Aku menoleh ke sebelah. Kulihat Cheon Doong oppa tertidur dengan buku di tangannya. Meskipun aku harus melupakan perasaanku padanya, aku tidak boleh mengabaikannya seperti ini. Aku bergerak mendekatinya, merapikan tempat tidurnya dan menyelimutinya. Ku ambil buku dari genggaman tangannya, ku letakkan kembali di rak samping tempat tidurku.
"Mianhaeyo kalau oppa merasa tidak nyaman disini. Tapi aku akan berusaha sebisa mungkin supaya oppa cepat sembuh."
_CHEON DOONG POV
Aku terbangun ketika yeoja itu membersihkan wajahku dengan air hangat.
"Mianhae." ujarnya.
"Gwaenchana." ujarku. Dia sangat perhatian. Aku jadi merasa serba salah.
"Apa oppa ingin ke toilet?" tanyanya.
Aku menggeleng. Dia berjalan ke dapur dan kembali membawa sarapan untukku.
"Oppa, ini makanlah." dia menyendokkan nasi ke mulutku. Kali ini dia berhasil mengatasi rasa gugupnya dengan tidak melihatku.
Dia kemudian bersiap berangkat ke sekolah.
"Apa kau melihat ponselku?" tanyaku.
"Ponsel? Mian, aku tidak menemukan apapun di dalam tas oppa." ujarku.
Aku teringat. Aku samasekali tidak membawa ponsel saat berangkat sekolah kemarin.
"Apa oppa ingin menghubungi seseorang?" tanyanya. Aku menggeleng.
"Aku akan berangkat. Kalau terjadi apa-apa hubungi saja nomor ini. Ini nomor ahjuma pemilik ruangan ini. Aku bilang padanya bahwa oppa adalah kakak laki-lakiku." ujarnya sambil menyerahkan ponselnya.
"Tapi, bagaimana ini? Tangan oppa sakit." ujarnya lagi.
"Aku akan menggunakan tangan kiriku." ujarku.
_AYUMI STORY
"Baiklah, aku pergi dulu." ujarku.
Aku tiba di sekolah.
"Anyeong." seseorang menyapaku. Aku menoleh. Dia, namja yg menolongku semalam.
"Ne anyeong." ujarku.
"Bagaimana kabarnya?"
"Cheon Doong oppa? Dia baik-baik saja." ujarku.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanyanya.
"Aniyo. Aku hanya membutuhkan beberapa pakaian untuknya."
"Aku juga membutuhkan kruk penyangga kaki untuknya." tambahku.
"Dia tidak menghubungi keluarganya?" tanya namja itu.
"Tidak. Dia mungkin tidak ingin keluarganya khawatir." ujarku.
"Semalam, gomawo oppa. Apa yg harus aku lakukan untuk mengucapkan terima kasihku?" tanyaku.
"Ne, cheon maneyo. Sebagai rasa terima kasihmu bagaimana kalau aku menemanimu mencari apa yg kau butuhkan? Aku harus memanggilmu apa?"
"Mullonijyo. Panggil saja aku Ayumi." ujarku.
_MIR POV
Ayumi? Nama itu bagus sekali. Cocok untuk wajahnya yg manis.
"Geurae, panggil aku Mir, Ayumi-ssi. Aku akan ke kelas. Kita bertemu sepulang sekolah saja. Aku akan menunggumu disini." ujarku.
"Ye oppa. Sampai nanti." ujarnya lalu pergi.
Dia benar-benar seperti perempuan Jepang. Dari tata rias rambutnya saja kita sudah tau. Sederhana seperti orang Jepang. Tapi kenapa wajahnya tidak mirip orang Jepang? Aku mengangkat bahu. Entahlah.
_CHEON DOONG POV
Aku melirik jam di atas meja. Pukul 9 malam. Aish, kenapa yeoja itu lama sekali pulangnya? Apa dia tidak tau betapa menderitanya aku disini karna kelaparan? Aku melirik ke arah Dadoong. Dia tidur pulas sekali. Di musim dingin begini memang lebih enak berbaring dengan selimut tebal. Tapi tanpa makanan mustahil rasanya bisa tidur dengan tenang.
