

"Ya sudah cepat habiskan miemu. Cepat!!" teriaknya kencang. Beberapa pengunjung terkejut. Aku tertawa lagi.

"Omo, oppaku tidak seperti itu" ujarku.

"Yoo Jin-ah, bagaimana hubunganmu dengan Joong Ki?" tanya Heechul oppa, kali ini kelihatan serius.

"Kami baik-baik saja." ujarku dengan senyum terpaksa.

"Jinjja?"

"Ye oppa."

"Kenapa dia jarang datang ke rumah?" tanyanya sambil menyeruput tehnya.

"Mungkin dia sibuk mengerjakan tugas kuliahnya." ujarku.

"Begitu. Ayo kita pergi." ujarnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan coment anda ^^