Minggu, 07 Agustus 2011

Fanfic Sarangeul Yuji part 10

Siang itu Seung Ho datang mengunjungiku di coffee shop. Aku menghidangkannya secangkir kopi panas dan sepiring cake.

"Sesuatu terjadi pada Ji Yeon. Kemarin dia terjatuh dari tangga kampus." aku terkejut.

Aku bergegas ke rumah sakit sepulang dari coffee shop.

"Gwaenchana?" tanyaku pada Ji Yeon.

"Yoo Jin-ah, mianhaeyo karna aku telah merebut Joong Ki oppa darimu." ujarnya.

"Kenapa kau bilang begitu? Aku bukan pacar yang baik buat Joong Ki oppa. Dan dia berhak untuk memutuskanku." ujarku sambil tersenyum pahit.

"Mianhae, mianhaeyo Yoo Jin-ah." ujar Ji Yeon mulai menangis.

"Aku telah berbohong pada kalian. Aku bilang pada Joong Ki oppa kalau aku sakit kanker otak dan mendesak ibuku untuk meminta Joong Ki oppa menjagaku. Semua itu hanya keinginanku supaya Joong Ki oppa bersamaku. Aku benar-benar minta maaf karna telah menyakitimu. Satu hal yang perlu kau tau Joong Ki oppa sangat mencintaimu. Dia pernah menangis saat melihatmu menangis. Malam ketika dia memutuskanmu, dia menangis di depanku. Aku merasa sangat bersalah Yoo Jin-ah. Mianhaeyo. Tolong relakan Joong Ki oppa untukku." ujarnya. Dia terisak.

"Aku mendoakanmu supaya cepat sembuh. Aku harus pulang sekarang. Semangatlah." ujarku lalu pergi. Tanpa terasa airmataku mengalir. Benarkah? Benarkah Joong Ki oppa masih mencintaiku?


"Yoo Jin-ah." Joong Ki oppa memanggilku. Aku menghapus airmataku.

"Ye oppa?" aku membalik sambil menundukkan kepalaku.

"Sudah mau pulang?" tanyanya. Aku hanya mengangguk lalu melangkah pergi.

"Yoo Jin-ah." dia menarik tanganku.

"Aku antar." ujarnya.

"Tidak usah oppa. Aku naik bus saja." ujarku.

"Tolonglah." pintanya.

"Baiklah." ujarku. Kami lalu menuju tempat parkir dan menaiki mobilnya.

Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Sampai di rumah aku membungkukkan badanku.

"Gamsahamnida." ujarku lalu berbalik membuka pagar rumah.

"Yoo Jin-ah, apa kau sangat membenciku sampai kau tidak mau melihatku." aku menunduk sedih. Dia membalikkan badanku dan menatap wajahku lekat.

"Mianhae Yoo Jin-ah." ujarnya lalu memeluk tubuhku.

"Aku tau perasaanmu. Pasti sakit dan kecewa. Mianhaeyo." ujarnya. Aku terisak di bahunya.

"Mianhaeyo, aku cuma bisa membuatmu menangis." dia melepaskan pelukannya, lalu mencium bibirku lembut dan menghapus airmataku.


"Jangan menangis karna aku lagi." ujarnya sambil membelai rambutku lembut. Aku mengangguk walau airmataku masih menetes.

"Masuklah." ujarnya.
Aku membuka pintu pagar.

"Annyeonghi jumuseyo." ujarku lalu masuk ke dalam.

____
Musim panas telah datang. Aku membuka jendela kamarku dengan senyum cerah. Matahari memasuki jendela kamarku.

"Nuna!" teriak Seung Ho. Sepertinya dia masih bangun tidur. Wajah dan rambutnya acak-acakan, sama sepertiku.

"Kau baru bangun?" tanyaku.

"Ye. Nuna juga kan?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Hari yang cerah." ujarku.

"Nuna benar. Tapi lebih cerah kalau Nuna mandi dulu."

aku menatapnya. Dia tersenyum mengejek.

"Kau sendiri belum mandi." ujarku.

"Ya sudah aku mandi dulu." ujarnya lalu pergi.

"Mau jalan-jalan denganku?" teriakku. Seung Ho menghentikan langkahnya.

"Jalan-jalan?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Baiklah." ujarnya sambil tersenyum manis.


____
Kami berjalan dengan santai menikmati hangatnya sinar matahari di atas jembatan dekat Sungai Han.

"Seung Ho-ah, kau tau..."

"Hm?" tanyanya sambil menikmati susu kotak yang kubawa dari rumah.

"Hal yang paling aku inginkan adalah pergi menikmati hari pertama musim panas di bawah sinar matahari yang hangat bersama orang yang aku cintai. Apa aku bisa melakukannya?"

Dia menatapku dalam-dalam dan memegang kedua pundakku.

"Anggap saja aku orang yang kau cintai."

"Mwo?" tanyaku. Suaranya tidak begitu jelas karna dia menggigit kotak susu dan menahannya dengan bibirnya. Aku menarik kotak susu itu.

"Aniyo. Aku cuma bilang Nuna pasti bisa mewujudkannya."

"Jongmal?" tanyaku. Dia mengangguk dan menarik kembali kotak susunya lalu meminumnya.

"Ayo kita jalan lagi." dia merangkul pundakku.

"Ayo." ujarku.
Aku menarik nafas segar. Tiba-tiba Seung Ho menarik pipiku. Aku mengejarnya dan melemparnya dengan kotak susu bekas. Dia tertawa. Cukup manis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan coment anda ^^