Pintu terbuka. Yeoja itu masuk bersama dengan seorang namja yg membantunya membawakan barang-barang.
"Aku jadi merepotkan oppa." ujar yeoja itu.
"Gwaenchana. Ini tidak seberapa." ujar si namja. Sepertinya aku mengenali namja itu. Dia satu angkatan denganku di sekolah walaupun beda kelas. Ada hubungan apa di antara mereka?
"Aku permisi pulang dulu Ayumi-ssi." ujar namja itu. Yeoja yg ternyata bernama Ayumi itu tersenyum manis. Hangat dan tulus.
"Ye oppa. Gomawo. Aku tidak bisa mengantar oppa sampai ke bawah. Mianhaeyo." ujarnya.
"Aku bisa sendiri. Anyeong." ujar namja itu lalu pergi.
Apa dia namja chingu-ny? Hhh, mana mungkin? Mereka tidak terlihat terlalu akrab, lagipula bukankah yeoja ini menyukaiku.
"Mianhae, aku tidak sempat memasak. Aku membeli sup daging untuk makan malam. Apa oppa tadi makan siang?" tanyanya.
Aku menggeleng.
"Jongmal mianhaeyo." ujarnya dia lalu membantuku makan. Kemudian dia mengambil air hangat dan handuk. Membersihkan tubuhku lalu mengganti pakaianku. Dia lalu meminumkan obat untukku.
"Istirahatlah." ujarnya lalu menyelimutiku. Aku hanya bisa memperhatikannya melakukan semua ini. Dia bahkan tidak merasa canggung seperti pertama kali aku disini.
Dia lalu mengambil buku pelajarannya dan duduk di meja belajar. Membahas soal-soal dengan cermat. Dari sini aku tau bagaimana seriusnya dia.
Aku tidak bisa memejamkan mataku sampai-sampai aku mendengarnya membentangkan karpet dan tidur di bawah. Tanpa bantal dan hanya dengan selimut yg tidak terlalu tebal.
"Mianhaeyo kalau oppa merasa tidak nyaman disini. Tapi aku akan berusaha sebisa mungkin supaya oppa cepat sembuh."
_CHEON DOONG POV
Aku terbangun ketika yeoja itu membersihkan wajahku dengan air hangat.
"Mianhae." ujarnya.
"Gwaenchana." ujarku. Dia sangat perhatian. Aku jadi merasa serba salah.
"Apa oppa ingin ke toilet?" tanyanya.
Aku menggeleng. Dia berjalan ke dapur dan kembali membawa sarapan untukku.
"Oppa, ini makanlah." dia menyendokkan nasi ke mulutku. Kali ini dia berhasil mengatasi rasa gugupnya dengan tidak melihatku.
Dia kemudian bersiap berangkat ke sekolah.
"Apa kau melihat ponselku?" tanyaku.
"Ponsel? Mian, aku tidak menemukan apapun di dalam tas oppa." ujarku.
Aku teringat. Aku samasekali tidak membawa ponsel saat berangkat sekolah kemarin.
"Apa oppa ingin menghubungi seseorang?" tanyanya. Aku menggeleng.
"Aku akan berangkat. Kalau terjadi apa-apa hubungi saja nomor ini. Ini nomor ahjuma pemilik ruangan ini. Aku bilang padanya bahwa oppa adalah kakak laki-lakiku." ujarnya sambil menyerahkan ponselnya.
"Tapi, bagaimana ini? Tangan oppa sakit." ujarnya lagi.
"Aku akan menggunakan tangan kiriku." ujarku.
_AYUMI STORY
"Baiklah, aku pergi dulu." ujarku.
Aku tiba di sekolah.
"Anyeong." seseorang menyapaku. Aku menoleh. Dia, namja yg menolongku semalam.
"Ne anyeong." ujarku.
"Bagaimana kabarnya?"
"Cheon Doong oppa? Dia baik-baik saja." ujarku.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanyanya.
"Aniyo. Aku hanya membutuhkan beberapa pakaian untuknya."
"Aku juga membutuhkan kruk penyangga kaki untuknya." tambahku.
"Dia tidak menghubungi keluarganya?" tanya namja itu.
"Tidak. Dia mungkin tidak ingin keluarganya khawatir." ujarku.
"Semalam, gomawo oppa. Apa yg harus aku lakukan untuk mengucapkan terima kasihku?" tanyaku.
"Ne, cheon maneyo. Sebagai rasa terima kasihmu bagaimana kalau aku menemanimu mencari apa yg kau butuhkan? Aku harus memanggilmu apa?"
"Mullonijyo. Panggil saja aku Ayumi." ujarku.
_MIR POV
Ayumi? Nama itu bagus sekali. Cocok untuk wajahnya yg manis.
"Geurae, panggil aku Mir, Ayumi-ssi. Aku akan ke kelas. Kita bertemu sepulang sekolah saja. Aku akan menunggumu disini." ujarku.
"Ye oppa. Sampai nanti." ujarnya lalu pergi.
Dia benar-benar seperti perempuan Jepang. Dari tata rias rambutnya saja kita sudah tau. Sederhana seperti orang Jepang. Tapi kenapa wajahnya tidak mirip orang Jepang? Aku mengangkat bahu. Entahlah.
_CHEON DOONG POV
Aku melirik jam di atas meja. Pukul 9 malam. Aish, kenapa yeoja itu lama sekali pulangnya? Apa dia tidak tau betapa menderitanya aku disini karna kelaparan? Aku melirik ke arah Dadoong. Dia tidur pulas sekali. Di musim dingin begini memang lebih enak berbaring dengan selimut tebal. Tapi tanpa makanan mustahil rasanya bisa tidur dengan tenang.
Pintu terbuka. Yeoja itu masuk bersama dengan seorang namja yg membantunya membawakan barang-barang.
"Aku jadi merepotkan oppa." ujar yeoja itu.
"Gwaenchana. Ini tidak seberapa." ujar si namja. Sepertinya aku mengenali namja itu. Dia satu angkatan denganku di sekolah walaupun beda kelas. Ada hubungan apa di antara mereka?
"Aku permisi pulang dulu Ayumi-ssi." ujar namja itu. Yeoja yg ternyata bernama Ayumi itu tersenyum manis. Hangat dan tulus.
"Ye oppa. Gomawo. Aku tidak bisa mengantar oppa sampai ke bawah. Mianhaeyo." ujarnya.
"Aku bisa sendiri. Anyeong." ujar namja itu lalu pergi.
Apa dia namja chingu-ny? Hhh, mana mungkin? Mereka tidak terlihat terlalu akrab, lagipula bukankah yeoja ini menyukaiku.
"Mianhae, aku tidak sempat memasak. Aku membeli sup daging untuk makan malam. Apa oppa tadi makan siang?" tanyanya.
Aku menggeleng.
"Jongmal mianhaeyo." ujarnya dia lalu membantuku makan. Kemudian dia mengambil air hangat dan handuk. Membersihkan tubuhku lalu mengganti pakaianku. Dia lalu meminumkan obat untukku.
"Istirahatlah." ujarnya lalu menyelimutiku. Aku hanya bisa memperhatikannya melakukan semua ini. Dia bahkan tidak merasa canggung seperti pertama kali aku disini.
Dia lalu mengambil buku pelajarannya dan duduk di meja belajar. Membahas soal-soal dengan cermat. Dari sini aku tau bagaimana seriusnya dia.
Aku tidak bisa memejamkan mataku sampai-sampai aku mendengarnya membentangkan karpet dan tidur di bawah. Tanpa bantal dan hanya dengan selimut yg tidak terlalu tebal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan coment anda ^^